***
Siang tadi, pasca memar dan lebam usai Anna obati, Kim Minju datang kepada Younghoon hanya untuk mempertanyakan kondisi. Anna tidak mempermasalahkan hal tersebut sebenarnya. Tapi entah kenapa, gadis itu merasa sedikit tak rela kala Minju berani dekat-dekat dengan dia.
Bukan apa-apa. Sesungguhnya Anna hanya sedikit takut terjadi sesuatu dengan anak itu. Sebab, Younghoon belum sempat mengenal pasti bagaimana watak dari 'teman barunya' ini.
Teman, ya?
Anna pikir mereka telah merangkap hubungan lebih dari itu. Tak terlepas dari yang namanya bujuk rayu, siang tadi pun tanpa sengaja Anna mendapati Kim Minju sedang mencoba menggait atensi dari laki-laki itu.
Pantas saja Eric murka. Ternyata oh ternyata Kim Younghoon didapuk menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka.
Bukan main.
Satu hari telah berlalu. Lembayung senja pun baru mulai menyapa remang-remang jagat yang dirasa belum murung-murung amat. Dua langkah kecil yang kini tengah setia menyisir muka ardi begitu giat tenggelam dalam kubangan tawa. Berhiaskan warna merah di ujung langit kota, Anna besertakan Haru belum habis-habisnya melontarkan gelak jenaka.
Ini semua terjadi sebab tadi. Haruto uring-uringan mencari di mana letak sepedanya. Yang mana sejatinya pada pagi hari tadi Haruto tak membawa benda berkarat itu sama sekali. Sungguh sia-sia upayanya mencari-cari selama setengah jam lamanya di tempat parkir.
Selain manja, anak itu juga gampang lupa.
"Lagian kenapa aku juga nggak ngeh, ya? Kamu kan berangkat bareng aku." Sejenak, tertumbuk pandangan olehnya pada hamparan wajah senjang di sedekat mata memandang.
Pernyataan itu lantaran menggugah hasrat Haruto untuk kembali tertawa. "Dasar! Laki-laki dan perempuannya sama-sama pelupa!"
"Ck." Anna rangkul tangan anak itu. "Setelah ini kamu ada acara apa?"
"Hmm. Asahi bilang dia ingin menemui Haru di pinggir sungai. Haru harus ke sana sekarang."
"Eh?" Tunggu. Sepertinya ada hal yang sempat Anna lupakan. "Mau ngapain?"
"Tidak tahu. Apa Anna mau ikut?"
"Gass."
Terkehendakilah ajakan Haruto tersebut. Sisa perjalanan itu mereka gunakan untuk membahas perkara biasa. Tentunya tak jauh-jauh dari yang namanya permasalahan dunia dan seisinya. Untuk membicarakan ini, memang paling pas ditemani dengan semburat senja serta panorama langit merah.
Ketenangan dunia itu nyata adanya. Bahkan ketika Anna melihat kakak beradik itu berjumpa, lalu menyapa dan saling mengabdikan senyum sempurna, Anna sudah bisa merasakan bagaimana tenteram nan damai membesuk kebaktian jiwa pun raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Narasi Musim Semi
Fanfiction❝Perihal riwayat kehidupan Haru. Sosok remaja yang takut tumbuh dewasa.❞ ______________________________________ ● treasure tbz izone fanfiction ● watanabe haruto © benaluna