(Sequel The LUCKIEST Bastard | Bisa dibaca secara terpisah)
Sydney Hudson, hidupnya jungkir balik setelah kematian kedua orang tuanya. Ia harus mencari uang dengan jerih payahnya sendiri demi kelangsungan hidupnya.
Suatu hari ia terpaksa pindah ke L...
Bacanya pelan-pelan karena part ini tidak sepanjang part sebelumnya kalo engga salah😆
Maaf ya kalo ada typo, karena aku engga baca ulang lagi wkakak
Happy Reading
"
Kau sangat menikmatinya semalam, Austin. Sementara aku? Aku hanya bisa menangis dan menahan rasa sakit yang kau berikan. Aku berusaha menghentikanmu namun tidak bisa," lirih Sydney.
Dada Austin terasa seperti ditusuk oleh ribuan jarum mendengar lirihan Sydney. Ia hendak bangkit dan memeluk Sydney, namun Sydney telah menghindar terlebih dahulu.
Sydney menghela nafasnya pelan, menghapus air mata yang keluar tanpa ijin, lalu berkata, "Aku akan mengambil warisanku secepatnya. Aku akan membahasnya engan grandpa besok."
Sydney langsung berjalan meninggalkan Austin yang menatap kosong lantai penthouse. Dada Austin benar-benar terasa sesak dan rasa bersalah sekaligus menyesal menyelimutinya. Dan mendengar Sydney yang ingin mengambil warisannya, itu berarti...
Playlist: How Will I Know - Whitney Houston ______________________
Austin menatap kosong gelas wine di hadapannya. Ia duduk termenung di kursi mini bar yang terdapat disebelah dapur keringnya. Terdapat berbagai macam jenis alkohol beserta tahun pembuatan yang berbeda-beda dipajang di kabinet belakang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ia kembali menuangkan red wine ke dalam gelasnya kemudian meminumnya hingga habis. Sementara pikirannya terus berusaha mengingat apa yang terjadi ketika ia mabuk kemarin.
Ia mengacak rambutnya frustasi dan menuangkan kembali red wine ke dalam gelasnya dan meminumnya hingga kasar. Austin melakukan itu terus menerus hingga satu botol red wine itu habis.
Kemeja Austin sudah kusut dan dua kancing teratasnya ia buka. Rambutnya sudah acak-acakan tidak keruan namun ia masih saja belum bisa mengingat kejadian yang diceritakan Sydney. Ia tidak ingin membuka wine lagi, karena itu tidak akan membuat otaknya bekerja.
Tiba-tiba bayangan akan dirinya yang dengan kasar melakukan hal bejat kepada Sydney itu muncul. Tak begitu jelas, namun sudah cukup untuk membuktikan bahwa dirinya berengsek dan sukses membuat Sydney seperti ini.
Tanpa mengulur waktu, Austin langsung berdiri dan naik ke lantai dua untuk minta maaf kepada Sydney. Ia benar-benar emosi waktu itu sampai melewati batas.