O1. Perihal Gadis Jeon

6.6K 570 33
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Air mata langit selalunya dikutuk oleh mereka para insan-insan yang kerap kali giat merutuk. Orang bilang, hujan itu pembawa pilu. Tiap kali bumi berduka, ada saja huru-hara dunia semisal hujan yang tiba-tiba saja datang menyapa tanah buana.

Mereka tidak pernah mengerti, jikalau sang hujan selalu datang agar para manusia tak lagi bersusah hati. Tiap rinai tetesannya seringkali berucap tanya akan kenapa begitu banyak manusia yang kerap berbela sungkawa ketika dirinya gugur membasahi jagat raya.

Lalu, seseorang pernah menjawab pertanyaan dari rintik air langit tersebut sembari tersenyum manis. Kamu membawa kenangan lama yang tidak pernah sanggup untuk dilupa, itu sebabnya mereka tidak bisa bahagia.

Begitu katanya.

Kini, hujan tahu. Jika pulang perginya ia semata-mata hanya untuk mengais kesedihan manusia. Dan ketika ia sudah tak lagi ada, hanya bekas isak tangis saja yang mampu tersisa.

"Ah ... mendung lagi."

Desahan dari seorang gadis di pinggir jalanan raya sangat sanggup membuat bumantara ikut tertawa. Apalagi saat mengetahui jika dirinya tidak membawa payung sama sekali. Sudah dipastikan bahwa sore ini dia akan kehujanan.

Itu gadis Jeon, seorang perempuan cantik jelita dengan asma Anna yang seringkali mondar-mandir di tengah adimarga kota sekadar menanti sesuatu yang pernah dijanjikan kepadanya akan segera kembali dua tahun lalu.

Lagi-lagi, gadis itu berjalan sendiri. Netranya tansah menatap pelataran taman yang akhir-akhir ini selalu terlihat sangat sepi. Mungkin, sebab itulah Anna selalu datang dan setia bersimpuh di sana selama berjam-jam lamanya untuk merenung dan tertunduk belaka, sesekali menikmati ketenangan sementara dari banyaknya luka akan rapuhnya sukma.

Sore ini dia menangis lagi. Anna memang sering sekali menangis akhir-akhir ini. Entah atas sebab apa, gadis itu selalu menunggu kehadiran seorang laki-laki yang sudah dirinya damba dari waktu yang sangat lama sekali. Tepatnya, nyaris mencapai dua tahun ini sosoknya menghilang dan tanpa salam malah meninggalkan sebuah luka semata.

"Kamu bilang kamu akan pulang. Sampai sekarang kamu belum juga datang."

Detik itu pula hujan tiba-tiba hadir sampai-sampai sanggup menggonjang-ganjingkan perasaan Anna. Sesungguhnya gadis itu belum mau pergi dari tempat ini sebelum hujan mereda, maka olehnya duduk sebentar sambil melampiaskan kesedihan pada sebuah sepi di sore hari ini.

"Mau sampai kapan kamu akan membuatku menunggu? Dari pada terus seperti ini, bukankah lebih baik aku sudahi saja sampai di sini?"

Meskipun Anna berkata demikian, namun hasratnya takkan pernah tersampaikan. Sudah berjuta-juta kali dia mengatakan perihal tersebut kepada apa dan siapa saja, tetapi sampai sekarang Anna masih saja berharap kepada sesuatu yang tak pasti akan ia dapati.

[✔] Narasi Musim SemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang