28. Ketika Yang Pergi Akan Kembali

1.5K 192 0
                                    

"Aku sudah menceritakan semua perihal tentangku kepadamu. Kini tinggal aku yang belum sekalipun mendengar riwayat perihal masa lalumu. Haru, aku ingin mendengarnya. Tapi bagaimana kamu akan bercerita jika kamu saja lupa akan semua?"

Kemarin sore Anna memungkas pertemuan dengan sebuah pertanyaan. Satu hal yang terlintas di pikirannya saat itu adalah bagaimana Haruto menenggelamkan pandangannya pada benderang lampu metropolis. Mata laki-laki itu tampak hilang kendali sesaat sebelum Anna mengajaknya untuk kembali.

Sampai saat ini, gadis itu belum kuasa membabat sesaknya sendiri. Terjerat dalam asmaraloka bukan berarti hidup dalam sebuah nirwana. Anna pikir mereka sengaja menggambarkan dunia cinta kasih ini sebagai lubang neraka. Tempat di mana karsa Anna rasa binasa.

Pagi yang indah berhiaskan awan putih nan menawan kini menjadi pagi yang sama sekali tidak akan Anna rindukan suatu hari nanti. Sebab, tiap fase yang akan dirinya jalani hari ini pasti terasa amat membosankan. Tumben-tumbenan pula hari ini tidak mendung. Biasanya tanpa disuruh saja dia akan datang dengan sendirinya.

Padahal Anna ingin dia, hujan di pagi hari buta. Bukannya apa, gadis itu cuma teringin ditemani saat dirinya membuka mata, lalu menyapa semesta dengan sebuah air mata. Maaf, akhir-akhir ini gadis itu memang kelihatan cengeng sekali. Apalagi jika menyangkut kekasihnya, mungkin Korea akan banjir sebab tangisan Anna.

Langkah kecil itu giat mengarih di sepanjang lintasan trotoar kecil. Untuk hari ini saja Anna ingin berangkat sekolah seorang diri tanpa ditemani oleh figur siapapun. Kemarin saja Haruto sudah menawarkan untuk berangkat sekolah bersama, tapi Anna dengan halus menolaknya.

Lagi-lagi dia melamun sendiri. Sampai masa di mana Sakura datang, renungan tersebut sekejap waktu tak segan untuk menghilang.

"Woy! Mau bonceng nggak, Neng?" goda gadis itu. Tapi Anna tidak mau.

"Ini anak kenapa lagi, dah? Kesurupan reog, lu?"

Sedetik berlalu Anna berkenan menghentikan langkah hanya untuk mencaci gadis itu. "Nggak Juyeon, nggak Hyunjae, nggak elo. Kenapa hobi banget ganggu ketenangan gue, sih?!"

"Oh, lagi galau ceritanya." Sakura seperti cenayang saja. "Ada masalah apa? Haruto ngilang lagi?"

"Kepo aja lu kayak monyetnya Dora!"

"Ya ampun. Udah 2021 masih aja pake jokes jaman batu."

"Terserah gue."

"Cepet naik. Kita angin-anginan pagi-pagi, dijamin galau lo bakal ilang."

Entah kenapa, Anna berubah pikiran dan langsung menurut-menurut saja. Kebetulan pula sepuluh menit lalu Anna sempat ketinggalan bus pertama. Menumpang di jok motor belakang Sakura dia rasa tidak ada salahnya.

Syukurlah, bocah itu tidak kesetanan. Karena biasanya oknum bernama Sakura itu kalau naik motor pasti mengajak orang lain mati. Selalunya, sih, begitu.

"Na. Lo tahu nggak kalo Haruto sebentar lagi ulang tahun?"

"Hah?!"

Sumpah! Anna baru tahu hal itu dari Sakura. Dulu pun Anna lupa sekadar mencari tahu berapa tanggal lahirnya. Untung Sakura mau mengingatkan.

"Berapa hari lagi?" Sebab rasa penasarannya itulah yang sekejap mampu menggait atensi Anna untuk bertanya.

"Dua."

"Haduh! Untung-untung. Gue masih ada waktu buat ngasih dia sesuatu."

"Ngasih dia buat apa? Orang Haruto aja lupa sama ulang tahunnya. Bukan lupa lagi, sih. Dia emang nggak boleh tahu tentang tanggal lahirnya sendiri."

[✔] Narasi Musim SemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang