"Haru. Kalau boleh tahu, apa kamu punya keinginan yang kamu sendiri ragu kalau keinginan itu bakal terwujud?"
"Hmm. Ada."
"Apa?"
"Bertemu bunda sebelum Haru binasa."
Sarapan pagi ini ditemani dengan segelas susu dan roti yang Haruto beli dari kedai sebelah tadi. Di pagi itu pula Anna tiba-tiba bertanya mengenai sebuah harapan. Hakikatnya akhir-akhir ini dia memang jarang menanyakan hal itu lagi kepada Haruto. Padahal dulu, ia sering sekali menanyakan keinginan-keinginan anak itu.
Jawaban yang Haruto berikan kini sudah biasa Anna dengar. Bahkan dari dulu saja Haruto selalu menjawab itu jika ditanya dengan pertanyaan yang sama. Mungkin memang benar jika Haruto merasa mustahil untuk menemui bunda yang sudah dari lama ia damba-dambakan kehadirannya.
"Kalau Anna apa?" Kini giliran Haruto yang bertanya.
"Harapan aku udah mutlak mustahil digapai."
"Memangnya apa?"
"Keliling dunia bareng ayah."
Ah, sebaiknya Haruto segera menghentikan pembahasan kali ini. Akan sangat ditakutkan jika Anna bersedih seperti malam tadi. Sudah cukup Haruto melihatnya menderita pasal tak larat menahan lara. Mendengar gadis itu selalu mengaduh rasanya hati Haruto ikut dijerat pilu.
"Anna! Buka pintunya! Kami dari pihak kepolisian akan melakukan penyelidikan!"
Persetan dengan suara Eric di depan rumah, jantung Anna sekonyong-konyong hampir merosot setelah pintu didobrak paksa oleh oknum minus akhlak itu. Pagi-pagi begini Eric serta yang lain sewenang-wenang berkunjung sambil membawa sekantung makanan. Mungkin dari kemarin mereka juga mencemaskan keadaan Anna.
Di lain sisi, Juyeon yang satu detik lalu telah masuk tiba-tiba mendekati gadis itu. "Aduh! Aduh! Anna sayangku! Kamu nggak papa, beib?!"
"Lee Juyeon!"
Tak ayal pawangnya pun marah dan langsung menarik Anna ke dalam pelukannya. Lagian ada-ada saja. Sudah tahu Haruto sangat tak suka jika siapapun nekat mendekati gadis itu, tapi berani-beraninya Juyeon membuat dia terbakar api cemburu.
"Ya elah. Cuma mau peluk doang. Gue juga kangen Anna, kali," cibir Juyeon sambil berdecak sebal.
Sementara itu Asahi malah tertawa jenaka di samping konfigurasi Sakura. "Dek. Semalem kamu nginep di sini, kah?"
"Iya, hehe. Maafkan Haruto, ya? Haruto belum meminta izin Asahi dulu."
Lucunya. Asahi jadi tidak tega. "Nggak papa. Kalian nggak macem-macem, kan?"
"Ya tidak, lah! Haruto cuma menemani tidur Anna saja, kok."
"Alah bohong. Semalem kalian habis goyang, kan?"
Eric ini malah memanas-manasi suasana! Tolong siapapun lempar dia ke Kali Grogol saja!
"HEH?! Adikku nggak mungkin semena-mena bikin anak orang bunting, ya?! Mau aku sunatin otong kamu?!" Satu lagi pawangnya Haruto yang marah sebab fitnah yang Eric lontarkan baru saja.
"Ya ampun. Canda, Bang. Maksud aku goyang poco-poco."
"Ngeles aja!"
"Yeu! Abang aja yang pikirannya ngeres!"
"Nggak sadar diri."
"Piso, nih! Piso!" Hyunjae dengan entengnya melemparkan benda tajam tersebut di tengah meja makan. Tambah sudah suasana pagi ini semakin runyam dan membikin Anna pusing kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Narasi Musim Semi
Fanfiction❝Perihal riwayat kehidupan Haru. Sosok remaja yang takut tumbuh dewasa.❞ ______________________________________ ● treasure tbz izone fanfiction ● watanabe haruto © benaluna