Typo bertebaran
☆☆☆
Keesokan harinya Noel sudah boleh masuk sekolah. Pagi ini Noel berencana untuk menjemput Ray.
Sedangkan Ray, dia masih bergelung di dalam selimut tebal kesayangannya, tentu saja Ray masih tidur karena ini baru saja jam 05.30. Seperti biasa Noel terlalu bersemangat untuk berangkat sekolah bersama.
Setelah sampai di depan pintu rumah Ray, Noel langsung memencet bel yang menempel di dinding sebelah kanannya.
"Wah! Masih ngebo dia," ucap Noel. Butuh waktu 5 menit sampai akhirnya asisten rumah tangga Ray membukakan pintu.
"Eh, den Noel. Silakan," ucap bik Sinah. Noel tersenyum dan tak lupa mengucapkan terima kasih untuk bik Sinah.
"Bik, Ray masih tidur?" Tanya Noel. Bik Sinah hanya mengiyakan pertanyaan Noel dan pamit untuk ke dapur. Memang dasarnya Noel itu usil dia dengan sengaja menyelusup ke dalam kamar Ray.
Noel tersenyum melihat Ray yang terlihat damai dan tenang saat tidur. Noel tertarik dengan sebuah buku bermotif bunga terartai. "Diary?" Noel segera mengambil buku tersebut tapi ada sebuah foto yang terjatuh dari dalam buku itu. "Ada foto," gumamnya, "eh! Nathan? Kok mirip sama yang kemaren dipeluk Ray?" Noel kini mengerti alasan Ray memeluk pria lain. Ya, memang sangat mirip. Setelah itu Noel berjalan menuju gadisnya. Gadisnya? Lucu.
"Ray bangun," ucap Noel sambil menyikap selimut yang melilit tubuh Ray. Ray hanya mengerang kedinginan. "Woi! Bangun! Kebakaran!" Teriak Noel. Tentu hal itu membuat Ray terbangun dari tidurnya yang nyenyak.
"Ngapain ,sih lo?" tanya Ray dengan suara serak khas bangun tidur.
"Mau ngajak berangkat bareng," ucap Noel.
Ray melirik sekilas jam beker yang berdiri di atas nakas, masih menunjukan pukul 05.40.
"Lo gila?" tanya Ray dengan wajah sebalnya."Iya, gue gila gara-gara lo," ucap Noel tulus. Hanya satu kalimat itu tubuh Ray terasa panas dingin. 'Gila, kenapa gue' batin Ray.
"Sana mandi," kata Noel lembut. Lalu Noel keluar dari kamar Ray, namun sebelum itu Noel membisikan satu kalimat yang membuat tubuh Ray mematung.
"Lo seksi deh kalo abis bangun tidur," ucap Noel.
Setelah menyelesaikan rutinitasnya, Ray buru-buru menghampiri Noel di bawah. Terlihat Noel begitu akrab dengan Dito, ayahnya. Entah mengapa hatinya menghangat melihat kedekatan Noel dengan orang tuanya.
"Eh, Ray sini," ucap Dito sambil melambaikan tangan ke arah Ray.
"Yah, kita berangkat," ucap Ray sambil mencium tangan Dito. Begitu juga dengan Noel. "Gak sarapan dulu? Kasian bunda udah masakin loh," ucap Dito. Ray dan Noel hanya beradu pandang. "Hm," Hanya itu balasan Ray. Ray dan Noel mengikuti Dito dari belakang dan terlihat seorang ibu rumah tangga yang melambaikan tangan kepada mereka. Dia bundanya Ray.
"Ayo! Sarapan dulu," ucapnya ramah.
Lalu mereka berempat sarapan bersama disertai candaan dari Noel. Sedangkan Ray, dia hanya diam, menikmati makanan yang ada di depannya. Setelah selesai sarapan Ray langsung menarik tangan Noel dan berpamitan kepada kedua orang tuanya."Ray, kok lo cuek banget sih ke nyokap bokap lo?" tanya Noel bingung. "Masalah buat lo?" sahutnya. "Mm, gue pengin rubah lo jadi lebih baik," ucap Ray tulus.
"Buat apa gue dirubah?" tanya Ray dingin.
"Biar lo gak jadi orang lain," ucap Noel.
"Maksudnya?" tanya Ray.
"Gue tau ini bukan sifat lo, Ray. Lo berubah gini gara-gara lo selalu ditinggal sama orang yang lu sayang," ucap Noel."Bukan urusan lo," sahut Ray ketus.
