26. Rasa Yang Masih Sama

1.5K 197 7
                                    

Ketika dunia kembali berada, saat nantinya hujan tak lagi bersuara, sanggupkah dia memulai kembali kisah cinta yang sudah lama binasa? Lagu dari kidung langit belum berhenti, dan Anna belum juga membunuh tangisannya kini. Karena memang, sampai sekarang Anna masih ajek mengenang.

Lagi-lagi, untuk dua atau tiga tahun selepas dia pergi, mereka kembali dipertemukan di sini. Taman kota beraromakan tanah merah menjadi mandala keduanya untuk mengais secarik halaman-halaman di dalam kesakitan lama. Kan Anna tunjukan kepadanya sudah sejatuh apa dia selama ini sebab menunggu seorang laki-laki yang dahulu pergi namun tak kunjung pula kembali.

Dia, Kim Younghoon. Pemuda tampan yang dengan tega meninggalkan perempuannya sendirian. Selepas ini, mungkinkah dia akan menghilang lagi?

"Anna. Bagaimana kabarmu?"

Begitu hancurnya hati gadis itu saat mendengar dia berbicara. Teguhkan dan ingatkan Anna bahwa dia sudah berusaha melupakan semua rasa yang pernah singgah. Detik di mana Younghoon memayungi raga perempuannya di bawah guyuran air hujan menjadi detik di mana karsa Anna mulai terbenam. Gadis itu tidak sanggup berkata-kata selain menatap lekat garis matanya, kemudian menghapus renjana tuk menggugat penjelasan.

Selangkah, Younghoon dekati konfigurasi Anna yang kini tampak sudah tidak bisa berbuat apa-apa. "Anna. Maafkan kepergianku."

Dan tanpa disangka Anna sanggup memberi bantah. "Aku nggak menyalahkan kepergianmu. Aku menyalahkan kembalimu. Kenapa saat aku mulai lupa, kamu pulang hanya ingin menghancurkan semuanya?"

"Aku kembali untuk menemuimu. Untuk menemui kekasihku. Bukankah aku sudah mengatakan kepadamu untuk terus menungguku?"

"Mau sampai kapan aku harus menunggu? Perlu kamu tahu, tiap pagi aku selalu ke sini buat mastiin bahwa kamu akan menemuiku lagi di sini. Tapi yang aku dapat cuma rasa sakit. Kamu pun dengan gampangnya pergi tanpa pamit. Hati perempuan mana yang sanggup menunggu laki-lakinya selama ini? Lebih dari dua tahun, Younghoon. Lebih dari dua tahun aku nungguin kamu!"

Semua jagat turut berkumandang. Tatkala atmosfer sejuk tak mampu menoreh gigil, mungkin datangnya angin ribut menjadi sebuah hal yang amat mustahil. Rintikan air mata begitu deras membasahi dinding muka. Laksana hujan malam, embun di bawah matanya menjadi perantara sinar hati yang kini mulai kelam.

Payung yang sedetik lalu menjadi sebuah tempat teduh, sekarang gugur dikala gadisnya setia mengaduh. Malam ini, mereka membiarkan sekujur tubuh basah akibat ulah bumantara. Warna kelabu di ujung langit ke tujuh tak sepekat hati Anna yang lama telah rapuh. Gadis itu tidak mengharapkan dia kembali setelah apa yang ia lalui selama ini.

Sejenak, lisan Kim Younghoon berulang mengangkasa. "Anna. Di mana letak kesalahanku?"

"Kamu masih bertanya?" Sebarang masa Anna refleksikan tangan untuk mengepal kuat.

"Sadarilah olehmu, Younghoon. Saat ibuku mati kamu berkata akan terus menjagaku! Yang menjadi penolong akan kesedihanku hanya kamu! Dan dirimu pernah berjanji kepadaku untuk terus hidup bersamaku. Lantas, ke mana kamu selama dua tahun ini? Aku menunggu kamu. Tapi kamu nggak pernah mau datang menjemputku."

Dada Younghoon menjadi bahan pelampiasan kesedihan Anna. Ia pukul sekeras yang ia bisa meskipun dia tahu bahwa sekarang dirinya tak lagi punya tenaga.

Lalu, Younghoon akan langsung mendekap tubuh ringkih Anna. Kemudian membelai kepalanya sembari mencari pengertian. "Maafkan aku telah pergi setelah aku membawamu kemari. Maafkan aku, Anna. Maaf."

"Kamu laki-laki nggak punya hati, Kim Younghoon." Suara parau itu disembunyikan Anna dalam dekapan laki-laki tersebut. Kehangatan yang dulu pernah ia rasakan, kini datang untuk kembali ia rasakan.

[✔] Narasi Musim SemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang