41

179 5 0
                                    

Typo bertebaran!

¤¤¤

Ray terus mengulas senyuman manisnya. Ia sangat bahagia hari ini, tangannya tidak bisa lepas dari genggaman Noel.

"Duduk di sana yuk!" ajak Ray sambil menunjuk nyiur yang melambai. Noel mengangguk dan tersenyum manis. Ia tidak akan pernah melepaskan genggamannya dari tangan Ray.

"Kamu duduk sini, aku mau beli minum dulu," ucap Noel. Ray tersenyum. Matanya tidak bisa berpaling dari Noel, ia terus mengamati gerak-gerik Noel sampai akhirnya punggung Noel tidak ada di jangkauannya.

Ia kemudian menatap lautan lepas, senyuman manis terus tersungging di bibir pink nya.Netranya terus memandang sang senja mulai mengantarkan hari pada kegelapan.

"Uhuk!"  Tubuh Ray langsung membeku ketika melihat sebercak darah pada telapak tangan yang ia gunakan untuk menutup mulutnya tadi. Ia mengalihkan pandangannya ke arah senja yang semakin menawan.

"Seperti senja yang mengakhiri siang, begitu pula senja yang akan menjadi akhir kisahku," gumam Ray. Ia terus menyunggingkan senyumannya agar tidak ada satupun orang yang melihatnya terluka.

Saat melihat sosok Noel yang mulai mendekat, Ray langsung mengelapkan telapak tangannya ke gaun yang ia kenakan.

Noel menyodorkan sebotol air mineral padanya kemudian ia ikut duduk tepat di samping Ray. Ia memeluk pinggang Ray posesif. Ray tersenyum bahagia, setidaknya akhir hidupnya masih ada orang yang mencintainya.

Ray menyenderkan kepalanya di bahu Noel lalu menggenggam tangan Noel yang tidak memeluk pinggangnya.

"Aku bahagia banget, semua keinginanku udah tercapai," ucap Ray senang. Noel terkekeh lalu mengecup tangan Ray yang sedang menggenggam tangannya.

"Akhirnya aku bisa berkumpul sama ayah dan bunda, aku bisa bertemu sama sosok yang bisa menggantikan Nathan dalam hidup aku, aku bisa membantu orang lain, dan terakhir aku bisa menikmati senja bareng kamu," ucap Ray tulus.

Noel merasa ada yang tidak beres dengan ucapan Ray. "Kamu pasti bakal buat orang bahagia kalau kamu sembuh," ucap Noel.  Ray hanya tersenyum sambil menikmati alam yang semakin menggelap.

"Senja itu jahat." Noel menyerngitkan dahinya bingung.

"Dia menjadi akhir sebuah keceriaan dan menggantinya dengan kegelapan," ucap Ray sambil menunjuk sang surya yang mulai tenggelam.

"Dia juga menjadi akhir kisahku, dia jahat, kan?"  Noel terkekeh.

"Kamu ngomongnya ngelantur, deh!" ucap Noel. Ray tidak menghiraukan ucapan Noel dan sibuk menatap surya yang semakin ditelan oleh alam.

"Aku beruntung bisa kenal sama kamu," bisik Ray. Noel menatap Ray dalam. "Aku yang lebih beruntung bisa menemukan bidadari seperti kamu," ucap Noel tulus.

"Uhuk! Uhuk!"  Tubuh Noel langsung menegang ketika melihat gumpalan darah membasahi telapak tangan Ray.

"Kamu gak papa?" tanya Noel khawatir. Ray mengulas senyum manisnya. "Gak papa, aku cuma capek, pengin istirahat," ucap Ray lirih.

Ray menyenderkan kepalanya di bahu Noel lagi. Noel sudah bergerak gelisah, ia melirik wajah Ray yang semakin memucat.

"Uhuk! Uhuk!"  Ray lagi-lagi terbatuk darah. Noel semakin khawatir.

"Mana yang sakit?' tanya Noel penuh kekhawaturan.

"Aku gak sakit, El," ucap Ray lirih.

"Ya udah sini senderan lagi," ucap Noel sambil membawa kepala Ray untuk bersandar di dada bidangnya.

Rayna(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang