23

175 6 0
                                    

Typo di mana-mana
Thanks:)

☆☆☆

"Cie yang udah baikkan," ledek Reza. Kini Ray dan Noel kembali seperti dulu lagi, berangkat bersama, bergandengan tangan, dan tertawa bersama. Namun, hal itu menjadi malapetaka bagi sosok yang mengamati mereka dari balik tembok. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal dengan sangat kuat, dan wajahnya memerah akibat menahan amarah.

"Tunggu aja, Ray," gumam sosok itu dengan tatapan kebencian.

---

"Ray, cepetan dong dandannya," ucap Tika. Tika langsung terkejut melihat penampilan putrinya yang malam ini terlihat berbeda. Cantik, Ray sangat cantik malam ini. Dengan balutan long dress berwarna biru dan rambutnya yang dibiarkan tergerai, menutupi punggung polosnya. Ditambah dengan sebuah mahkota yang bertengger dengan apik di kepalanyanya membuat penampilan Ray malam ini terlihat sangat menawan.

"Gak ada baju yang lebih ribet, Bun?" sindir Ray. Ray merasa sangat risih dengan gaun ini. Dia tidak suka dengan rok apalagi dress seperti saat ini. Ray terlihat kesusahan dengan gaun itu, dia berusaha mengangangkat gaunnya, namun Tika selalu mengomelinya. Ray hanya bisa menggerutu dan berjalan di belakang Tika. Saat Ray melihat lantai bawah rumahnya yang penuh dengan tamu undangan, nyali Ray mulai menyiut. Tangannya mulai berkeringat dingin, jantungnya berdebar dengan sangat kuat. Ada satu sosok yang membuat perhatian Ray teralihkan, sosok itu menggunakan tuxedo dengan warna yang senada dengan gaunnya. Dia terlihat sangat bahagia malam ini, buktinya saja dia terus tersenyum menyambut para tamu undangan. Noel, dia Noel.

Semua mata tertuju pada Ray yang kini tengah menuruni anak tanggan yang digandeng oleh Tika, Ray terus menunduk, dia malu. Bahkan Noel sampai tidak mengedipkan matanya melihat penampilan Ray malam ini. Saat Ray tiba di anak tangga paling bawah, sudah ada tangan yang terulur menyambutnya. Noel terus mengembangkan senyumannya dan memperlihatnya lesung pipinya. Ray dengan malu-malu menyambut uluran tangan Noel.

"Jangan nunduk, kamu cantik," bisiknya. Semua tamu undangan yang melihat kejadian itu memekik kegirangan. Noel terus menggandeng tangan Ray sampai di atas panggung. Noe menatap gadis di sebelahnya yang terus menunduk dan  tangannya terasa sangat dingin.

Noel membelai pipi Ray dan menatapnya dalam. "Kamu harus tenang, oke. Percaya sama aku," ucapnya menenangkan. Melihat kedekatan putra-putrinya kedua orang tua Ray dan Noel tersenyum bahagia dan puas. Jujur Ray sebenarnya sudah tidak gugup lagi melihat tamu undagan, yang membuatnya gugup yaitu Noel, dia sangat tampan malam ini apalagi senyumnya itu membuat iman Ray melemah.

"Oke langsung saja kita mulai acara pertunangannya," ucap si mbak pembawa acara. Lalu Tika san Gita mengahampiri mereka berdua dengan membawa sebuah nampan yang sudah dihiasi dengan bunga mawar merah. Di dalamnya terdapat kotak beludru yang terbuka, memperlihatkan sepasang cincin berlian yang tampak elegan.

"Ayo, Mas dipasangin dong cincinnya," goda si mbak. Ray langsung menundukkan kepalanya, menyembunyikan pipinya yang pasti sudah seperti kepiting rebus. Tangan Noel mengelus pipinya dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang. Dengan penuh keberanian Ray mencoba mendongakkan kepalanya dan matanya langsung bertubrukkan dengan manik mata Noel yang menatapnya dengan sangat dalam, di sana Ray hanya bisa menemukan kesungguhan dan kasih sayang.

"Ekhem, ayo, Mas," deheman mbak pembawa acara membuat Ray dan Noel kembali sadar dan tersenyum kikuk kepada para tamu undangan.

Noel melakukan apa yang pembawa acara itu katakan, dia menyematkan sebuah cincin berlian yang sangat elegan dan sangat indah di jari manis Ray. Begitu pula sebaliknya. Setelah acara pertukaran cincin, Dito menghampiri mereka berdua dan merangkulnya dengan hangat.

