11.//Kabar Gembira

44 22 0
                                    

Nisel duduk di taman sekolah menikmati 15 menit waktu istirahat dengan diam termenung menatap kosong jauh kedepan. Fikiran nya berkelana kemana mana dia rindu mama nya, apa surat nya itu sampai ke tangan sang mama atau justru sudah hancur?

"Baru ngrasain gue rindu itu amat berat! Apalagi gue rindu mama gue yang udah bikin gue hadir di dunia ini. Kenapa sih ma harus nglahirin Nisel kalau akhirnya Nisel sendirian!".
Monolog Nisel pada dirinya sendiri sambil sesekali memejamkan matanya menikmati hembusan angin yang menenangkan.

"Sendirian aja?". Tanya Raihan membuat Nisel kaget laki laki itu berdiri sambil tersenyum manis padanya.

"Lo buta?".Ketus Nisel tanpa berniat menatap Raihan.

"Maaf gue emang....

"Lo ngak salah!".Potong Nisel dingin dan terkesan acuh.

"Kalau gue ngak salah kenapa diemin gue, jauhin gue, cuekin gue Sel?". Ujar Raihan lirih.

" Kalau lo lupa kita bukan lagi temen lo cuma kakak kelas gue dan gue cuma adek kelas lo gak lebih!!". sarkas Nisel penuh penekanan.

"Cuma gara gara hal sepele itu lo marah Sel? Childish banget sih lo!". Cibir Raihan kesal.

"Iya kenapa ngak suka? Gue lupa ngak akan ada orang yang bakal betah temenan sama gue termasuk lo. Dan seharusnya gue enggak percaya gitu aja sama lo dan kasih ruang buat lo, untuk tahu siapa dan bagaimana gue yang sebenarnya".

" Ternyata selama ini gue percaya sama orang yang salah". Tutur Nisel langsung beranjak pergi meninggalkan Raihan.

Disisi lain Raihan merasa bersalah telah bersikap kasar pada Nisel. Dia menyesali kata katanya, dan kini mungkin Nisel kembali ke Nisel yang dulu keras dan dingin.

...

"Sel lo di tunggu Guntur sama bu Riska di ruangan nya tadi lo di cariin enggak ada". Beritahu salah satu teman nya.

"Ruangan siapa? Guntur? Apa bu Riska?". Tanya Nisel datar tanpa memandang wajah lawan bicara nya.

"Ruang Osis maksud gu....
Belum sampai selesai teman nya berkata Nisel sudah berlalu, Yola yang melihat kejadian tadi hanya bisa geleng geleng kepala dan menghembuskan nafas kasar.

Nisel berjalan gontai di koridor wajah nya datar tanpa ekspresi, membuat para cowok yang hendak menggoda nya urung karena sikap Nisel tak bersahabat.

"Cakep cakep cuek"
"Iya kapan dapet jodoh nya coba"
"Mau sampe kapan wajah nya kaya gitu"
" Ngak bisa senyum kali"

Nisel mendengar itu hanya diam walau dia sebenar nya emosi. Buat apa sih mereka peduli mau Nisel ngak nikah sampe tua pun itu urusan Nisel. Gadis es itu pun semakin mempercepat langkah nya agar cepat sampai tujuan.

"Permisi ibu manggil saya?". Ucap Nisel saat sudah sampai di bibir pintu ruang kebesaran Guntur,apalagi kalau bukan ruang OSIS.

"Iya Sel, kemari!". Ujar bu Riska kemudian di angguki Nisel patuh.

Nisel melangkah masuk keruang OSIS sambil sesekali melirik Guntur yang duduk di depan laptop nya menggunakan ekor matanya, ada apa dengan cowok itu kenapa dia terlihat cuek biasanya kalau dia melihat Nisel langsung senyum menyapa.
Apa mungkin seorang Guntur marah padanya? Ah masa bodo itu tidak penting.

Nisel menarik kursi di depan meja yang sudah di duduki Bu Riska.
" Ada apa ya buk? Saya di panggil kesini?". Tanya Nisel langsung tanpa ingin berbasa basi.

