Nayra menatap sebuah rumah yang berdiri tepat di hadapannya, bangunan besar bergaya milimalis,nayra tak menyangka jika rumah didepannya adalah tempat yang akan ditinggalinya bersama fikri.
"Bagus gak yang?" tanya Fikri.
Nayra mengangguk tanpa menoleh,nayra sungguh bahagia saat ini, bercampur dengan rasa tak percaya.
Nayra terdiam, apakah benar mereka hanya akan hidup berdua dirumah sebesar itu,fikir nayra.
"Kita benar tinggal berdua?...emang nggak kebesaran gituh?" nayra menoleh ke arah fikri.
Fikri tersenyum menanggapinya "sekarang kita berdua,nanti kalau udah ada baby pasti bakal rame..." ucap fikri dengan maksud tertentu.
Nayra belum bisa mencerna ucapan fikri"maksudnya mas?"tanya nayra meminta penjelasan yang lebih.
Fikri terkekeh kemudian mencubit pipi nayra"maksud aku,kita buat baby yang banyak..biar rumah kita rame,gitu lho...! "Jelasnya.
Nayra mengangguk, kemudian membelalak saat ia mulai benar-benar faham.
Baby?
Yang banyak?
Biar rame?
Oh, sungguh ..nayra memang mengerti sekarang.
Tapi enggak gitu juga kan,kini wajah nayra sudah berubah warna,karena malu.
Fikri memeluk bahu nayra,berjalan beriringan menuju rumah.
Fikri membuka pintu rumah,masuk kedalamnya bersama sang istri.
Nayra terperangah dengan mulut terbuka" masyaa allah..."ucapnya dengan penuh kekaguman dengan semua isi rumah milik sang suami.
"Mewah sekali..." ujar nayra dengan mata terus meneliti ke setiap sudut yang memang benar-benar luas.
Mampukah mereka hidup berdua dengan rumah seluas itu?-fikir nayra.
"Kamu tahu?...aku bangun rumah ini dengan hasil kerja keras ku,ini untukmu nay...ini niat ku setelah melamarmu menggunakan surat waktu itu,inilah hasilnya... Rumah untuk kita berdua...." jelas fikri ,nayra sudah menghadap ke arah sang suami,hati nayra sungguh di isi dengan kebahagiaan hari ini,nayra tersenyum,melangkah mendekati suaminya, dan memeluknya erat
"Terimakasih sudah berjuang dan menunggu...terimakasih sudah memilihku menjadi istri mas...terimakasih telah hadir dan memberi kebahagiaan untukku..."Fikri membalas pelukan nayra,meletakkan dagunya di kepala sang istri,bahkan sesekali ia mengecupnya.
"Jika aku sudah berkata,maka akan aku jadikan kenyataan nay...dan ini janjiku padamu..." ucap fikri.
-
-
-
Malam sudah tiba,nayra kini sedang memasak makan malam untuk sang suami.
Memasak makanan sederhana karena memang belum belanja untuk persiapan.
Nayra menyiapkan hidangan ke atas meja sembari menunggu sang suami datang.
Nayra berjengit saat sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang.
"Mas" seru nayra.
Sedang yang dipanggil hanya diam sembari meletakkan dagunya di bahu sang istri dengan manja.
"Maaaassss..iih!"kesal nayra.
" apa sih yang? "Ujar fikri dengan berbisik.
Nayra menghembuskan nafasnya,baru sehari mereka pindah,fikri sudah manja seperti itu,apalagi seumur hidup,akan seperti apa lagi kemanjaan suaminya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Penghujung Waktu (End)
Spiritual.. " kenapa hidup ini seakan tak pernah adil?...kenapa harus seperti ini?...bahkan aku dipaksa untuk bisa menjadi orang lain?..aku tak bisa,aku tetaplah aku,jangan paksa aku untuk jadi orang lain!"-(NAYRA) ***** Jangan lupa vote,coment,sama follow...