"Om sudah percaya sama kamu, jadi tolong jaga Ray sebaik mungkin karena saya tahu kalau saya tidak bisa menjaganya dengan baik. Bahagiakan dia dengan cara kamu sendiri, buat dia selau tersenyum jangan seperti om yang hanya bisa membuat Ray merasa kesepian, tapi om sangat sayang kepada Ray melebihi rasa sayangmu padanya. Jaga selalu anak saya dan selalu buat bahagia dia jangan pernah sakiti dia," ucap Dito dengan matanya yang berkaca-kaca. Ray yang mendengar itu langsung memeluk Dito dengan erat dan tangisnya tumpah di pelukan sang ayah. Dito mengecup puncak kepala Ray sangat lama.

"Maaf, Yah. Maafin Ray," ucap Ray sambil sesenggukkan. "Cup cup jangan nangis dong Ray, ini kan hari bahagia kamu," ucap Dito menenangkan. Ray masih terus menangis dia tidak peduli dengan jas ayahnya yang sudah basah karena air matanya.

"Maafin ayah, Ray. Ayah gak pernah bahagiain kamu, ayah selalu sibuk sama pekerjaan ayah. Ayah jarang punya waktu buat kumpul sama keluarga, ayah udah ninggalin kamu bertahun-tahun. Ayah sayang banget sama kamu," bisiknya. Tangis Ray semakin menjadi dan terus memeluk erat ayahnya.

"R-ray ya-ng min-ta ma-af, Yah," ucap Ray tersedu-sedu. Tika yang melihat itu menangis terharu dan bergabung ke dalam pelukan keluarga kecilnya yang sudah beberapa tahun menghilang.

---

"Gue capek, pengin istirahat,"  Akhirnya acara itu berlangsung lancar dan baru selesai pada pukul 23.30 WIB. Hal itu membuat Ray merasa sangat lelah dan sedikit pusing.

"Lo pucet, Ray. Lo sakit?" tanya Noe khawatir. Ray tersenyum mencoba menutupi rasa sakit yang sedang ia rasakan.

"Gue cuma kecapen," ucapnya menenangkan. Noel mengangguk dan mengantarkan Ray menuju kamarnya. Noel tidak kunjung pergi dari kamar Ray sampai gadis itu benar-benar tertidur. Noel mengelus puncak kepala Ray dan sesekali mengecupnya.

"Gue janji Ray, gue bakal jagain lo kayak apa yang bokap lo bilang. Gue bakal terus jagain lo walaupun nyawa gue jadi taruhannya. Gue gak bakal buat lo ngerasain sakit lagi. Gue bakal terus buat lo tersenyum dengan cara gue sendiri. Gue gak bakal pergi dari lo kecuali lo udah dapet cowok yang bisa bahagiain lo lebih dari gue, lo gak boleh ngerasa sedih lagi karena kesedihan lo juga kesedihan gue begitu juga kebahagiaan lo juga kebahagiaan gue, kalau dengan ngelepas lo ,bisa bikin lo bahagia gue bakal turutin," bisik Noel. Ray masih bisa mendengarnya dengan jelas karena Ray belum bisa tertidur. Ray merasa pipinya memanas mendengar perkataan Noel yang penuh kesungguhan. 'Plis jantung jangan diskoan dong di dalem' batin Ray.

"I love you," bisik Noel sebelum ia meninggalkan gadisnya. "I love you to," ucap Ray setelah Noel keluar dari kamarnya. Namun, Ray bukannya langsung tidur dia malah mengetikkan beberapa digit angka untuk menghubungi seseorang.

"Hallo, bisa kita ketemu, besok?"

"..."

"Oke, pulang sekolah di tempat biasa,"

"..."

Ray menghembuskan nafasnya lega, tapi ia juga bingung harus berasalan apa kepada Noel besok. Noel pasti akan mengikutinya.

"Gue harus bilang apa ke Noel?" ucap Ray bermonolog. Ray menjambak rambutnya frustasi dan langsung membanting tubunya ke kasur kesayangannya. Ray bahkan tidak bisa tidur memikirkan hal itu, dia menggigit kuat bibir bawahnya.

"Dia pasti gak bakal bolehin gue," monolognya lagi.

"Arghhh! Pusing gue!"  Ray mencoba memejamkan matanya dan mencoba menelusuri alam mimpinya.



¤¤¤

Hai

Thanks for reading dan jangan lupa buat ninggalin jejak oke:)

Typo? coment aja oke:)

Jangan lupa voment:)

Rayna(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang