***
Satu Januari, kamu pergi meninggalkan kami.
Tengah malam, matamu terpejam mengakhiri salam.
Haru, sekarang tidak ada yang bisa dikisahkan lagi. Perihal kamu, kepergianmu, dan semua luka yang telah ditinggalkan olehmu sudah berakhir di malam itu. Duka yang kamu torehkan kepada mereka begitu dalam. Kamu melukai semua orang dengan sebuah kehilangan.
Hai, Haru. Sempatkah kamu berpikir jika kehadiranmu di bumi ini adalah sebuah anugerah terindah yang pernah dunia punya? Tidak perlu kamu menjadikan malam sebagai tempat mengaduh kesah. Hidupmu terlalu sempurna untuk bisa dikatakan sebagai jajaran budak dunia yang sifatnya cuma fana. Tak kekal, tak pula abadi selamanya.
Kepergianmu tanpa sadar telah membawa Asahi ke tempat semula. Tempat di mana dia hampir mengakhiri hidup di awal kisah. Kakakmu sedang di sana, dia menangis sendirian di tengah malam-malam buta. Kakinya sudah menapak pada pagar jembatan, dan yang bisa ia lihat sekarang hanyalah ketenangan sungai Han.
Biarkan dia mati malam ini. Mungkin Hamada akan menjemputmu seperti apa yang telah kamu lakukan kepada ayah malam kemarin.
Sulit, Haru. Merelakan kamu pergi adalah sebuah hal yang sangat sulit dalam hidup Asahi. Pandanglah sudah seputus apa asa seorang Hamada. Malam ini dia tidak bisa berharap apa-apa lagi selain menenggelamkan raganya sendiri, kemudian dilahap oleh prahara di tengah sungai ini.
Dan untuk kekasihmu, Anna si Gadis Haru. Tak perlu kamu tanyakan sudah sesakit apa kesedihan gadis itu. Malam-malam yang panjang ia lalui dengan mencari kamu. Dia hampir gila karenamu.
Manusia yang dulu pernah berjanji untuk bersama sehidup semati, kini pergi dengan pamit hingga meninggalkan sebuah rasa sakit. Anna kira, kamu benar-benar akan terus bersanding dengannya setelah gadis itu usai tak punya apa-apa. Ketika dia berharap kepadamu, Anna sudah menjujung kepercayaan bahwa kamu akan datang setiap dia butuh.
Tapi, lagi-lagi Anna dikecewakan dengan sebuah kehilangan. Seberapa pantas Anna menerima ini? Seorang anak yang dahulu sering tertawa setiap hari kini selalu mengurung diri. Anna mati rasa melihatmu binasa di dalam dekap peluknya. Namun, apa kamu bisa merasakan itu?
Haru, kami tidak menyalahkan kepergianmu. Sungguh. Tapi semua orang yang telah kamu tinggalkan di malam itu sedang tidak bisa berdiri dengan kaki yang utuh. Mereka sering terjatuh hingga membuat raga mereka lumpuh. Kepergianmu benar-benar membuat semua orang turut mengaduh.
Jika malam ini mereka semua berakhir di tempat yang sama, jatuh dengan luka yang tak jauh berbeda, apa kamu akan menyesali kehilanganmu sendiri?
Tidak ada manusia yang bersalah dalam kisah ini, Haru. Hanya saja, mereka sempat keliru dalam mencari makna perihal kehidupan yang mereka tuju. Hingga pada akhirnya, orang-orang itu harus terus terjatuh. Lumpuh. Kemudian mati dalam keadaan bersimpuh.
Selamat tinggal. Mungkin hanya itu yang bisa kami ucapkan. Selebihnya, tinggal bumi yang mampu merasakan. Seperti sabdamu di sebuah waktu. Tidak apa-apa untuk tidak menjadi baik-baik saja. Maka kami akan mencoba berusaha mengikhlaskan segalanya.
Perihal kamu, perihal kepergianmu.
Walau kami rasa kami tak akan pernah mampu.
Terima kasih, Haru. Terima kasih karena telah singgah, walau tak pernah sungguh-sungguh.
---[🌸🌸🌸]---
S. E. L. E. S. A. I
---[🌸🌸🌸]---
[🌸] Narasi Musim Semi.
-usai.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Narasi Musim Semi
Fanfiction❝Perihal riwayat kehidupan Haru. Sosok remaja yang takut tumbuh dewasa.❞ ______________________________________ ● treasure tbz izone fanfiction ● watanabe haruto © benaluna