#1 London
#1 Nerd
#3 Falling
#4 Kakel
.
Cantik, pintar dan kaya. Semua dimiliki sosok Aurelin Caezilia Adrian. Hanya saja gadis tersebut punya alasan lain kenapa semenjak menginjakkan kaki di sekolah barunya ia malah merubah penampilan menjadi seora...
Hai guys, jadi ini REGAUREL versi revisi yaa... kalo ada typo kasih tau aku. Semoga suka dan selamat membaca💗
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
London, 21:23 PM
Seorang cewek tujuh belas tahun dengan langkah tergesa memasuki sebuah bar. Netranya menjelajah cepat memperhatikan lautan manusia didepannya sembari menautkan jemari cemas. Jujur, tempat ini terlalu ramai untuk seorang ansos sepertinya. Jika bukan karena hal mendesak jelas ia tidak akan mau menginjakkan kaki di tempat seperti ini. Matanya benar-benar tidak bisa damai dengan lampu disko.
“Hai, sweety… wanna accompany me to drink?”
“What a beautiful angel. This is my card if you need me, honey.”
“Need some room with me, baby?”
Astaga. Kalimat-kalimat itu menjijikkan, sangat. Tak henti-hentinya ia menepis dan memelototi tangan-tangan pria hidung belang yang menyentuh lengannya dengan kasar. Aish, harusnya mereka nikah saja dari pada menabung dosa di tempat seperti ini. Menyebalkan sekali memang.
‘Nah, ketemu lo sekarang!’ Batinnya bersorak ketika menemukan sosok pemuda yang ia cari sejak tadi sedang menari di dance floor dan tengah diapit dua wanita bule berpakaian mini. Gadis itu berdecak lalu menarik lengan lelaki tersebut menjauhi hingar bingar club tanpa memperhatikan raut shock orang di sampingnya.
“A-aurel? Kamu… kenapa g-gak bilang kalau mau ke sini?” Lelaki itu bersuara saat mereka sudah sampai di parkiran yang cukup sepi.
Aurelin Caezilia Adrian, gadis yang di panggil namanya itu tertawa. Merasa lucu dengan sikap sok tidak bersalah pacarnya setelah apa yang ia lihat barusan. Padahal ia tau cowok itu tengah gugup setengah mati.
“Morgan, let’s break up.” Raut wajah Aurel yang berubah serius dan kalimat to the point-nya membuat Morgan melotot.
“What?! No, Aurel … one more chance oke? A-aku tau kamu marah gara-gara tadi but, I promise…”
“Wait,” Aurel tertawa renyah, “Are you sure… aku bakal marah cuma gara-gara liat kamu kayak tadi? Morgan, kamu tau perasaan aku ke kamu gimana. Tolong, kita gak perlu lanjutin ini lagi, oke?”
“Enggak bisa. Kenapa kamu tiba-tiba minta putus, padahal kita baik-baik aja?”
“Baik-baik aja kamu bilang? Aku gak cinta sama kamu, dan kamu pun enggak…”
“I love you. I really love you, Aurel.”
Aurel berdecih sinis, “No, you are not. Jangan anggap aku bodoh, Morgan. Kamu pikir aku gak tau apa yang kamu lakuin di luar sana tanpa aku? Kamu kira aku gak tau berapa banyak cewek yang kamu kencanin selama ini? Aku cuma satu di antara mereka jadi, stop bertingkah seakan aku satu-satunya yang kamu miliki. Aku mulai muak dan… kamu juga udah gak berguna.”
“F*ck! Kamu gak bisa putusin aku kayak gini, Aurel.”
“Kenapa? Karena aku satu-satunya cewek yang berani mutusin kamu?” Aurel mengangkat dagu angkuh dengan tangan bersedekap, seolah tak takut sama sekali pada raut marah cowok yang sebentar lagi akan resmi menjadi mantan pacarnya tersebut.
“Aku udah selesai, kamu bisa masuk dan bersenang-senang lagi. Good bye, Morgan.” Aurel berbalik dan melangkah cepat menuju tempat mobilnya terparkir. Meninggalkan Morgan yang terus memanggilnya dengan sumpah serapah yang tak henti cowok itu lontarkan.
“Halo, Pi. Aurel udah selesai ngurus surat pindah. Aurel juga udah pesen tiket buat besok.” Aurel mengganti sepatu flatnya dengan sendal rumahan begitu sampai di apartemen. Ponsel gadis itu terapit antara telinga dan bahu. Sedang dirinya masih sibuk merapikan sofa yang terlihat sedikit berantakan karena ia meninggalkannya begitu saja tadi.
“Kamu yakin buat pindah? Ntar nyesel pengen balik London.”
“Ish, papi… kemaren kan udah dibicarain.” Suara tawa di seberang sana membuat Aurel tersenyum tipis. Ia jadi tidak cukup sabar menunggu hari esok karena sudah begitu merindukan keluarganya. Nyaris setahun ia tidak pulang dan hanya mampu bersua lewat video call, kini Aurel membulatkan tekadnya untuk kembali ke kampung halaman.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.