___________
Sedangkan di lain tempat Vano sedang bingung dengan sebuah pemikiran yang tak ada habisnya. Pemikiran yang tak memiliki ujungnya. Dan pemikiran yang belum di temukan kebenarannya.
Vano pergi ke rumahnya yang dulu, sebenarnya dia malas untuk ke sini. Alasannya, terlalu banyak kenangan indah yang sulit untuk di sembunyikan dan di lupakan.
Namun ini semua untuk sebuah kejelasan, yah dia kesini karena ada sesuatu yang harus di selesaikan, semua harus jelas, sejelas jelasnya.
Dia juga tau bahwa tadi Zina berbohong, sebenarnya dia tak pingsan, itu hanyalah alibinya supaya Garlien cemburu. Dan dia berhasil melakukannya, Vano menjadi bodoh untuk sesaat.
Zina juga mengatakan hal yang sangat sulit untuk dipercaya, dunia tak mungkin sesempit itu bukan? namun kenapa ucapannya begitu menyakinkan hingga membuat Vano datang kesini?
Vano memasuki rumahnya. Rumah yang sangat sepi, rumah yang tak memiliki kehidupan hingga membuat Vano memilih untuk pergi dari rumah itu.
Dia akan mencari bukti dan kebenaran atas pencariannya selama ini. Pertama dia mencarinya di kamar milik orang tuanya. Ah sial! dia jadi mengingat Ayah dan Bundanya itu.
Vano mencoba untuk melupakan, namun semakin dia berusaha untuk melupa dia semakin mengingat. Sebenarnya apa yang hati Vano inginkan?
Dia mencari di setiap laci namun tak ada apapun di sana, dia mencarinya lagi di lemari pakaian yang kembali mengingatkannya pada orang tua Vano. Dunia memang kejam!
Dan ternyata di lemari itu pun tak ada sesuatu yang bisa di jadikan bukti atau tanda. Vano kembali mencarinya di ruang kecil yang biasanya di jumpai Ayahnya saat sedang bekerja. Dulu.
Namun saat dia membuka pintu itu hanya ada kesunyian, tak ada siapapun disana kecuali Vano, memang keadaannya sekarang adalah seperti ini. Hidup sendiri di dunia ini.
Cukup.
Vano tak boleh sedih lagi, tak ada gunanya menangis atau pun bersedih. Jika mengingat tentang kesedihan, Vano jadi mengingat Garlien. Dia wanita aneh yang membuat Vano nyaman, sayang, suka, dan terlalu banyak hal yang Garlien punya untuk Vano.
Vano mengecek laci yang ada di meja, dia menggeledah semuanya, namun tak ada yang bisa membuktikan apa-apa.
"Agrh!"
Vano membanting semua barang yang ada di meja, dia sudah mati langkah dan mati gerak, dia bingung cara menemukan titik ujung pemikirannya.
Vano duduk di kursi yang biasanya di duduki Ayahnya dulu, dia memijat pelipisnya yang mulai pusing memikirkan semua ini.
"Om Geno."
Vano mengatakan itu saat melihat foto Geno berpelukan dengan Ayahnya. Dan pertanyaannya adalah bagaimana Geno mengenal Ayahnya? dan kapan dia mengenalnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Garlievano | I✓
Teen FictionGarliena Gendies Gyanaputri : Manusia cantik, imut dan sifatnya sesuai mood. Dia tak pernah menyukai laki-laki kecuali laki-laki yang menolongnya dulu. Gue cuma suka sama dia, selamanya! Galvano Farrenza Faruq Al-Varo: Pencinta kesunyian, buku adala...