Apartemen Hyunjae dan Juyeon itu besar sekali, bahkan tersedia ruang baca sendiri. Mau apapun tinggal tunjuk, kalau lapar tinggal buka kulkas yang besarnya hampir melebihi gaban itu. Perpustakaan pribadi yang mereka beri nama 'ruang senyap' menjadi tempat paling mengesankan sepanjang perjalanan Anna kemari-untuk saat ini.
Dari pengambilan langkah pertamanya tatkala pintu terbuka, Anna tersuguh begitu banyaknya bonsai yang berjajar di bawah lampion gantung ruang tamu. Sungguh mewah bukan main. Dekorasi rumah tampak sederhana, namun ternyata mahal biayanya.
Apa Hyunjae dan Juyeon sekaya ini? Anna pikir, hidup mereka di sekolah tidak begitu kentara berduit amat. Selalunya Anna melihat mereka makan bersama namun bukan di cafetaria, namun di warung biasa depan sekolah.
Benar-benar tidak bisa ditebak pikiran seorang kakak beradik ini. Tolong jangan katakan bahwa Anna sudah memaklumi kelakuan mereka perihal menyakiti Haruto. Anna kemari hanya ingin tahu sesuatu dari kedua bocah badung ini.
Hih! Mengingat apa yang pernah mereka perbuat sanggup membikin Anna kembali murka.
"Nih, laptop. Lo tinggal nyalin apa yang udah gue ketik." Juyeon datang sembari melempar benda persegi itu. Sembrono sekali! Bagaimana jika rusak? Anna jelas-jelas tidak mau menggantinya.
Melihat hasil garapan mereka berdua, sungguh-sungguh membuat Anna tercengang. "Mantul banget, anjrot! Tapi gue agak ragu."
"Ragu kenapa?" Hyunjae datang dari balik pintu rumah kaca bersama tiga gelas minuman bersoda. Tak ayal dirinya pun lantas bertanya.
Anna meragukan materi yang sudah mereka pilih. "Bukannya buku ini terlalu berat buat dipresentasiin? Pembahasannya juga agak sensitif nyinggung seksualitas remaja dan orang dewasa yang sifatnya erotis gini."
"Kelompok lain milih buku yang konsepnya cuma bertumpu di tempat itu-itu aja. Mulai dari narkoba, kekerasan di bawah umur, kesehatan mental remaja. Bukannya itu terlalu biasa?"
"Iya, sih. Tapi kan ... agak gimana gitu."
Anna merasa paling goblok di kelompok ini. Sungguh! Juyeon dan Hyunjae ternyata memiliki ambisi besar terhadap nilai di secarik kertas. Anna akui kagum dengan ekspektasi mereka yang terlalu tinggi untuk presentasi kali ini. Dengan begitu, Anna juga harus berusaha sebaik mungkin.
"Pokoknya gue nggak mau tahu, kelompok kita kudu dapet nilai A+ di tugas kali ini."
Sepertinya Juyeon memiliki dendam kesumat dengan ulangan kemarin. Dia mendapat nilai 95 dan menurutnya itu tidak berarti apa-apa.
Bersanding dengan mereka berdua, Anna semakin merasa menjadi manusia paling goblok sekarang.
"Ternyata orang pinter nyeremin, ya?" celetuk Anna.
Apa maksudnya? Apa dia sedang menyindir? Tapi sayang sekali, Juyeon dan Hyunjae memilih tidak menggubris meski mereka sudah tahu akan dibawa ke mana sindiran itu. Lebih baik bagi keduanya diam tanpa menuturkan kata, sebab Anna bisa saja membuatnya bungkam.
Keheningan itu ditebas oleh sebuah resonansi yang serentak menggetarkan ponsel gadis itu. Tanpa berpikir panjang Anna langsung mengangkat sambungan dari seberang.
"Hell-"
"Lo gila biarin Haruto dibawa sama komplotannya Yujin?!"
Sebelum kalimat sapa mengudara dengan sempurna, teriakkan Sakura tiba-tiba mengumandang di balik kesenyapan.
"Lah? Emang kenapa? Mereka mau kelompokan, Ra. Tadi Haruto udah bilang sama gue kalo mereka mau ke perpustakaan kota sebentar nyari buku buat tugas kelompok dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Narasi Musim Semi
Fanfic❝Perihal riwayat kehidupan Haru. Sosok remaja yang takut tumbuh dewasa.❞ ______________________________________ ● treasure tbz izone fanfiction ● watanabe haruto © benaluna