"Tentu itu urusan gue, lo masa depan gue," ucap Noel tegas.Ray hanya diam, tubuhnya terasa panas dingin setiap mendengar kata-kata Noel yang sangat perhatian kepadanya. Ray hanya bisa menunduk, perkataan Noel memang benar, dia bukan menjadi dirinya sendiri, dia menggunakan topeng.
"Udah sampe," ucap Noel dingin.
'Kenapa dia jadi dingin gini,' batin Ray. Ray langsung turun dari motor berwarna biru itu. Dan lagi, Noel sepertinya berbeda kali ini, dia jauh lebih cuek. Biasanya Noel selalu menggodanya, tapi kini Noel hanya diam. Canggung, itu yang dirasakan Ray.Ray hanya mengikuti Noel dari belakang, tanpa berniat menyejajarkan langkahnya dengan Noel. Namun, tiba-tiba ada kehangatan yang menggenggam tangan mungilnya. Saat Ray mendongak, wajah Noel yang pagi ini terlihat lebih datar dari pada biasanya. Mata mereka beradu, Ray hanyut dalam bola mata Noel yang sangat menyejukkan, sebelum Noel memutuskannya secara sepihak. Ray kembali menunduk membiarkan tangannya digenggam oleh pria di sampingnya ini.
'Gue butuh sesuatu yang mastiin perasaan gue ke lo, El' batin Ray.
"Woi gandeng teros!" Teriak seseorang dari dalam kelas Ray. Dia Reza, sahabat Noel. Ray berusaha melepaskan genggaman Noel, namun itu sia-sia. "Eh babang Noel kok mukanya datar gitu, kenapa sih?" tanya Reza dengan tampang centilnya.
Reza merasa kesal karena tidak ada balasan dari Noel maupun Ray, hal itu membuat Reza menyumpah serapahi mereka berdua.
"Anzeng, pasangan es batu, gorila, buaya, babi, kucing," Dan masih banyak sumpah serapah lain yang keluar dari mulut lemes Reza.Ray merasa sangat bosan, biasanya Noel selalu menganggunya, apalagi jam sudah menunjukkan pukul 12.00. Noel, dia tertawa bersama sahabat-sahabatnya. Sedangkan Ray hanya bisa melihatnya dari jauh. Ada rasa bersalah dalam diri Ray. Saat Noel menoleh ke arahnya, Ray cepat-cepat pergi dari tempat itu.
'Sorry, gue gak bermaksud buat lo kek gitu,' batin Noel.
"El, lo lagi ada masalah sama doi?" tanya Surya. Noel hanya menggelengkan kepalanya lesu.
"Bo'ongnya keliatan banget," ledek Caesar.
Noel hanya mendengkus dan menyeruput es teh yang sudah tinggal setengah. Ya, mereka memang sedang ada di kantin.
"Gue bingung," ucap Noel lesu.
"Why?" sahut Reza."Gue ngerasa Ray itu gak suka sama gue, masa iya gue berjuang sendiri terus," ucap Noel.
"Kata siapa Ray kagak suka sama lo?" tanya Caesar.
"Ya, gue ngerasa aja," ucap Noel.
"Lo salah, gue rasa Ray suka sama lo," ucap Caesar.
"Gue setuju," sahut Reza, entahlah tiba-tiba Reza bisa berubah serius, seperti saat ini."Apa buktinya?" tanya Noel.
"Banyak," kata Reza sambil meminum jus jeruk di hadapannya.
Lain halnya dengan Ray, dia buru-buru pergi ke toilet, dia merasa sangat sakit melihat sosok pria yang biasanya bersama kini berubah menjadi dingin padanya. Di sana Ray menangis, dia menangis? Ray sendiri juga bingung. Namun, dengan cepat Ray menghapus air mata yang sudah mengalir di pipinya dan membasuh mukanya.
Saat keluar dari toilet Ray bertemu dengan Dirga, si ketos yang memiliki banyak penggemar. "Eh, Ray," sapanya. Ray tersenyum, ini jarang. Namun, saat itu juga ada sepasang mata yang mengintai mereka dari balik tembok.
¤¤¤¤
Yee!! bisa up lagi:)
Lop semua deh
Maap ya, Rayna jarang up, soalnya akutuh lagi sibuk, bentar lagi mau ujian. Doain ya semua :)
Thanks for reading jangan lupa voment:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Rayna(Completed)
Teen Fiction[REVISI BERJALAN] Setiap cerita pasti akan berakhir bahagia, bahagia dengan caranya sendiri. Ada yang harus bersama ada juga yang harus berpisah. Tapi perpisahan bukan berarti akhir yang menyedihkan. Sama seperti kisah kita, Noel. ~Ray Setiap pertem...