42. Bumi Berbicara

1.3K 154 0
                                    

Malam yang terang ini tampak mendung. Bulan yang biru pun melantas untuk murung. Sekembalinya Sakura berbicara sampai mematikan sambungan, segenggam belati seakan meniban ujung kepala Jeon Anna seketika. Dia tidak tahu apa-apa mengenai alasan kenapa napasnya tiba-tiba tertahan dengan lingkar mata yang serentak meredup sadrah. Senyum itu tak lagi membujur, sinar dari jajaran rasi bintang pun lambat laun mulai melebur.

Pernyataan Sakura benar-benar membuat pandangan Anna lepas kendali. Selepas Juyeon berdiri untuk kemudian menarik paksa dirinya, Hyunjae tiba-tiba berlari memasuki mobil dan menyuruh mereka untuk masuk segera. Situasi kian menjadi-jadi saat Hyunjae melajukan kendaraannya dengan Anna yang masih ditiban sangsi.

Tidak ada yang mampu berbicara pada saat-saat genting seperti itu. Anna yang semenit lalu ragu pun tampak giat dalam membisu. Juyeon serta Hyunjae sepertinya tahu akan sesuatu. Namun untuk bertanya saja, mulut Anna seakan memaksanya untuk bungkam dan bergeming.

Sampai tibalah mereka di sebuah rumah sakit dengan gapura megah bak gerbang istana, ketiganya lantaran sekonyong-konyong berlari-lari kecil di tengah hiruk-pikuk koridor rumah sakit untuk segera menjumpai sesosok manusia yang kabarnya tengah disambar lara.

Dan begitu Anna memasuki ruangan tersebut, yang bisa ia pandang hanyalah konfigurasi seorang Kim Younghoon sedang terbaring lemas tak punya tenaga. Kedua mata itu sedang terpejam menanggung sakit yang berbondong-bondong menakung sekujur badan. Bibir Younghoon pucat bagai pasinya anggrek bulan. Pada bagian bawah matanya turut menghitam seolah tak pernah tertidur malam.

Isakan Wonyoung terdengar melantun, seakan memberitahu kepada jagat bahwa dia sedang bersedih. Didekap dalam lembutnya belaian Sakura, gadis itu semakin meronta saat Younghoon tak kunjung bangun dan berniat membuka mata.

Sekali lagi, Anna diharuskan untuk meneteskan air mata di secarik kertas pada narasi yang sama. Berulang kali ia katakan kepada hikayat diri sendiri bahwa dia takkan menangisi apapun lagi. Tapi malam ini semesta seolah tak membiarkan Anna bersukacita walau hanya untuk satu malam saja.

Sekian menit napasnya menderu tunaikan isak tangis, kini sampailah pada sebuah riwayat di mana intensi Anna seketika terasa membumi. Senandika berkata bahwa Kim Younghoon sedang lungkrah sebab mengharapkan kasih Anna yang sampai bila-bila takkan bisa tergapai olehnya.

Hingga berselang satu detik kemudian, Anna tiba-tiba menggenggam hasta Younghoon sembari menunduk dalam-dalam.

"Kim Younghoon. Aku di sini."

Dersik di luar jendela tidak mampu mendamaikan hati Jeon Anna. Separuh durjanya seringkali dihujani air mata. Selama beberapa menit ini, yang bisa Anna lakukan hanyalah berdiam diri, lagi.

"Na." Sampai di satu menit kemudian Sakura datang dan lekas berdiri di samping Anna. "Wonyoung bilang dia nemuin Younghoon lagi di kamar mandi sambil nyayat tangannya sendiri."

Saat Juyeon dengan segenap hati membuka keliman di lengan pemuda tersebut, daksa Anna rasanya hampir roboh seketika. Sayatan itu benar-benar ada di sana, melingkar panjang bagai tak punya arti apa-apa. Bekas luka yang ia ciptakan terpajang ke mana-mana. Bahkan Hyunjae pun mendapati jejak darah terkiprah di bawah telapak kakinya.

"Dokter bilang asam lambung Younghoon naik, makanya dia dibawa ke sini. Kalo sampai kejang-kejang kayak tadi, sih, mungkin karena Younghoon punya kecemasan berlebih, gampang stres, efek samping obat-obatan atau apalah itu. Dokter juga nemuin kepala Younghoon cidera di bagian tulang tengkorak."

Mau sepandai apapun Anna melakukan sandiwara, jika ia tak kuasa, maka tetesan itu tetap saja akan meredum sadrah. Anna merasa telah kehilangan separuh jiwa. Manusia yang dekat dengan dia seolah berakhir sama. Entah itu Haruto, ataupun Kim Younghoon. Dua orang itu sama-sama terluka.

[✔] Narasi Musim SemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang