34

133 9 0
                                    

Typo bertebaran

¤¤¤

Dito menatap putrinya sendu, ia rindu Ray yang dulu selalu tersenyum ceria, tidak seperti saat ini, putrinya harus menderita seperti ini. Ia merasa gagal menjaga putrinya sendiri. Digenggamnya tangan Ray yang semakin mengecil dan dikecupnya berkali-kali, tanpa sadar air matanya pun ikut membasahi pipinya. Namun, dengan cepat ia menghapus air matanya, ia tak mau istrinya melihat dirinya terpuruk, ia harus menguatkan istrinya walau ia juga merasa sangat terpukul.

"Ray, bangun, Sayang," lirih Dito. Ia mengelus rambut Ray dan mengecupnya dengan perlahan.

Dito menghampiri Tika yang tengah tertidur di sofa rumah sakit, ia menatap wajah istrinya yang terlihat sembab karena terlalu lama menangis. Ia terus menggumamkan kata maaf. Ia terlihat sangat kacau, ia tidak sempat berbenah karena ia sibuk mengurus putri kesayangannya, Ray. Semenjak Ray di pindah ke rumah sakit di luar negeri tepatnya dua hari yang lalu,Dito menjadi lebih banyak diam, terlebih kondisi Ray yang masih kritis dan belum juga sadar, membuat Dito semakin merasa kacau.

¤¤¤

"Sita, sendirian bae mana Ray?" goda Reza. Sita menatap Reza tajam, ia menjadi sensitif mendengar nama Ray, ia merasa bersalah dan juga kasihan.

Sita mencengkeram krah seragam Reza dan melayangkan tatapan tajamnya. "Jangan. banyak. bacot," ucap Sita penuh penekanan. Sita menghempaskan tubuh Reza begitu saja dan mninggalkan teman-temannya di kantin.

Reza menyerngit bingung. "Kenapa bini lo Sar? Kaget gue," ucapnya sambil memegang dadanya dramatis. Caesar juga bingung, kemarin Sita membela Ray setengah mati dan kini Sita sangat sensitif dengan nama Ray.

"El, lo tau Ray di mana?" tanya Caesar. Noel mengendikan bahunya acuh. "Bodo amat, bukan urusan gue."

Alis Caesar saling bertautan, ia menanatap Noel tajam. Ia bingung bisa-bisaya Noel bersikap seperti ini dan juga Noel sekarang kembali dekat dengan mantannya, Sely. Seperti saat ini, Noel sedang asik bergurau dengan Sely. Caesar yakin pasti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Ray dan Noel.

Caesar memilih menyusul Sita ke kelas daripada melihat Noel yang sedang tidak menjadi dirinya sendiri. Surya dan Reza pun ikut bersama Caesar karena mereka pun sama, merasa tidak nyaman dengan sikap Noel yang berbeda dari sebelumnya.

Caesar mendekati meja Sita dan di lihatnya gadis itu sedang menelungkupkan kepalanya di antara lipatan tangannya, ia kira Sita tidur, tapi ia merasa aneh karena bahu Sita bergetar. Ia segera menegakkan tubuh Sita dan ya, mata Sita sembab, wajahnya juga merah karena menahan isakan.

Caesar menangkup wajah Sita. "Kenapa?" tanya Caesar lembut. Sita menggeleng lalu kembali menunduk. Caesar menatap Surya dan Reza, Surya mengangguk, ia mengerti kode yang diberikan Caesar.

"Apa?" tanya Reza bingung. Surya langsung menarik Reza gemas. Reza meronta, namun detik itu juga surya memiting lehernya membuat Reza mendengkus kesal.

Caesar mendudukkan dirinya di bangku samping Sita "Kenapa?" tanya Caesar. Sita menggeleng lagi, namun kini tangisnya pecah. Caesar langsung menarik Sita dalam dekaannya.

"Ra-Ray sakit karena gu-gue ga-gak bisa ja-gain dia," ucap Sita sesenggukan. Caesar mengelus rambut Sita untuk menenangkan gadis tersebut.

"Ray sakit apa?" 

"Leukimia," lirih Sita. Tubuh Caesar langsung menegang. "Makannya dia mutusin perjodohannya sama Noel."

Caesar paham sekarang, jadi ini yang membuat Noel berubah. "Noel udah tau?"  Sita menggelengkan kepalanya lalu menatap manik mata Caesar lekat. "Jangan bilang Noel, ya, Ray yang minta ini semua," ucap Sita.
Caesar hanya bisa mengangguk demi menenangkan Sita.

Rayna(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang