O8. Tuan & Puan

3.3K 373 21
                                    

Pagi tadi, Anna bingung harus mengatakan apa ketika Jessica bertanya kepadanya pasal kenapa Haruto tidak berangkat sekolah. Karena nyatanya Haruto sudah menapakkan kaki di sini pagi tadi dan sekarang entah ke mana perginya tidak ada yang tahu sama sekali.

Anna sungguh kelabakan bukan main saat-saat dirinya mengharuskan diri untuk mencari Haruto ke sana kemari sewaktu bel pulang sekolah lantang berbunyi. Sedari siang tadi, Anna pun giat bolak-balik ke gerbang depan sekolah sekadar memeriksa apakah Haruto sudah kembali atau malah belum.

Dan ternyata, sampai sore pun laki-laki itu tidak lagi memperkenankan presensinya di hadapan Anna. Demi apapun, dia sangat takut bilamana sesuatu terjadi kepada Haruto. Apalagi pernah dikatakan kepadanya jika Haruto merupakan laki-laki yang amat teramat rapuh. Jika memang benar sesuatu sedang terjadi, dirinya pasti akan merasa sangat bersalah sebab tidak bisa menjaga bocah itu dengan baik.

"Haruto. Kamu ke mana? Jangan bikin aku khawatir gini." Tidak memungkiri jika keadaan saat ini sanggup membuat lisannya turut berbicara sendiri.

Tas Haruto masih ia rengkuh seerat mungkin. Meskipun raganya kini sedang berpijak di depan gapura, namun tidak perlu dipertanyakan lagi jika nalar pikirannya sudah menggelandang ke mana-mana.

Anna tahu, mereka bukan sepasang kekasih hati yang dijanjikan semesta untuk bisa bersama selamanya. Anna pun paham, bahwa Haruto tidak mengambil banyak bagian dari cerita hidupnya. Namun, entah kenapa, acap kali melihat Haruto, hati yang perasa mengatakan jika dia adalah tokoh paling istimewa. Sosok figuran yang akan menemani hari-hari menyenangkan Anna.

Tidak ada yang perlu dipermasalahkan jika suatu saat Anna akan jatuh lagi, lalu kembali mencintai. Dunia seakan memiliki maksud tersendiri sebab telah menghadirkan sosok rapuh seperti dirinya ini. Anna laksana didapuk untuk merawat bocah itu, dan upah yang akan dia tanggung masih belum Anna tahu.

Sebelum melangkah tertuju ke arah parkiran, suara gempur dari pacu lari seorang Sakura tiba-tiba menyeruak sembari memanggil namanya berulang kali. Di sana, bisa Anna dapati jika mimik wajah gadis itu sedang dipinang cemas.

"Na! Lo harus ikut gue!"

Sesaat kemudian, tanpa persetujuan lebih lanjut dirinya gancang menarik tangan Anna. Belum apa-apa, gadis itu sudah menepisnya lebih dulu.

"Mau ke mana, sih, Ra? Gue mau nyari Haruto dulu. Dia belum balik dari tadi," timpal Anna. Ukir wajahnya pun turut digandeng waswas.

"Maka dari itu gue nyuruh lo ikut sama gue!"

Sebelum Sakura hendak menerangkan maklumat apa yang terjadi kepada Haruto saat ini, siswa lain yang tak tahu dari mana datangnya tiba-tiba menyerukan pariwara perihal laki-laki itu di tengah-tengah halaman sekolah.

"Woy! Haruto lagi diarak warga!"

***

Pagi itu, Haruto tidak tahu akan dibawa ke mana dirinya oleh seorang siswi perempuan bersurai hitam legam. Akan tetapi, Haruto sudah sangat paham jika masalah sebentar lagi akan datang menghampirinya.

Usai menyuruh Anna memasuki kelas, laki-laki itu lantas menghampiri segerombol pemuda-pemudi yang kini tengah menunggunya sedari tadi. Tanpa disuruh saja, getaran di tangan dan sekujur tubuh Haruto rasanya berasimilasi semakin menjadi-jadi. Segala bentuk pertanyaan sempat membentang dalam kisi-kisi pikirannya.

Perihal ... mimpi buruk apa yang akan Haruto dapati hari ini?

"K-Kim Minju."

Dalam pemberhentian langkah kakinya di depan anak itu, hulu yang muasalnya sanggup menengadah kini dipaksa untuk tertunduk sampai tak berani mengeluarkan kata sekadar berbicara. Air muka bocah itu seolah dengan gamblang menerangkan fakta jika dirinya belum siap akan sesuatu yang akan mendera hidupnya kali ini.

[✔] Narasi Musim SemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang