03

410 21 0
                                    

~Luka yang sama kembali terulang,kini hancur sudah perasaanku~

☆~~~~☆

Seorang gadis sedang menatap langit malam lewat balkon di kamarnya. Ditatapnya bingkai foto yang terdapat foto dirinya dan Ratna,omanya.

  Cairan bening menembus mata indah milik Ray tanpa izin. Ray masih saja menangis sambil memeluk bingkai foto tersebut.

Ciiiit..

  "Loh sayang,kamu belum tidur, nanti kamu sakit gimana?" nasihat Tika.

Ray pun menuruti perkataan bundanya dan berjalan ke dalam kamarnya. Ia langsung mendudukkan bokongnya ditepian tempat tidurnya.

"Bun, kenapa sih orang yang Ray sayang selalu pergi? Dulu Nathan sekarang oma," ucapnya lesu sambil mengelap air mata yang menetes.

"Bunda janji kok gak bakal tinggalin Ray lagi,maafin bunda ya," ucap Tika sambil membawa Ray ke dalam dekapannya.

Tika melonggarkan pelukannya dan berkata. "Sekarang kamu tidur ya, takutnya kamu kesiangan besok," ucap Tika sambil mengelus rambut Ray.

Ray mengangguk patuh dan memposisikan tubuhnya agar lebih nyaman. Dapat dirasakan nafas Ray semakin teratur yang menandakan Ray sudah masuk ke dalam dunia mimpinya. Tika mengecup puncak kepala Ray dengan penuh kasih sayang.

"Maafin bunda, Ray," ucap Tika sambil menutup pintu kamar Ray.

   ¤¤¤

Ray menggeliat dari tidurnya setelah merasa terganggu dengan silaunya mentari pagi. Ray mengucek matanya pelan dan langsung menuju kamar mandi.

Setelah selesai dengan ritual paginya, Ray langsung menghampiri orang tuanya yang menunggunya untuk sarapan di lantai bawah.

"Ray,kamu ayah antar ya," ucap Dito.
"Oke yah," sahut Ray sambil menghabiskan nasi goreng di hadapannya.

  

¤¤¤

Hari ini Ray memaksakan untuk pergi ke sekolah. Setelah tiba di sekolah Ray disambut oleh Sita,sahabat Ray dari kecil. Pelukan hangat menyapa Ray,ya Sita memeluk Ray dengan sangat erat.

"Ray,akhirnya lo berangkat juga," ucap Sita. Sedangkan Ray tidak membalas perkataan Sita karena sibuk dalam lamunannya sendiri.

Sita menepuk pundak Ray pelan. " Lo harus sabar Ray, jangan terpuruk terus," nasihat Sita.

"Gue harus gimana lagi ,Sit? Kenapa orang yang gue sayang selalu aja pergi? Apa salah gue? Kenapa gue yang harus ngalamin ini semua,gue gak kuat ,Sit, gue gak bisa!" ucap Ray frustasi. Sita langsung menarik Ray ke dalam dekapannya. Ia mengelus punggung Ray dengan pelan.

Sedih? Tentu , melihat kondisi sahabatnya yang kini semakin memburuk, setelah kepergian omanya.

"Udah Ray, sekarang kita ke kelas yuk!" ajak Sita. Mereka berdua berjalan bersama ke ruang kelas.Ray dan Sita memang satu kelas bahkan duduk 1 meja. Dari kecil sampai sekarang mereka selalu bersama.

   Kriiing...kringggg....

Bel sekolah sudah berbunyi,menandakan pelajaran akan berlangsung dan kini sudah ada seorang guru yang sedang menjelaskan materi matematika. Lain halnya dengan Ray, Ray masih saja hanyut dalam lamunannya. Sampai sang guru pun harus menegur sikap Ray. Ray memang sudah sangat berubah, meskipun ia sudah menjadi pendiam setelah kepergian almarhum Nathan tapi kini Ray makin parah, bahkan untuk berbicara pada Sita pun hanya seadanya.

Rayna(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang