Perihal Anna, Haruto akan mengenang tiga momen ini dalam hidup dan matinya. Pertama, ketika dia menemukan Anna sedang terjatuh dan terluka. Kedua, pada hari di mana mereka mengungkap rasa cinta di sebuah gerimis petang. Tiga, kala waktu berhenti berotasi, dan Haruto memilih mengakhiri kisah ini di akhir halaman kosong nanti.
Haruto berani mengakui jikalau kehadiran Anna sangat mampu menghapus duka. Hampa yang dahulu terasa nyata melindang tahu-tahu hilang tanpa merujuk niat tuk kembali melintang. Ada masa di mana Haruto begitu bersyukur memiliki kekasih macam dirinya---laksana bidadari surga yang kecantikannya amat paripurna, hati yang mulia, senyum yang mampu mengagih suka dan cita, serta perempuan yang tak pernah sungkan mengawani kesendiriannya.
Kenapa Tuhan melahirkan Anna di dunia dan bukannya malah menempatkan dia di dalam keabadian surga? Bocah itu pernah bertanya demikian. Beberapa kali pula Haruto tidak menyangka jika ia akan diberi restu meminang karsa Jeon Anna untuk selamanya bisa hidup bersama. Dari beribu-ribu banyaknya perempuan di belahan bumi Korea, bagi Haruto, hanya Anna saja lah sosok yang paling sempurna.
Namun, sesempurna apapun seorang manusia, akan ada celah di mana dirinya pernah menanggung dosa. Seperti malam ini, ketika tanpa sengaja Haruto mendapati gadisnya sedang duduk berdua bersama seorang laki-laki sembari membicarakan pasal renyut hati. Ada satu bait gatra yang tertera dan mengudara dari lisan Anna, yang bagi Haru teramat mampu mengguncang kepercayaannya.
Anna bilang kepada Younghoon. "Aku mencintai kamu. Bahkan lebih daripada aku mencintai kehidupanku."
Di atas batu, di bawah redupnya bulan biru, Haruto jatuh meratapi apa yang baru saja tengah berlalu. Mati rasa menahan lara, sekonyong-konyong Anna melukai hati laki-lakinya.
Namun semua hanya kesalahpahaman semata. Ada satu kalimat yang sempat Anna jeda dalam aksi bisunya.
"Tapi itu dulu, Younghoon. Sekarang kamu sudah tidak lagi ada di sana, dalam hati yang pernah kamu jaga. Kemarin malam aku mencari kamu, mencari sesuatu yang pernah kujunjung selalu. Tapi yang kutemukan hanya penggantimu. Dan aku yakini bahwa aku sudah begitu rela jika harus kehilangan kamu."
"Maka, sadarlah. Tak ada lagi tempat untukmu singgah. Cari hati yang lebih setia dariku, yang lebih sabar dalam menunggu," sambungnya.
Kini, Haruto tidak perlu khawatir lagi. Namun tidak dengan Kim Younghoon. Laki-laki itu belum ikhlas dalam melepas. Anna adalah separuh jiwanya. Tidak. Anna adalah seluruh jiwa dan alasan dia masih hidup sampai sekarang. Tapi malam ini Younghoon dikecewakan lagi. Oleh fakta, oleh keterangan sebuah rasa.
Lalu, dia harus apa? Bisakah Younghoon memaksakan kehendak Anna? Tidaklah ia yakini jika suatu hari akan ada perempuan yang datang menghampirinya, menyapanya, dan menjadikan dia sebagai yang pertama. Atau mungkin terakhir.
Seperti Kim Minju, yang dengan tiba-tibanya datang mengganggu ketenangan mereka dalam menatap lereng-lereng gunung di sejauh aksa memandang.
"Kim Younghoon. Ngapain di sini sama anak itu?" Ia cekal tangan laki-laki itu, seolah tak memberi restu untuk Younghoon dekat-dekat dengan perempuan lain selain Kim Minju. "Ayo ke sana. Api unggun udah mau nyala."
"Sebentar, aku lagi ngomong sama Anna," kilahnya agak risih.
"Ngomongin apa, sih?! Nggak ada yang harus kalian omongin! Kamu itu udah dibuang sama dia! Bisa-bisanya merjuangin hati yang udah lama mati!"
Ya sudahlah. Omongan Minju ada benarnya juga. Lebih baik Younghoon pergi saja daripada terus terluka.
"Dan, lo." Minju tunjuk konfigurasi Jeon Anna di depan sana. "Lo nggak lupa, kan, kalau lo jadi seksi konsumsi? Ambil telur di tenda nomor satu. Bagiin sama yang lain sesuai nama yang udah ditulis di cangkang telur itu. Semua udah pas kebagian satu-satu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Narasi Musim Semi
Fanfic❝Perihal riwayat kehidupan Haru. Sosok remaja yang takut tumbuh dewasa.❞ ______________________________________ ● treasure tbz izone fanfiction ● watanabe haruto © benaluna