Dengan senyuman Bu Riska mengerti sifat Nisel tanpa perlu mendengar cerita dari siapa pun, siswinya yang irit berbicara menjadikan hobby ngedance nya untuk wadah menyampaikan perasaan yang tak sampai dengan kata kata.

" Ada kabar gembira untuk kamu".

"Ha? Apa bu?". Tanya Nisel penasaran sambil menerka nerka apa kabar gembira itu? Pertanyaan demi pertanyaan muncul di benak nya, namun dengan cepat ia menepis nya dengan kata hatinya mengatakan ah tidak mungkin!.

"Silahkan baca". Jawab Bu Riska sambil menyerahkan amplop yang sedari tadi di genggaman nya.
Tanpa bicara Nisel menerima amplop itu kemudian ragu ragu membuka nya.

"Ayolah Sel Bu Riska bilang ini kabar baik buat kamu, apa yang kamu takutin!". Cicit nya dalam hati.

Kata demi kata ia baca dan akhirnya....

"Wuaaaaaa yeay gue jadi dancer beneran yeay aye aye!!". Teriak Nisel histeris, amplop beserta isinya ia lempar ke sembarang arah, dia berdiri berjingkrak jingkrak tanpa peduli ada Bu Riska dan yang paling parah dia memeluk Guntur yang berdiri dengan jarak lima langkah dari nya, Guntur yang hendak meminta saran dari Bu Riska tentang agenda kerja nya mendadak menegang akibat pelukan Nisel.

Bu Riska yang duduk di sana hanya mengulum senyum geli, baru kali ini Nisel tertawa sekencang dan selepas itu.

"Apaan sih lo?". Ketus Guntur menutupi diri nya sendiri yang gugup.

"Sorry! Gue kelewat seneng". Jawab Nisel lirih karena malu, dia baru sadar telah melakukan hal aneh,konyol dan memalukan di depan Guntur serta Bu Riska.

"Dasar berlebih....

" Sudah Tur, Nisel duduk lagi ya kamu?". Potong Bu Riska membuat Guntur mencebikan bibir nya kesal.
" Iya bu".

" Selamat ya? Kamu di undang konser di perusahaan terbesar lo salah satunya, ibu harap kamu latihan maksimal dan nanti bisa berpenampilan totalitas". Ujar Bu Riska tak kalah bahagia dia memberikan saran dan masukan kepada Nisel agar Nisel lebih baik lagi. Nisel menyadari kebaikan Bu Riska padanya namun dia bingung bagaimana menunjukan rasa terima kasih nya pada Bu Riska.

"Iya bu sekali lagi saya berterima kasih, Bu Riska tidak pernah pelit berbagi pengalaman kepada saya".

" Wow kalimat terpanjang yang pernah saya dengar". Goda Bu Riska
" Sama sama kamu tetap semangat ya? Silahkan kembali ke kelas".lanjut Bu Riska.

...

Setelah menunggu berjam jam bel pulang akhirnya berdering sangat nyaring, Nisel langsung menyambar tas nya dan berlari kecil menuju halte bus. Rasa kebahagiaan nya belum bisa hilang mendengar kabar tadi pagi, rasanya ia ingin segera pulang walau dia tahu untuk siapa dia pulang. Setidak nya salah satu dari mimpi nya sekarang sudah di mulai.

"Sel denger denger lo mau konser ya?".Tanya Mora yang entah sejak kapan hadir di sebelah nya.

"Dasar ngak ngerti orang lagi bahagia banget sih? ". Cerocos Nisel dalam hati tanpa mau menjawab pertanyaan Mora, dia takut saat bicara dengan Mora tersulut emosinya malah merusak kebahagiaan nya yang baru tercipta sejenak.

Nisel menghela nafas lega bus yang di tuggunya sampai jadi ia tidak perlu mendengar celotehan Mora. Sementara Mora meratapi Nisel yang masuk ke dalam bus, dia benar benar di hantui rasa  bersalah telah merusak hidup Nisel.
" Maaf Sel gue bikin hidup lo berantakan".

✨Thanks✨

BBS: MEANING HAPPY|END|.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang