37

152 8 0
                                    

Typo bertebaran!

¤¤¤

Ruang inap Ray terasa lebih ramai semenjak kehadiran Noel dan sahabatnya. Mereka terus membuat Ray tertawa sampai ia tidak ingat dengan rasa sakit yang sedang dideritanya.

"Lagian lo mau aja dijodohin sama orang begituan," gerutu Sita sambil melirik Noel sebal. Noel membelalakan matanya kesal.

"Aishhh!" ringis Sita ketika sebuah jitakan mendarat tepat di kepalanya. Ia menatap Noel tajam sedangkan Noel dia justru tersenyum penuh kemenangan. Sebuah tangan terulur untuk mengelus kepalanya, Sita mendongkakkan kepalanya dan mendapati Caesar yang sedang mengelus kepalanya lembut.

"Drama!" cibir Noel. Noel mengalihkan pandangannya menatap Ray, pandangan mereka beradu.

"Ck, Drama!" ledek Sita. Noel melirik Sita kesal, selalu saja anak itu membuat Noel naik pitam dan selalu saja menggagalkan aksinya untuk bermesraan dengan Ray. Tangan Ray terulur mengelus lengan Noel. Noel tersenyum manis lalu menggenggam tangan Ray yang mengelus lengannya tadi.

"Keluar sono, ganggu aja!" kesal Noel. Sita merotasikan matanya sebal.

Sita mendekat ke arah Noel lalu memberikan jitakan maut di kepala Noel, namun dengan cepat ia menarik Caesar untuk keluar dari ruangan Ray menghindari amukan Noel.

"Anjir!" umpat Noel. Ray tertawa melihat wajah noel yang terlihat sangat dongkol.

"Kamu jangan berantem terus dong," ucap Ray. Noel tersenyum lalu mengecup tangan Ray yang berada di dalam genggamannya.

"Gak janji," kekehnya. Ray menyubit lengan Noel kesal. Lalu tawa mereka kembali pecah.

Noel berjalan menuju sofa dan mengambil tasnya. "Oh iya aku ada sesuatu," ucapnya sambil mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

Ray melirik Noel dengan wajah penasaran. Noel kembali berjalan mendekati Ray dengan kedua tangan berada di belakang tubuhnya. Ray mencoba mengintip apa yang dibawa oleh Noel, namun hasilnya nihil, ia merasa kesulitan karena ada selang infus yang bersarang di tangan kananya.

"Ini aku kembaliin," ucap Noel sambil memberikan sebuah buku kepada Ray. Ray membelalakan matanya antara senang dan kesal. Ray menatap Noel tajam sedangkan Noel justrus menyengir lebar tanpa dosa. Ray menarik rambut Noel gemas.

"Aduh, maaf dong," ringis Noel.

"Kamu pasti baca kan?" tanya Ray tajam. Noel menyengir lebar dan tangannya membentuk huruf V.

"Ish, kan malu," gumam Ray. Noel terkekeh mendengar gumaman Ray.

"Maaf karena udah ngambil buku kamu tanpa izin dan juga makasih," ucap Noel tulus. Ray mengalihkan pandangannya menatap Noel intens.

Alis Ray saling bertautan. "Makasih buat?" tanya Ray.

"Makasih karena udah menyelipkan nama aku diantara banyaknya nama Nathan," ucap Noel sambil tersenyum manis. Mata Ray tarasa panas, ia langsung menubruk dada bidang Noel dan menangis dalam dekapan Noel.

"Jangan nangis, dong," bujuk Noel.

"Makasih, udah mau nerima aku yang serba kekurangan ini," ucap Ray. Noel mengelus rambut Ray penuh kasih sayang.

"Maka dari itu aku datang karena kalo kamu udah sempurna aku gak bisa melengkapi kekurangan kamu," ucap Noel tulus.

"Gembel," kekeh Ray.

Noel melonggarkan pelukkannya. "Jalan-jalan yuk," ajak Noel. Mata Ray langsung berbinar lalu mengangguk semangat.

"Nanti ya aku ambil kursi roda dulu," ucap Noel. Ray mengangguk dan terus memeperhatikan setiap gerak-gerik Noel.

Rayna(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang