_______
Vano tak memikirkan ucapan Garlien, mungkin memang membingungkan namun sepertinya tidaklah penting. Sekarang ada hal yang lebih penting untuk dilakukan yaitu menata bajunya.
Garlien akan pulang sekarang dan Vano bingung apakah dia harus tersenyum bahagia karena Garlien di nyatakan sembuh, atau bersedih karena detik itu pula dia akan pergi lagi dari Garlien.
Tapi Vano percaya jika Garlien di takdirkan untuknya sebesar apa pun yang menghalangi mereka pasti akan terselesaikan. Waktu yang akan menjawabnya.
Namun Garlien terlihat tidak bersemangat untuk pulang, padahal di sini bau obat sangat menyeruak, belum lagi Vano yang sering menjadi guru dadakan supaya Garlien mau mengerjakan tugas.
Sebenarnya bukan guru juga, karena Vano tidak menjelaskan namun lebih seperti penasihat atau pemberi semangat supaya Garlien mau mengerjakan tugas.
Dia itu pintar bahkan sangat pintar, tapi sekarang menjadi pemalas. Itu seperti Vano yang dulu, dia pintar tapi tak mau terlihat pintar lalu menutupinya menggunakan kemalasan.
Ada manusia yang memang terlahir pintar namun malas, ada juga manusia yang kurang pintar namun rajin. Yang terakhir—yang paling banyak dijumpai, manusia yang kurang pintar dan malas. Tinggal memilih saja. Ingin menjadi apa, ingin bagaimana untuk kedepannya.
Vano sudah siap dengan hoodie hitam nya namun Garlien masih tiduran dan belum mengganti bajunya.
"Ganti baju," perintah Vano.
"Nggak mau! Garlien mau di sini aja sama Vanooo," kata Garlien kekeh. "Nggak tau kenapa perasaan Garlien nggak enak kalo keluar dari rumah sakit," opini Garlien yang membuat Vano terkejut.
"Benar," kata Vano tak sadar dengan ucapannya.
"Vano ngomong apa?" tanya Garlien yang mendengar ucapan Vano tadi, namun samar-samar.
"Gapapa."
Garlien mengerucutkan bibirnya, dia menjadi lebih yakin lagi jika Vano tadi mengatakan sesuatu, tapi apa? dan keliatannya hanya satu kata. Apa itu?
"Ganti baju Garlien."
Pemikiran Garlien buyar gara-gara ucapan Vano. Kenapa Vano tak paham kalo Garlien nggak ingin pulang? dia hanya ingin di sini bersama Vano. Titik.
"Nggak mau Vano," kata Garlien dengan pendiriannya. Jika tak mau maka tetap tak mau!
Vano memutar otaknya, bagaimana pun Garlien harus pulang, dia sudah berjanji pada Gina akan membawanya pulang. Mereka merindukan Garlien, tapi dia tak paham itu.
"Vano yang gantiin?" tanya Vano bermaksud meledek, mungkin saja dengan kalimatnya itu dia mau pulang.
Dan seketika mata Garlien membulat kemudian dia melihat ke bawah dan selimutnya di taruh sampai leher.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garlievano | I✓
Teen FictionGarliena Gendies Gyanaputri : Manusia cantik, imut dan sifatnya sesuai mood. Dia tak pernah menyukai laki-laki kecuali laki-laki yang menolongnya dulu. Gue cuma suka sama dia, selamanya! Galvano Farrenza Faruq Al-Varo: Pencinta kesunyian, buku adala...