22

178 9 0
                                    

Typo bertebaran
Jangan lupa voment:)

¤¤¤

"Gak disuruh masuk nih gue?" tanya Noel. "Jangan deh, ngerepotin," sahut Ray sambil terkekeh. Noel masih setia menunggu Ray mengajaknya masuk ke dalam rumah, namun hal itu sia-sia, Ray selalu punya seribu satu alasan.

"Eh, Noel. Masuk dulu, Nak," ucap Tika. Noel langsung tersenyum penuh kemenangan. Ray hanya memutar bola matanya jengah melihat sikap Noel yang tidak berubah.

"Gak usah, Bun. Kamu katanya mau kerja kelompok, gimana sih," ucap Ray sambil membelai rambut Noel dan berpura-pura bersikap manis.

"Orang gue laper," ucap Boel terlewat jujur. Ray meringis mendengarnya. Lucu memang, Ray juga sering dibuat geleng-geleng kepala melihat tingkah Noel yang terlewat absurd.

"Kasian loh, temen-temen kamu," ucap Ray sambil mengedipkan matanya.

"Mata kamu kenapa? Kelilipan?" tanya Noel polos.

'Bego! Ini anak gak peka amat sih' batin Ray.

"Kamu laper yah?" tanya Ray penuh penekanan. Hal itu baru membuat Noel peka, dia hanya menyengir kuda dan menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal.

"Emm, saya pulang aja deh, Tan. Bener kata Ray, saya mau kelompokan," ucap Noel sambil sesekali melirik Ray yang sedang menatapnya tajam.

'Suek, gue dipelototin terus diusir lagi' gerutu Noel dalam hati.

"Loh, mampir sebentar aja," bujuk Tika. Noel melirik ke arah Ray yang sedang menatapnya tajam, tapi dia juga tersenyum saat Tika menoleh ke arahnya.

"Gak deh, Tan. Makasih, Tan," ucap Noel sopan.

"Saya pulang dulu, Tan. Assalamualaikum," ucapnya sambil mencium tangan Tika dan melambaikan tangan ke arah Ray.

Deru motor Noel sudah mulai menghilang dan Tika sudah masuk ke dalam rumah terlebih dulu. Kini Ray hanya seorang diri entah memikirkan apa dan siapa.

"Gue kayaknya harus periksa ke dokter deh," ucapnya lirih. Lalu dia menyusul bundanya masuk ke dalam rumah. Rumah mewah yang terkesan dingin dan sunyi. Ray langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya dan mengobrak-abrik meja belajarnya.

"Mana sih, kok ilang," kata Ray bingung. Buku itu, buku itu sangat penting baginya, kalau buku itu hilang sama saja nyawanya juga menghilang. Lebay, ia tidak peduli dengan kata itu.

"Ray!" teriak Tika dari lantai bawah. Ray yang mendengar itu langsung menghentikan aktivitasnya dan langsung menghampiri kedua orang tuanya. "Sini duduk!" titah Dito sambil menepuk sofa di sampingnya.
"Kamu setuju kan sama perjodohan ini?" tanya Dito memastikan. Ray mengangguk. "Bagus kalo gitu, jadi rencananya besok kamu bakal tunangan sama Noel," ucap Dito. Ray yang mendengar itu tersedak air liurnya sendiri. "Ehh, hati-hati dong, Ray," ucap Tika khawatir.

"Kok buru-buru sih?" tanya Ray kesal.

"Tapi kamu tenang, kamu cuma tunangan dan pernikahanmu mungkin setelah kalian lulus," ucap Dito tenang. Lain halnya Ray, dia bingung antara marah dan bahagia, namun rasa bahagia itu lebih dominan di hatinya. "Terserah," kata Ray ketus.

Rayna(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang