33. Pajak jadian

605 44 11
                                        







Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









33. Pajak jadian




Harusnya Aurel beristirahat di rumah selama seminggu. Namun ia benar-benar sudah bosan hanya tidur, makan, scroll tiktok, nonton TV atau nggak drakoran. Begitu setiap harinya berulang-ulang. Di hari ke lima akhirnya ia ngotot untuk sekolah. Dan tentu saja dengan sifat keras kepala Aurel sang mami dengan berat hati memberi izin. Di tambah Rega juga mendukungnya dan datang secara khusus menemui sang nyonya Adrian, berjanji untuk menjaga gadis itu dengan baik.
Beruntung keadaan psikis Aurel sudah jauh membaik. Trauma itu tidak lagi menghantui setelah ia melakukan pertemuan untuk yang kedua kalinya dengan seorang prikiater terkenal di Indonesia.

“Ga, tau nggak sih? Tadi aku coba goreng ikan bantu bibi,” Aurel memulai ceritanya ketika mereka sudah masuk mobil. Tangan kanan gadis itu terulur memperlihatkan bekas-bekas kemerahan di sana, “Minyaknya gak disekolahin, ampe ngejar-ngejar gitu masa.” Keluhnya dengan raut wajah persis anak anjing minta dikarungin.

Rega meresponnya dengan usapan lembut pada bekas itu sambil terkekeh renyah, “Gak pa-pa, itu artinya mereka suka sama kamu.”

“Masa? Kamu gak cemburu gitu?”

“Enggak. Ngapain cemburu sama minyak goreng? Yang aku cemburuin itu cowok yang ada di dompet kamu.” Rega tiba-tiba teringat saat Aurel ke rumahanya dan ia tidak sengaja menemukan tas cewek itu terbuka. Barang pertama yang ia lihat adalah dompet navy yang berhasil menarik perhatian Rega. Dan ketika membuka barang itu ia malah dibuat bad mood dengan foto seorang cowok yang Rega yakini serratus persen itu bukan dirinya maupun Alvin, apalagi tuan Adrian.

Mulut Aurel membulat kemudian terkekeh kecil,

“Aah, itu…”

“Gak usah bilang itu artis FTV atau apapun, karena aku udah nanya dan mama bilang gak ada artis Indonesia yang mukanya kek dia.”

“Astaga, Rega, itu udah lama banget dari aku SMP.”

“Jadi, mantan kamu ada berapa? Waktu itu kamu bilang cuma satu.”

“Bukan mantan!” Aurel melotot dengan sudut bibir berkedut menahan senyum. Ia baru tau Rega yang cemburu bisa semenggemaskan ini, “Tapi calon masa depan.” Ujarnya semakin menggoda Rega, membuat cowok itu mengernyit dengan pupil mata yang seolah mengobarkan api.

“Nomornya yang mana? Biar aku ngomong langsung.” Rega menyerahkan HP Aurel. Rautnya benar-benar serius, berbeda jauh dengan Aurel yang sejak tadi memegang perutnya menahan tawa.

Regaurel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang