BAGIAN 13📌

1.5K 245 129
                                    

________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________


Hari terus berganti namun perasaan tak pernah terganti, perasaan yang terus menanti, ntah akan terbukti atau pun tertutupi.

Garlien juga memegang omongannya dia tidak berinteraksi pada Vano, ntah tersenyum, menyapa ataupun bertanya. Semua itu tidak dilakukan.

Vano juga merasa ada yang ganjal dan itu membuatnya gelisah. Tapi itu keinginannya, dia menginginkan Garlien pergi darinya, jadi kenapa dia gelisah saat Garlien pergi?

Saat di kantin Garlien berpapasan dengan Vano namun gadis itu seperti orang yang tak pernah kenal Vano, kalo Vano dia emang orangnya cuek kaya angsa.

Sekarang Garlien dan Mesa sedang berada di kantin, Garlien sudah berjanji akan menceritakan masa lalunya pada Mesa. Awalnya dia tak mau, namun pasti alaynya Mesa kumat kalo sesuatu yang diinginkan tapi tidak dituruti.

Garlien akan menceritakan semua itu di rumahnya, karena dia tak mau menanggung resiko, kali aja pas mereka cerita ada yang nguping. Kan gawat.

Vano sedang makan di kantin sendirian, sebenarnya Garlien sangat ingin menghampiri Vano, namun apa daya dia sudah berjanji untuk tidak menggangu Vano kecuali Vano sendiri yang minta.

Ngomong-ngomong tentang Vano, dia sekarang ada di kantin. Jarang banget Vano ke kantin biasanya kan dia makan buku nggak makan nasi. Ngaco.

Zina dan antek-anteknya datang dan yah mereka mendekati Vano, sebelumnya mereka membenarkan rambut nya yang seperti ayam seribuan bisa di katakan berwarna-warni kaya pelangi, mempertebal make-up ala tante-tante dan membenahi pakaiannya yang ketat dan pendek pake banget.

"Vano aku boleh duduk di sini nggak, soalnya bangkunya udah nggak ada yang kosong. Tadinya mau makan di kelas tapi kan ng-"

"Tempat umum."

Zina senyam-senyum sendiri mendengar perkataan Vano, tak lupa Zina menyuruh teman-temannya, eh salah kelihatannya lebih pantas di panggil pembantunya, betul! Dia menyuruh pembantunya itu untuk pergi karena ia tak mau ada seorang pun yang duduk di bangku ini selain Vano dan Zina.

"Parah!!! itu si Zina jadian sama Vano?"

"Kirain jadiannya sama Garlien."

"Tapi cocok-cocok aja sih."

"Cantik dan ganteng."

"Biar nanti anaknya di gebet calon anak gue haha!!!"

Garlien yang melihat dan mendengar itu semua hanya bisa menahan emosi sekuat mungkin. Mesa yang paham akan itu semua juga memberi dukungan dengan menepuk pundak Garlien lembut. Udah tau ujung-ujungnya begini, masih aja di perjuangin.

Garlien akan ikut berperilaku seperti Vano. Kalo Vano bisa masa Garlien nggak bisa, dan apa pun yang di lakukan adalah untuk mendapatkan Vano.

"Rivan!!!"

Orang yang di panggil hanya menoleh kemudian menunjuk dirinya sendiri sambil membentuk kata 'gue' tanpa suara, ia ingin memastikan apakah Garlien benar memanggilnya atau hanya iseng saja dan ternyata Garlien mengangguk.

Rivan datang ke meja Garlien dan Mesa kemudian duduk di depannya, tadinya dia akan duduk di samping Garlien namun apa daya Mesa menghalanginya.

"Heh Drakula ngapain lu kesini?" tanya Mesa dengan muka angkuhnya.

"Eh ternyata di sini ada Siluman, baru tau. Jelas aja bulu-bulu halus di tangan gue pada berdiri," ujar Rivan sarkatis.

"Ngajak ribut mulu lu ya! sini deh kalo berani!" tutur Mesa sambil berdiri mengajak perang dengan Rivan.

"Halah gue nggak takut sama Siluman kaya lo!" ujar Rivan yang di ikuti dengan gebrakan meja, kemudian di lanjut dengan Rivan yang ikut berdiri.

Orang-orang yang ada di kantin hanya menjadi penonton dan siap menjadi suporter dadakan, ada yang menyebut nama Rivan ada juga yang menyebut nama Mesa. Mereka menganggap bahwa ini adalah acara live di televisi.

Akhirnya Garlien ikut berdiri, keliatannya dia salah membawa orang, harusnya kan bukan seperti ini. Gagal sudah rencana yang dia siapkan.

"Udah lah! kalian apa-apaan sih? kaya anak TK tau nggak? duduk!" ujar Garlien.

Kemudian Garlien kembali duduk dengan harapan Mesa dan Rivan juga kembali duduk mengikutinya, namun itu adalah sebuah harapan karena yang terjadi Rivan dan Mesa masih tetap plotot-plototan.

"Gue bilang duduk!"

"Rivan, Mesa."

Akhirnya mereka duduk sambil tetap memperlihatkan muka angkuhnya, Garlien hanya bisa mendengus. Apalah arti jika rencana yang dia buat hancur brantakan. Garlien memutuskan pergi dari kantin.

"Garlien lu mau kemana?" tanya Mesa.

"Kelas."

"Gue ik-"

"Nggak usah."

Mood Garlien sekarang benar-benar buruk. Melihat Vano dan Zina makan bersama, kemudian rencananya gagal gara-gara salah pilih target, lalu saat dia akan pergi Garlien melihat Zina yang mencoba menyuapi Vano. Ngeselin tingkat akut!

Garlien jalan terburu-buru hingga tak sengaja dia tersandung kaki nya Zina yang sengaja berada di depannya.

Demi apa pun dia kembali bersentuhan dengan lantai dan nggak lupa di depan gebetan! tak lama pembantunya Zina datang sambil menumpahkan bakso yang masih panas di rambut dan Baju Garlien.

"Sorry gue sengaja tuh," ujar salah satu pembantu Zina yang bernama Dina kemudian mereka tertawa dengan enaknya, sedangkan Garlien hanya bisa meringis menahan sakit yang melanda tubuh dan rambutnya.

"Maksut lo apa hah?! suka banget lo sama gue makanya cari perhatian mulu!" ujar Mesa sambil mendorong pundak Dina dengan keras hingga ia tersentak mundur ke belakang.

Mesa melakukan aksinya yang sudah lama tak di lakukan. Apalagi kali bukan aksi jambak-jambakan dan yang tak terlewatkan cakar-cakaran macan. Itu adalah cara berantem cewek selain adu mulut.

Rivan datang mendekat ke arah Garlien kemudian dia bersiap untuk membantu Garlien berdiri, dia bukanlah penonton alay yang akan menyoraki nama orang yang sedang berantem. Terlebih lagi Garlien adalah temannya, jika bukan mungkin Rivan juga akan menjadi penonton tanpa bayaran.

"Jangan sentuh," ujar Vano sambil menampik tangan Rivan yang mencoba membantu Garlien .

Penonton yang tadinya memperhatikan Mesa dan Zina beralih menghadap Vano, Rivan dan Garlien. Menurut para penonton akan lebih asik melihat orang ganteng debat, dari pada cewek debat yang nggak jelas asal usulnya.

"Terus apa? liatin doang gitu? sorry gue bukan pencundang kaya lo, banci!"

Buhk!!!

Satu bogeman meluncur di pipi kanan Rivan dengan mulusnya, namun Rivan hanya terkekeh kemudian melanjutkan aksinya lagi untuk membantu Garlien.

"JANGAN SENTUH!"

Vano akan memukul Rivan lagi namun Garlien menahan tangan Vano dengan lembut tak lupa dia tersenyum ke arah Vano walaupun air mata tetap ada di pipinya.

"Jangan egois, lo mau gue pergi kan? biarin gue pergi bersama Rivan. Lo lanjutin aja makan sama Zina ... jis."

Vano terdiam di tempat, apa yang di katakan Garlien adalah sebuah kebenaran tanpa celah sedikit pun.

Rivan akhirnya membantu Garlien berdiri tanpa halangan dari Vano, mereka pergi dari kantin menyisakan Vano yang masih bingung akan perasaannya.

Vano yang melihat itu semua memutuskan untuk pergi dari kantin, dia ingin ke rooftop untuk menenangkan pikirannya yang kalang kabut. Apalagi tempat itu bisa di bilang sepi jadi sangat cocok untuk menyendiri dan merenungkan kesalahan nya.

Garlievano | I✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang