_______
Setelah Vano mendengar semua ucapan Gina. Dia memikirkan dengan sudut pandang yang berbeda. Jika melihat dari sudut pandang Vano mungkin terlihat seperti Garlien juga jahat.
Namun bagaimana jika dari sudut pandang Garlien? mungkin dia akan berpikir seperti dunia ini tak adil. Garlien tak melakukan apa pun namun di jauhi Vano. Memang apa salahnya?
Apakah Garlien juga mau jika Gina dulunya berhubungan dengan Ayah Vano? tentu saja tidak. Namun apa salah takdir? Garlien tak bisa mengubahnya.
Oke baik!
Vano akan tetap bersama Garlien, dia tak bisa menjauhinya. Vano akan memaafkan Lino, Geno dan ... Gina. Entah, Vano tak tau siapa yang salah dan siapa yang benar. Intinya dia akan membuka lembaran baru.
Lembaran baru yang di awali dengan kejujuran tak ada kepalsuan apalagi kebohongan. Cukup Garlien ada di samping Vano, itu membuat dirinya bahagia. Cukup itu.
Vano berlari kecil ke arah rumah sakit. Sekarang Vano sudah mengerti jalan takdir miliknya. Mungkin kejadian yang lalu adalah jembatan untuk dirinya bertemu dengan Garlien.
Jika tak ada masalah itu, mungkin Vano tak akan setegar ini. Jangan lupakan jika Tuhan tak akan memberi masalah yang tak bisa kita hadapi. Tuhan memberi masalah untuk menguji kita, bagaimana pemikiran makhluk-Nya tentang masalah yang menimpanya.
Namun anehnya saat masuk ke dalam rumah sakit yang Vano lihat adalah kesedihan, ada apa ini? tunggu tak boleh nething, Garlien tak mungkin meninggalkannya, dia sudah berjanji tak akan meninggalkan Vano. Tidak!
Vano berjalan perlahan menemui Lino yang sepertinya sedang kebingungan. Sedangkan Geno tetap pada muka datarnya, namun matanya memerah. Dia mencoba menelepon orang dengan rasa khawatir. Jika Gina, tentu saja dia sudah menangis, dan Varo hanya diam tak mengerti apa-apa.
"Ada apa?" tanya Vano pada semua orang.
Namun tak ada yang menjawab pertanyaan Vano. Lino akhirnya mengalah, dia menghampiri Vano, kemudian menepuk pundaknya.
"Cari pendonor darah buat Garlien secepatnya."
Vano sedikit bernafas lega, dia kira Garlien sudah ... Lupakan! terlalu mengerikan untuk di sebutkan. Vano segera mengangguki ucpapan Lino.
"Golongan darah Garlien A," kata Lino sebelum Vano pergi.
Sial! kenapa harus A? kenapa tidak B saja? jika iya Vano bisa langsung mendonorkannya. Tak usah mencari dan tak usah ribet menemukan pendonornya.
Namun Vano tak peduli, dia akan menemukan pendonor buat Garlien, apa pun itu dan bagaimana pun caranya. Dia akan membuat Garlien sadar dan akan bersamanya lagi.
Vano berlari ke luar rumah sakit sambil menelephone kontak yang ada di HP nya. Walaupun kontak di ponselnya sedikit, namun siapa tau ada yang punya golongan darah A.
Di tempat lain, Gina terus saja menangis. Dokter bilang Garlien harus segera mendapatkan pendonor darah. Sebetulnya Gina sudah akan mendonorkan darahnya namun tidak diperbolehkan karena Gina menderita diabetes.
Sedangkan Geno dan Lino memiliki golongan darah B, Varo memiliki golongan darah yang sama dengan Garlien dan Gina. Tapi Varo tak mungkin mendonorkan darahnya untuk Garlien.
Geno juga sedang mencoba untuk berbicara dengan banyak orang. Kali saja ada yang memiliki golongan darah A, Geno akan membayar berapa pun bagi pendonor itu.
Sedangkan Lino mencoba bersikap netral tapi itu sangat terpaksa, dia bersikap seperti itu karena ada Varo. Dia tak mau Varo menangis gara-gara semua keluarganya panik.
Di dalam ruangan itu masih ada Garlien yang sangat lemah, hanya bisa berbaring tanpa bisa tersenyum dan tertawa. Dia diam, mematung tanpa suara.
Namun baju Vano tak jauh darinya, sebelum Garlien di suntik dia berpesan supaya baju Vano tetap di dekatnya. Supaya Garlien bisa merasa dekat dengan Vano, walaupun hanya dengan perantara baju yang berlumur darah.
Garlien ingin bangun dari tidurnya, tapi ntah kenapa sangat sulit dilakukan. Dia ingin bertemu Vano, berada di sampingnya, menghabiskan waktu bersama sampai habis waktunya.
~|•|~
Vano pergi kesana kemari hanya demi menemukan pendonor untuk Garlien, dia tak mau Garlien menghilang ia ingin Garlien selalu ada di dekatnya.
Vano pergi dari rumah sakit terdekat sampai ke rumah sakit jauh untuk bertanya tentang darah A itu. Namun semua jawabannya sama, semuanya mengatakan tak ada.
Hingga Vano berpindah ke rumah sakit lain lagi, dan tiba-tiba ada yang memanggilnya dari belakang. Sejujurnya Vano malas untuk berbalik, tapi mungkin saja dia adalah pendonornya.
Dan saat Vano berbalik yang ia lihat adalah Zina. Seketika dia langsung berbalik badan dan bersiap untuk pergi. Dia tak mau bertemu dengan wanita itu.
Tapi saat dia akan berjalan tangannya di pegang olehnya. Vano segera menghempaskan tangan Zina dengan kasar, hingga membuat Zina meringis kesakitan. Tapi maaf, Vano tak akan tertipu dengan muka melas Zina.
Vano berjalan menjauhi Zina, tapi dia memotong jalan Vano dengan tubuh miliknya. Oh ayo lah! Vano sedang sibuk, dia tak ingin kasar dengan wanita.
"Kamu mau kemana?" tanya Zina seolah tak punya salah dengan Vano. Namun tak ada jawaban dari orang yang di ajaknya berbicara.
"Muka kamu kenapa? kok luka gitu?" tanya Zina mencoba menyentuh muka Vano, namun dia segera memalingkan wajah.
"Kamu ngapain ke sini?" tanya Zina lagi berharap Vano mau menjawabnya namun nihil, tak ada sedikit jawaban pun dari Vano.
"Vano jawab!" kata Zina dengan suara yang di naikan, dia kesal karena dari tadi Vano tak menjawab perkataannya.
Bukannya menjawab, Vano justru pergi meninggalkan Zina. Sudah Vano bilang dia tak mau berurusan dengan Zina.
Mungkin kemarin-kemarin dia besar kepala karena Vano mau dekat denganya. Tapi itu hanyalah untuk membuat Garlien menjauh, dan sekarang berbeda. Vano sama sekali tak ingin membuat Garlien menjauh darinya.
"AKU PUNYA GOLONGAN DARAH A!" teriak Zina frustasi dengan sikap Vano yang sangat acuh tak acuh.
Zina yakin dengan mengucapkan kalimat ini Vano pasti akan menghampirinya. Dan benar saja dia menghampiri Zina, awalnya Vano terdiam di tempat kemudian dia berjalan ke arah Zina berada.
Jangan tanyakan bagaimana Zina tau Vano membutuhkan golongan darah A. Zina adalah anak orang kaya, dia punya banyak detektif handal untuk membuntuti Vano dan Garlien.
Tidak hanya mereka berdua yang dipantau oleh Zina, Mesa dan Robin juga masuk dalam pengawasan Zina. Tentu saja Zina tau kelemahan mereka.
Dia tau Garlien sekarang sedang koma, dia tau masa lalu Vano dan Garlien. Dia juga tau masa lalu Lino dan Vriska. Bahkan Zina tau masa lalu Gina dan Ayahnya Vano.
Dalam hal uang dia sama sekali tak kekurangan, namun dalam hal moral dia sangatlah kekurangan. Dia buta akan harta, dan juga teropsesi akan Vano.
"Aku mau donorin darah buat Garlien dengan satu syarat ... "
KAMU SEDANG MEMBACA
Garlievano | I✓
Teen FictionGarliena Gendies Gyanaputri : Manusia cantik, imut dan sifatnya sesuai mood. Dia tak pernah menyukai laki-laki kecuali laki-laki yang menolongnya dulu. Gue cuma suka sama dia, selamanya! Galvano Farrenza Faruq Al-Varo: Pencinta kesunyian, buku adala...