36

140 8 0
                                    

Typo bertebaran!

¤¤¤

Ray terlihat sangat bahagia siang ini, tentu ia sangat bahagia karena ia bisa kembali tertawa bersama orang tuanya. Ia sangat bahagia bisa menikmati kehangatan yang sudah lama tidak ia rasakan. Ia sangat senang, walaupun pada akhirnya mereka juga akan menangis karenanya. Ray selalu menutupi wajah pucatnya dengan tawanya yang menyejukkan.

"Udah, makan dulu jangan bercanda terus," ucap Tika lembut. Ray mengerucutkan bibirnya kesal. "Gak mau enek, Bun," rengek Ray.

Dito mengelus rambut Ray lalu mengevupnya. "Kamu harus makan biar kuat," ucap Dito lembut. Ray menatap wajah ayahnya yang terlihat khawatir. Ia menganggukkan kepalanya dan menerima suapan dari sang bunda.

"Bun, kayaknya Noel udah tau deh," ucap Ray. Tika menatap putrinya sambil tersenyum manis. "Cepat atau lambat semua pasti bakal kebongkar," ucap Tika lembut. Ray menganggukkan kepalanya setuju.

"Bun, udah! Hoek ... hoek!"  Ray memuntahkan kembali makanan yang ia makan tadi. Tika dengan sigap memberi Ray kantong plastik lalu mengurut tengkuk Ray. Air matanya menetes, namun dengan cepat ia menghapusnya, ia tidak mau Ray melihat dirinya menangis lagi.

"Udah mendingan, Sayang?" tanya Tika khawatir. Ray mengangguk lemah, tenaganya cukup terkuras banyak.

"Istirahat lagi, ya," ucap Tika sambil membantu Ray untuk berbaring di ranjangnya.

¤¤¤

Noel terus berlari saat ia sudah tiba di rumah sakit. Ia mengabaikan Caesar dan Sita yang terus memanggil namanya. Ia terus berlari melewati lorong demi lorong untuk sampai di ruang inap Ray. Beruntung Caesar sudah memberi tahu di mana ruang inap Ray. Satu yang ada di pikiran Noel saat ini, yaitu bertemu Ray.

Saat sudah dekat dengan ruangan Ray, ia melihat Dito sedang mengobrol dengan dokter. Ia memelankan langkahnya dan mendengarkan pembicaraan Dito dan dokter tersebut.

"Selamatkan putri Saya, Dok. Lakukan semua cara untuk menyelamatkan putri saya," ucap Dito. Ia terlihat sangat lelah. Dokter tersebut menepuk bahu Dito. "Kita hanya bisa berdoa, tapi penyakit putri Anda sudah sangat parah dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan putri Anda adalah transplantasi sumsum tulang belakang," ucap sang dokter.

Dito menundukkan kepalanya, bahunya bergetar, ia sudah tidak bisa menahan ini semua, ia menangis.

Noel terdiam di tempat, tanpa sadar air matanya juga mengalir deras. Tubuhnya merosot, pandangannya kosong, tapi air matanya terus mengalir. Ia tidak bisa menahan sesak di dadanya. Sita dan Caesar langsung menghampiri Noel yang sedang duduk di lantai rumah sakit dengan pandangan yang kosong.

"El, bangun," lirih Sita. Ia merasa kasihan melihat kekasih sahabatnya yang terlihat sangat terpuruk. Sita terus mengguncang tubuh Noel, namun Noel belum juga sadar. Caesar ikut memanggil-manggil nama Noel agar laki-laki itu sadar.

"R-Ray," gumam Noeol. Sita tersenyum semang. "Sadar, El," lirihnya. Noel melirik Sita sekilas lalu matanya kembali mengarah kepada Dito yang sedang duduk sedirian sambil menangis.

"Om Dito," lirihnya. Ia kemudian bangkit dan menghampiri Dito. Sita dan Caesar mengikuti Noel dengan wajah cemas.

"O-om," lirih Noel. Saat tiba di hadapan Dito, Noel langsung berlutut dan menggumamakan banyak kata maaf. Dito terkejut mendaptkan Noel yang berlutut di hadapannya.

Dito memegang bahu Noel dan membantu pemuda itu untuk duduk di sampingnya. Dito melihat Noel yang sangat kacau, ia juga kasihan kepada Noel. "Ray baik-baik saja, kita berdoa buat kesembuhan dia," ucap Dito menenangkan sambil menepuk pundak Noel.

Rayna(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang