24. Sabit Di Ujung Langit

1.7K 193 5
                                    

Ini bukan lagi perihal hubungan satu bulan lima hari, bukan pula perkara kisah kasih di tengah hujan musim semi. Hanya saja, gadis itu semata-mata teringin jujur kepadanya bahwa dia sudah jatuh dalam nirwana cinta. Ketulusan laki-laki tersebut dalam menemani kesendiriannya sungguh mampu membuat dia tidak lagi bisa berkata apa-apa selain-

"Aku benar-benar sudah menaruh rasa kepada laki-laki seperti kamu. Sosok yang tak pernah lelah mengiringi langkah kecilku, sosok yang selalu datang menjadi pelipur laraku. Sosok yang begitu candu ... sosok yang selalu kupikirkan setiap waktu."

Meskipun Anna masih ragu bahwasanya dia sudah lupa akan yang namanya pengorbanan masa lalu, tapi hatinya membimbing lisan untuk jujur saja kepada laki-laki itu. Ya, setidaknya Anna tidak lagi bimbang jika seseorang tansah bertanya mengapa dia selalu mencemaskan sosok laki-laki Jepang.

Kini, gadis itu benar-benar yakin jika dia sudah menaruh rasa kepada laki-laki lain. Mungkin Haruto adalah satu dari ribuan umat manusia yang Tuhan titipkan kepada Anna untuk dirinya jaga. Lantas, sebisa mungkin dirinya membimbing Haruto agar mampu berdiri sendiri, mengasihani tiap-tiap lara di atas bumi, serta mengikhlaskan apa yang sudah lama pergi.

Tetes hujan terakhir sudah menitik lima detik lalu, yang mana menjadi penanda bahwa Haruto hendaknya membalas riwayat ukara dari Anna dengan sederet tutur kata biasa.

"Apa Haru pantas dicintai?" Benak di dalam dada menghimpun sang lisan untuk lantas bertanya. Sejujur-jujurnya Haruto tidak tahu apa-apa mengenai cinta dan segala perihal maklumatnya.

Lalu Anna akan mengangguk, kemudian membelai pipi Haruto dengan gerakan yang terasa begitu lembut. "Kamu pantas dicintai, kamu pun pantas untuk mencintai."

Kuluman bibir Haruto lakukan demi menyembunyikan pipinya yang sudah lama memerah. "Kalau begitu, apa Haru boleh membalas perasaan Anna?"

"Maksud kamu?"

Di mana sang surya memberikan epilog pada cahayanya yang indah, Haruto lantaran mendekatkan raga untuk bisa menatap Anna lebih dekat. Sejenak, dirinya berbisik tepat di ambang rungu gadis itu.

"Haru tidak tahu ini perasaan apa. Tapi Haru pikir Haru juga sudah lama mencintai Anna."

Harus dengan apa Anna mendeskripsikan semua ini? Apa Haruto tidak main-main? Kedua remaja tersebut betul-betul sedang mengungkapkan rahasianya masing-masing. Dan ini merupakan sebuah hal yang tidak pernah mereka sangka sebelum mereka berjumpa untuk pertama kalinya di sini.

"H-Haru ...."

"Iya?"

"Sejak kapan kamu mencintaiku?"

Lima detik berlalu untuknya berdiri serta memberikan Anna setangkai bunga sakura, tidak lama kemudian Haruto mengajaknya pulang bersama seraya melewati eloknya lentera kota.

Mengingat pertanyaan Anna satu menit lalu, Haruto lantas memberikan sebuah jawaban.

"Sejak pertemuan pertama kita. Saat Anna memandang Haru dengan tatapan penuh duka."

Ternyata, Anna kalah jauh dengan dirinya. Haruto sudah memendam rasa selama itu, dan sekarang Anna malah baru tahu. Jika gadis itu diberi pertanyaan seperti tadi, mungkin dirinya hanya bisa sangsi. Sebab, Anna tidak begitu paham sudah semenjak kapan dia mencintai Haruto.

Mungkin ... kemarin? Dua hari yang lalu? Atau saat parade di akhir pekan kemarin? Entahlah. Yang pasti Anna sudah lega mengungkapkan perasaannya kini.

"Anna." Laki-laki itu tiba-tiba memanggil.

"Apa?"

"Anu." Lagi-lagi ia tak mau berjalan tanpa sedetikpun bergenggaman tangan. "Apa itu artinya Anna sudah menjadi gadis Haru?"

[✔] Narasi Musim SemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang