BAGIAN 43📌

1K 115 63
                                    

_________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_________

AUTHOR POV ON

Lino kebingungan saat melihat Garlien berlumuran darah, belum lagi dia melihat Vano ada di sana, kapan dia kesini? tak lama Gina menghampiri Vano kemudian mereka berbincang dan selanjutnya Gina pingsan.

Apa yang dilakukan Vano pada Gina hingga membuat dia pingsan? dan apa juga yang dilakukan Vano pada Garlien hingga membuat dia berdarah seperti itu?

Lino meminta Varo untuk bersama Geno saat melihat Geno ada di kantin rumah sakit ini. Varo segera berlari menghampiri Geno, dan Lino bersiap menghampiri Vano.

Setelah cukup dekat dengan Vano, Lino langsung menarik Vano secara kasar supaya keluar dari rumah sakit. Dia akan bicara empat mata dengannya.

Sedangkan Vano hanya mengikutinya saja karena ia tau siapa yang menariknya, Lino akhirnya melepas Vano dengan kasar. Hingga badan Vano sedikit terlempar dan tak lama dari itu ia mendapatkan bogeman mentah dari Lino.

Namun Vano tak membalasnya, ia merasa pantas mendapatkan ini semua. Vano juga termasuk faktor yang menyebabkan Garlien terluka. Dan itu tak bisa disangkal.

"Lu apaan adek gue?!"

Tanya Lino dengan suara keras tepat di muka Vano. Amarah Lino sangat terlihat sekarang, namun Vano hanya diam tak bergerak.

"Jawab!" Teriak Lino saat Vano tak menjawab ucapannya.

Bugh!

Lino kembali memukul wajah Vano hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah. Namun Vano tetap saja diam, membuat Lino geram dengan tingkahnya.

"JAWAB!" teriak Lino lagi dengan pukulan yang tak ada hentinya, namun Vano masih tetap saja bungkam.

Lino mendorong Vano hingga dia terkapar di tanah, tapi Vano hanya mengikuti alur yang di buat oleh Lino, tanpa menghindar dan tanpa menyerang.

"Jawab Vano, lu apaan Adek gue?"

Kalimatnya sekarang melemah, tenaganya sudah habis karena dari tadi dia memukuli Vano tanpa henti, tapi tak ada jawaban dari Vano.

Itu hanya membuat Lino lelah, dan ya dia memiliki rasa penyesalan karena telah melakukan itu semua kepada Vano. Namun itu dilakukan supaya Vano mau buka mulut, tapi dia tetap saja membisu.

Lino berdiri sekarang kemudian tangannya di julurkan ke hadapan Vano, dengan ragu-ragu Vano menerima uluran tangan dari Lino.

"Sorry gue kelepasan, nggak ada sakit kan?" tanya Lino saat Vano sudah berdiri di depannya.

Vano hanya menjawab pertanyaan Lino dengan gelengan singkat. Dan Lino tau itu, dia memang irit bicara tapi kenapa Garlien sangat gila akan Vano?

Vano si manusia titisan Limbat.

Lino berjalan ke kursi yang ada di luar rumah sakit, kemudian dia duduk di sana. Hingga akhirnya Lino tersadar bahwa Vano tak mengikutinya.

Lino menepuk bangku di sebelahnya, tanda menyuruh Vano untuk duduk di kursi itu. Dia menurut dan berjalan ke arah Lino kemudian duduk di sampingnya.

"Jadi, kenapa Garlien kaya gitu?" tanya Lino mencoba mencairkan suasana. Walaupun dia juga tau bahwa pertanyaannya sama sekali tidak membuat suasana menjadi bagus.

Tapi Lino benar-benar ingin tau dengan keadaan Garlien. Lino yakin Gina pingsan karena kondisi Garlien, sedangkan disini yang tau kejadiannya hanya Vano.

"Ketabrak," jawab Vano dengan ragu dan dengan pandangan ke bawah tanda penyesalan yang sangat berat. Ucapan Vano tadi membuat Lino terkejut bukan main.

"Ketabrak apa?!" tanya Lino dengan suara yang kembali naik, namun Vano memakluminya.

"Mobil."

"Hah gimana bisa? Garlien kan ada di rumah sakit, kok dia bisa keluar dan ketabrak mobil?"

"Nylametin gue."

Perkataan Vano sangatlah lemah, bukan karena habis di pukuli Lino ini lebih kekperasaannya yang sakit akibat tak bisa menolong Garlien.

Di sisi lain Lino mengangguk-anggukan kepala, mencoba memahami ucapan Vano. Sesungguhnya Lino sedang menahan amarah, jika tak di tahan mungkin Vano kembali kena bogeman mentah darinya.

"Boleh nanya?" tanya Vano pada Lino. Dan Lino sedikit merasa kebingungan.

"Lu mau tanya apa? tentang gue? oh atau mau tanya tentang Garlien hm?"

"Vriska."

Seketika jantungnya berpacu dengan sangat cepat, sudah lama sekali dia tak bertemu dengannya. Tanpa aba-aba, tanpa kode dia pergi begitu saja.

"Lu tau Vriska?! dimana dia? gue kangen banget sama dia? gue mohon jawab, dimana Vriska?" tanya Lino beruntun.

"Di akhirat."

Lino segera menarik baju Vano hingga dia ada tepat di depan mukanya. Perkataannya adalah mustahil, tak mungkin dia meninggal secepat itu. Tidak mungkin.

"Maksut lu apa hah!!" Bentak Lino dengan emosi yang sudah tak tertahan.

Hingga akhirnya Lino tersadar, dia melepaskan cengkaraman yang ada di baju Vano. Rasanya dunianya hancur sekarang. Kemudian setelah situasi kembali membaik Vano bersiap untuk bertanya lagi.

"Kenapa selingkuh?" tanya Vano mencoba untuk sabar, dia tak mau kegabah. Dia tak akan meninju Lino seperti Lino meninjunya, dia akan bersabar. Ia tak ingin membuat hubungannya dengan Garlien berakhir seperti mereka.

"Maksut lu?"

Vano tau Lino pasti tak akan mengakuinya jika tak ada bukti. Vano membawa foto yang berisi Lino dan selingkukannya itu, foto yang sedang bepelukan dan saat Lino mencium kening wanita itu. Sangat menjijikan!

Seketika Lino mengambil nafas dalam. Lino merasa kecewa, jadi Vriska meninggal hanya karena sebuah foto salah paham ini? kenapa saat itu dia tak melihat Vriska? jika dia lihat Vriska ada di situ mungkin dia tak akan meninggal secepat ini. Dasar bodoh!

Lino memberikan dompet miliknya dan Vano heran dengan tingkah Lino, dia tak paham dengan apa yang di lakukan Lino.

"Buka aja."

Vano membukanya di sana terdapat foto Vriska, lalu kenapa jika foto Vriska ada di sini? bukankah itu tak membuktikan apa-apa?

"Ambil fotonya."

Vano menurut dan mengambil foto Vriska, ternyata di situ ada foto Garlien dan Lino. Tunggu! kenapa foto ini mirip dengan foto selingkuhan Lino.

Kenapa tempat, baju dan gaya rambutnya sama dengan selingkuhan Lino. Dan akhirnya dia paham, ternyata Kakaknya salah paham.

Yang benar itu adalah orang yang Vriska anggap sebagai selingkuhan Lino ialah Garlien, adiknya. Dan karena asumsinya Vriska bunuh diri.

"Lu paham kan? sekarang dimana letak kuburannya?"

Setelah Vano menjawab ucapan Lino dia segera pergi dari tempat itu. Vano tak mungkin bisa mengantarkan Lino karena dia akan mencari kejelasan lagi.

Mungkin saja Geno tidak bermaksud menghianati Ayahnya. Bisa saja dia juga salah paham seperti Vriska, iya itu benar. Dan semuga saja itu benar.

Vano akan membuat ini menjadi jelas, sejelas jelasnya. Supaya dia bisa bersama dengan Garlien tanpa ada beban di dalam otak dan harinya. Semoga saja bisa terjadi sesuai dengan apa yang Vano mau.

"Vano nya Garlien datang."

Garlievano | I✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang