_____
Saat sampai di depan sekolah Garlien menarik tangan Mesa dan Mesa meronta meminta untuk di lepaskan, tapi Garlien tetap tak melepaskan cengkramannya.
Sesampainya di kelas, Garlien langsung bernafas lega karena Vano ada di kelas. Rasa khawatirnya sudah lumayan berkurang, Garlien akhirnya melepaskan cengkramannya di lengan Mesa.
Mesa mendengus kesal, kemudian duduk di bangkunya. Garlien mengikutinya namun saat sampai di samping bangku Vano, Garlien berhenti.
"Pagi Vano," ujar Garlien.
"Masih inget gue kan?"
"Garlien, Garlien, Garlien. Inget kan?" ujar Garlien namun Vano masih tetap diam.
"Iya Garlien gue inget nama lo," ujar Garlien, ya Garlien menjawab sendiri karena Vano tak meresponnya, bahkan ekspresi dan suaranya di buat seperti Vano. Namun Vano masih tetap diam dan membaca buku hitamnya lagi, keliatannya itu buku sakral. Maksutnya buku itu penting, bisa di katakan favorit.
Akhirnya Garlien duduk di bangkunya. Dia tidak akan menunggu Vano menjawab, karena Vano tak mungkin menjawabnya.
Orang jutek akan tetep jutek!
Memang Garlien dan Mesa berangkat cukup siang. Sehingga sudah banyak murid di kelas, Garlien bisa lihat kelakuan teman-temannya yang konyol luar biasa. The best lah pokoknya.
Robin sedang narsis dengan tongsis, Rivan sedang mengupil dengan santainya, Zina dan antek-anteknya sedang melakukan piknik kecil-kecil di depan atau bisa di katakan di samping meja guru. Mereka duduk beralaskan karpet yang di bawa Dina-teman Zina. Jangan lupakan makanan dan minuman yang sudah mereka siapkan, niat sekali bukan?
Teman-teman yang lain juga melakukan hal konyol, misalnya ikut foto dengan Robin. Tidur dengan menggunakan tas di kepalanya, bergosip ria, main game dengan badan yang ikut ke kanan-kiri dan masih banyak lagi.
Kelas IPA rasa IPS!
Namun ada yang berbeda saat Robin melihat fotonya. Bukan ada hantu, tapi ada muka Rivan yang sedang mengupil. memalukan!
Robin memamerkan hasil fotonya pada Rivan, lalu Rivan mencoba mengambil handphone Robin, sayangnya itu tak berhasil. Robin berjalan mundur menjauhi Rivan.
"Robin bin Robi hapus dong fotonya, lo tau kan harga diri gue tinggal sedikit. Terus kalo fotonya di upload, harga diri gue bisa abis di telan liang lahat," ujar Rivan sambil menggabungkan kedua tangannya menjadi satu, tanda dia memohon. Bahkan terkesan dramatis karena ucapan Rivan yang alay.
"Kalo gue nggak mau?" tanya Robin sambil memperlihatkan fotonya lagi pada Rivan.
"Harus mau!" ujar Rivan yang sudah terpancing emosi.
Robin lari dan Rivan mengejarnya. Robin yang tak ingin menghapus fotonya berlari dengan sangat kuat, dia melompati kursi dan meja bahkan dia melompati Zina dan antek-anteknya yang sedang duduk beralaskan karpet. Dan apapun yang di lakukan Robin, Rivan juga melakukannya. Jadi bisa di katakan seperti ada replaynya.
Zina yang di lompati oleh Robin dan Rivan merasa sebal, dia beranggapan bahwa itu menurunkan harga dirinya. Padahal harga dirinya sudah sering jatuh saat di panggil ke ruang BK.
Zina naik pitam sekarang, dia menaruh kakinya di depan dan membuat Robin dan Rivan jatuh bebarengan.
"HUAHAHAHA!!" tawa satu kelas pecah namun Vano merasa terganggu dan akhirnya dia keluar.
Garlien yang melihat kepergian Vano pun ikut pergi meninggalkan kebisingan yang ada, namun Mesa mengikuti Garlien tanpa sepengetahuannya.
Vano pergi ke rooftop, dia sebenarnya ingin ke perpustakaan namun takut di ganggu lagi. Jadi dia memutuskan ke rooftop saja. Toh sama-sama sunyi.
Garlien sekarang sudah membawa air minum, ntah kenapa dia merasa haus dan akhirnya mangkir dahulu ke kantin baru menyusul Vano.
~|•|~
Saat ia sampai di rooftop Garlien benar-benar terkejut karena tempat ini sangat indah, di pagi hari saja sudah indah, apalagi malam?
Garlien maju ke depan, tepat berada di pinggir rooftop dia merentangkan kedua tangannya kemudian membiarkan angin menerpa wajahnya. Rambutnya berkibar walaupun di ikat kuda.
Kemudian dia teringat sesuatu, dia sedang mencari Vano? lalu sekarang dia dimana? bukankah tadi Garlien melihat Vano menuju ke rooftop? akhirnya Garlien berbalik dan ternyata ada Vano yang sedang membaca di kursi panjang dengan santainya.
Sebenarnya ia ingin menghampiri Vano namun dia sedang membaca, Garlien takut jika menggangu Vano lagi. Jadi biarkan saja seperti ini, Garlien yakin Vano akan menghampirinya. 10.000% fakta tanpa rekayasa.
Vano bisa merasakan bahwa Garlien sedang melihatnya kemudian berbalik lagi, apa yang akan di lakukannya? kenapa dia ada di sini? di pinggir lagi. Pikiran buruk menghampirinya.
"Jangan lagi."
Garlien mendengar ucapan Vano, namun dia tak mau berbalik menghadapnya, biarkan saja Vano merasa Garlien tak mendengarnya supaya dia mendekati Garlien. Semoga saja.
Vano berjalan maju ke depan, dia penasaran kenapa dia tak menengok saat di panggil apakah dia tidak dengar? atau ada alasan lain?
Sesampainya Vano di samping Garlien, dia mengambil ikat kucir yang ada di kepala Garlien. Dan rambut lurus Garlien berkibas terkena angin.
"Kenapa di lepas?" tanya Garlien sambil menatap Vano dengan bingung.
"Perubahan," ujar Vano tanpa melihat Garlien kemudian memejamkan matanya.
Garlien melihat Vano, dia tersenyum karena mimpinya tidak jadi kenyataan. Dan tidak akan menjadi kenyataan!
"Jangan liat," ujar Vano yang merasa di liatin Garlien, kenapa dia sangat suka melihatnya? apakah mukanya miring separuh?
Garlien gugup? ya iya lah, siapa juga yang nggak gugup kalo ketauan ngeliatin doi, kemudian dia kembali menghadap ke depan dan memejamkan matanya, ia meneguk salivanya dengan susah payah karena ketauan.
Vano membuka matanya dan melihat Garlien yang masih terpejam, dia hanya memastikan apakah tadi Garlien melihatnya atau tidak? ternyata dia tidak melihatnya, benarkah? atau hanya tipuan semata? Di saat dia sedang bertarung dengan pikirannya tiba-tiba dia mendengarkan suara.
"Jangan liat ntar suka," balas Garlien sambil membuka matanya. Matanya bertemu dengan mata Vano, lalu tak lama Vano kembali munutup matanya.
"Pede," ujar Vano sambil tetap menutup matanya, Garlien hanya terkekeh karena Vano tak mengakuainya.
Dari kenal menjadi teman, lalu suka dan beralih ke sayang hingga akhirnya cinta kemudian ada rasa tak mau kehilangan, batin Garlien.
Mereka kembali menutup mata dan sudah tak ada perbincangan lagi. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Membiarkan pikirannya masuk ke otak dengan angin yang selalu berhembus.
Mesa yang dari tadi melihat mereka hanya bisa tersenyum, dia bersyukur karena Vano tak melakukan hal yang membuat Garlien sakit hati. Cukup dengan itu Mesa sangat bahagia, namun ada yang mengganjal saat Vano berkata 'Jangan lagi'.
Apanya yang jangan lagi? harus di selidiki, itu adalah pertanyaan yang ada di kepala Mesa. Dan akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari sana, sudah cukup dia menjadi nyamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garlievano | I✓
Teen FictionGarliena Gendies Gyanaputri : Manusia cantik, imut dan sifatnya sesuai mood. Dia tak pernah menyukai laki-laki kecuali laki-laki yang menolongnya dulu. Gue cuma suka sama dia, selamanya! Galvano Farrenza Faruq Al-Varo: Pencinta kesunyian, buku adala...