*37*

2.2K 139 14
                                    


"Hati mengeluh dan kesepian,karena si pemilik tak lagi bersinar"

    ***

"Bi?" seorang wanita baya berjalan menghampiri suaminya yang kini sedang merenung dengan tatapan menatap keluar jendela.

Beliau adalah umi aminah,istri dari tuan karim.

Terlihat umi aminah duduk disamping tuan karim,tangannya ia ulurkan menyentuh bahu pria baya tersebut.

Tuan karim nampak terkejut,beliau melirik kearah istrinya kemudian kembali menatap luruh keluar jendela.

"Jangan berfikir keras bi,umi tidak mau abi sampai sakit..." lirih beliau.

Tuan karim hanya terdiam,menarik nafas dan menghembuskan nya kasar.

"Nayra..." ucapnya begitu pelan,membuat umi pun ikut terdiam dan tertunduk.

Tubuh abi karim bergetar,beliau masih dilanda kehancuran akibat kepergian Nayra,puteri yang selama ini tak pernah ia perhatikan.

"Nayra sudah tenang bi,jangan seperti ini..." ucap umi sambil mengelus punggung tuan karim.

"Saya terlalu buruk untuk menjadi ayah bagi anak saya sendiri...hiks...saya menyesal aminah...hiks" tuan karim semakin kacau,semua penyesalan kini datang seketika menghancurkan kehidupannya.

Umi aminah memilih memeluk tubuh tuan karim yang semakin berguncang, umi pun mulai ikut menangis,ia sadar dengan kesalahan yang pernah dilakukan suaminya,andai dulu suaminya tidak semena-mena terhadap sahabatnya,anda dia bisa menolak perjodohan jika tahu suaminya lebih mencintai sahabatnya,mungkin puterinya tidak akan semenderita ini,dan ditambah dengan Naura yang kini berubah menjadi pendiam akibat pernikahan yang memang sudah dibatalkan oleh deren.

Semuanya menjadi kacau akibat kesalahan di masa lalu.

"Sudahlah bi,ini memang sudah jalan takdir kita semua....kita tidak mampu mengubahnya..."

Tuan karim masih terdiam.

Kemudian membalas pelukan istrinya "saya sudah menghancurkan kehidupan Nayla dulu, dan sekarang saya juga menghancurkan kehidupan Nayra....hiks..hiks.. Mereka pasti membenci saya!"

Semuanya memang salah. 
   salah.

Tok..tok...tok...

Hingga keduanya saling melepas pelukan saat mendengar suara ketukan di pintu depan.

"Sepertinya ada tamu,biar umi buka dulu..." ujar umi aminah.

Abi mengangguk"abi menyusul sebentar lagi!"

Umi aminah tersenyum,kemudian beranjak dari duduknya dan keluar dari kamar untuk melihat siapa tamu yang datang.

Umi berjalan begitu anggun,tangannya terulur membuka pintu.

"Assalamualaikum umi?" ucapnya begitu antusias.

Umi aminah tertegun dengan suara tersebut,mata beliau membulat siapa yang kini di hadapannya,tubuh tegap seorang pria tampan yang kini tersenyum hangat kearahnya membuat beliau nampak bahagia.

"Waalaikumussalam,Rafka!" ucap umi kemudian memeluk puteranya yang sudah begitu lama tak menginjakkan rumah kediamannya.

"Umi kangen..."

"Rafka juga kangen umi,dan semuanya!"

Pelukan itu kini terlepas"mana yang lain?..."tanya rafka.

"Ayo masuk dulu, kamu pasti capek,semuanya ada di dalam!" ajak umi sambil menggandeng tangan puteranya.

Rafka menyugingkan bibirnya membentuk sebuah senyuman,pria itu memilih duduk dan menatap ke setiap penjuru rumah yang memang masih tetap sama,tak berubah,hanya saja suasana yang lebih terasa sepi.

Di Penghujung Waktu (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang