BAGIAN 5📌

2.2K 412 198
                                    

________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________

GARLIEN POV ON

"Vano!" teriak ku.

Vano masih tetap berjalan di tengah jalan yang sepi. Aku mencoba mengejarnya walaupun dengan tertatih-tatih, bajuku berwarna biru muda khas baju rumah sakit, entah bagaimana aku bisa menggunakan baju ini.

Kemudian di belakang Vano ada mobil berwarna hitam, mobil itu berjalan dengan sangat cepat. Tapi Vano masih tetap berjalan di tengah jalan dengan lunglai seperti orang yang baru saja minum.

"VANO MINGGIR!" teriak ku saat melihat Vano yang masih ada di jalan, sedangkan mobil sudah siap siaga di belakangnya.

Vano menengok ke arahku, dia benar-benar terlihat sangat kucel, rambutnya berantakan dan bajunya juga berantakan. Ia melihatku kemudian tersenyum hambar aku balik tersenyum kearah nya, dan senyuman Vano terputus.

DARH!!!!

Mobil yang ada di belakang Vano menabraknya dengan sangat keras, Vano tepental ke depan dan jaraknya lumayan jauh, lalu jatuh tergeletak dengan darah yang menghiasi seluruh tubuhnya. Sedangakan mobil yang menabraknya kembali berjalan, mobil tersebut melaju ke arah Vano dan melewatinya.

Aku tak bisa berkata-kata, benar-benar susah untuk berbicara apalagi berteriak, menyebut namanya saja susah. Aku berlari mengejar Vano dengan air mata yang selalu menghiasi wajahku.

"Nggak-nggak ... hiks ini nggak mungkin hiks ... nggak boleh hiks nggak boleh terjadi nggak ... hiks," ujarku sambil memangku kepala Vano di pahaku kemudian mengelus rambut Vano dengan lembut.

Aku benar-benar terkejut saat mengusap kepala Vano ternyata terdapat darah kental, aku kembali menangis untuk kesekian kalinya.

Vano melihatku kemudian menghapus air mataku dengan tangannya, tangan Vano terdapat darah hingga air mataku berubah menjadi warna merah karena darah di tangan Vano berpindah di wajahku.

"Tal tal-kin," ujar Vano dengan terpotong-potong.

Aku terkejut dengan ucapan Vano yang ngawur kemudian menggeleng tak mau menurut dengan ucapan Vano, namun tiba-tiba Vano mengeluarkan darah di mulutnya. Sungguh, hatiku sakit melihat ini semua.

"Talkin Lien," ujar Vano sambil menggenggam tanganku dengan sangat kuat, dan kembali mengeluarkan darah di mulutnya. Aku tidak tega melihatnya tersiksa seperti ini, akhirnya aku menuruti apa yang di minta Vano dengan setengah hati.

"Asy-hadu-alla ..." ujarku dengan terpotong-potong karena tangisku yang tak pernah reda, Vano mengikuti ucapanku dengan bersusah payah.

Aku mengambil nafas panjang, aku benar-benar belum ikhlas dengan kepergian Vano, kepergian untuk selamanya.

Lalu Vano menggenggam tanganku lagi, seolah memberi dukungan dan memintaku untuk meneruskannya. Awalnya aku menggelang, namun saat melihat Vano dengan mulut yang menganga seperti ikan yang terdampar di daratan-membuat pikiranku buyar.

Garlievano | I✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang