Sebenarnya, apa arti dari sekuntum masa lalu? Tidakkah manusia berpikir jika bulan kemarin hanyalah cerita usang yang tak perlu dan tak harus selalu dikenang? Lalu, bagaimana dengan memori lama? Ataukah semua orang diharuskan untuk lupa?
Prolog dari pada pagi yang masih gelap kini terhinggapi oleh bisik-bisik tanya tadi. Anna berlari-lari kecil menuju taman raya sebelum harmonisasi tembang Burung Camar tiba mengumandang di pucuk hawa metropolitan. Harum bunga melati ajek menyerbak saban fajar dirinya menyatroni kawasan tengah kota. Untuk ketibaannya kali ini, air mata embun seolah menjadi perantara sambutan kecil akan kedatangan sang tuan putri.
"Selamat pagi, insan yang telah lama meninggalkanku pergi. Hari ini akan menjadi kali terakhir aku menunggumu kembali."
Firmannya mengudara tunaikan gelora kekecewaan atas balada kisah cinta dua remaja. Mengikhlaskan dirinya telah tiada merupakan jalan terakhir yang bisa Anna pilih. Memang tidak mudah merelakan cinta pertama, namun Anna sedang berusaha mencoba. Bila dia diharuskan untuk selalu menggenggam mawar di tangan yang sama, maka yang akan layu bukanlah bunganya, melainkan perasannya.
Sudah cukup Anna memendam rindu seorang diri. Apapun itu, sinar kejoralah yang sanggup menjadi saksi bisu bahwasanya seorang gadis fajar tak lagi mendamba jiwa-jiwa dari masa lalu. Dan, ya. Sampai-sampai fajar di pukul empat sendiri yang mendapuknya sebagai gadis pagi buta.
Tangkapan layar oleh netranya lantaran berpaling tatap seusai menjenguk gugurnya satu daun kamboja. Dia kembali kemari setelah beberapa hari ini tidak pernah mengunjuk eksistensi. Anna mengenalnya. Dia laki-laki putus asa.
"Kamu datang lagi?" Selepas berdiri untuk sekadar menghampirinya, Anna lantas menduduki panggonan di sanding bahtera kepemilikan Hamada.
Tidak perlu bertanya-tanya akan siapa dia, Asahi sudah pasti telah mengenal Anna. Anggukan singkat terkehendaki, dan berakhir dengan sekujur raga yang tiba-tiba mematung bak secorak prasasti.
"Aku kira kamu nggak akan ke sini lagi," imbuhnya kala tahu bahwa Asahi hanya berdiam diri saja.
"Aku malah mengira sebaliknya." Asahi kira tidak ada salahnya jika berbicara dengan Anna sebentar. "Akhir-akhir ini aku jarang melihat kamu kemari."
Sesungguhnya Anna sedikit terperangah pagi itu, sebab dia tidak menyangka saja jika Asahi ternyata akan memperhatikan Anna sedetail ini.
"Kenapa? Kangen sama aku, ya?" ledek gadis itu sembari terkekeh-kekeh.
"Aku lebih baik tidur dengan seekor lembu daripada harus merindukan gadis pecicilan seperti kamu."
Berbicara dengan Asahi memang membutuhkan kelapangan hati. Dan, apa katanya? Lembu? Bagaimana mungkin Asahi lebih memilih seekor lembu daripada seorang perempuan cantik dermawan macam gadis itu? Asahi sungguh kelewatan membandingkan Anna dengan mamalia gendut pemakan rumput tersebut.
Namun untuk pagi ini saja Anna ingin menenteramkan pikiran. Jadi, dia tidak begitu keberatan mau Asahi memandangnya lebih rendah dari seekor lembu atau apapun itu.
"Kamu masih membenciku?" Tiba-tiba saja Anna ingin bertanya demikian. Menunggu jawabannya adalah salah satu dari semua hal yang pernah Anna takuti di dunia.
Sejenak, Asahi mengangguk pelan. "Aku membenci semua orang yang berusaha mendekati adikku hanya karena rasa penasaran mereka."
"Penasaran?"
"Termasuk kamu. Jujur saja, kamu mendekatinya sebab ingin tahu riwayat kehidupannya saja, bukan?"
Ah, benar. Anna tidak menyadari itu. Pada jumpa pertama, Anna pikir dirinya termasuk dalam golongan manusia-manusia yang kini sedang Hamada sindir telak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Narasi Musim Semi
Fanfiction❝Perihal riwayat kehidupan Haru. Sosok remaja yang takut tumbuh dewasa.❞ ______________________________________ ● treasure tbz izone fanfiction ● watanabe haruto © benaluna