____________
Namanya adalah Garlien, gadis remaja yang sifatnya sesuai dengan mood. Kadang ceria, kadang judes, kadang ga jelas, dan kadang-kadang yang lainnya.
Garlien berpikir jika dirinya adalah manusia beruang, karena setelah kenyang pasti dirinya akan mengantuk, dalam dunia perberuangan disebut sebagai hibernasi.
Namun anehnya Garlien tidak penah gemuk, padahal makannya banyak. Kadang pula ia berfikir, ini anugrah atau kutukan?
Otaknya pening.
Garlien tidak mau memikirkannya lagi, otaknya terasa akan pecah bila memikirkan sesuatu.
Seperti hari biasanya, gadis itu tidur di kelas. Ia duduk di belakang bagian pojok, baginya itu adalah tempat terbaik untuk tidur, apalagi kelas masih kosong tidurnya akan menjadi lebih nyenyak.
"Garlien! Garlien! Garlien!" teriak Mesa sambil memukul meja dengan kerasnya.
Mesa adalah sahabat Garlien, ia sangat menyayanginya begitu pun sebaliknya. Namun Garlien sangat tak suka bila dia berteriak karena suaranya sangat cempreng.
Kuatkanlah telinga Garlien mendengar mulut toa ini, Tuhan!
"Garlien bangun! penting ini! penting banget Lien!" ujar Mesa sambil duduk di bangku depan.
Bangku di depan Garlien memang kosong, namun ia tak pernah pindah ke depan. Dengan alasan bahwa dirinya adalah orang yang setia dan sampai kapan pun akan tetap setia! setia menunggu, setia tersakiti, setia untuk mencintai satu makhluk-Nya.
Dulu, Mesa yang mendengar alasan Garlien rasanya ingin muntah. Bucinnya udah terlalu penuh, bahkan sampai tumpah.
Back to topic.
Garlien menguap sambil meregangkan tangannya ke atas, kemudian menaruh tangannya di meja, lalu melihat Mesa sambil mengucek matanya supaya penglihatannya menjadi lebih jelas.
"Kenapa?" tanya Garlien dengan malas, ia yakin hal yang penting bagi Mesa, tidaklah penting bagi dirinya.
"Lien ada cogan baru!" jawab Mesa sangat antusias, matanya berseri-seri, sedangkan Garlien hanya mengerutkan dahi. Bingung dengan apa yang di katakan Mesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garlievano | I✓
Teen FictionGarliena Gendies Gyanaputri : Manusia cantik, imut dan sifatnya sesuai mood. Dia tak pernah menyukai laki-laki kecuali laki-laki yang menolongnya dulu. Gue cuma suka sama dia, selamanya! Galvano Farrenza Faruq Al-Varo: Pencinta kesunyian, buku adala...