Typo bertebaran!
¤¤¤
"Om, sebenernya Ray kenapa?" tanya Noel yang saat itu sedang di rumah Ray, setelah mengantar gadis itu pulang. Kenapa Dito di rumah? Itu karena tadi Tika meneleponnya dan mengatakan kondisi putri tunggalnya.
"Dia cuma kecapean," ucap Dito santai. Dia berusaha mati-matian agar Noel tidak menangkap gelagat aneh darinya.
"Om, bohongkan?" tuding Noel. Dito bisa merasakan rarapan mata Noel yang sarat akan kekhawatiran. Bahkan ia melihat mata Noel yang memerah menahan tangis.
"Ray sudah bilang sama om, kalau dia lagi sibuk banget jadi kecapean," alibi Dito. Dito menepuk bahu Noel dan meyakinkan anak muda tersebut.
"Tapi kenapa dia sering mimisan?"
Skakmat! Dito bingung harus menjawab apa.
"Dia kalau kecapean suka mimisan," Dito bernafas lega saat mendwngar suara istrinya yang baru saja keluar dari kamar Ray.
"Oh gitu, Tan," ucap Noel paham.
"Emm, Tan, Noel boleh liat kondisi Ray gak?" tanya Noel. Tika tersenyum menandakan kalau ia mengizinkannya melihat kondisi Ray. Setelah mengucapkan terima kasih, Noel langsung menuju kamar Ray dan melihat gadia itu terbaring lemah. Noel mendekat dan hatinya teriris melihat kondisi Ray yang terlihat sangat berbeda. Wajah Ray tampak pucat, tubuhnya mengurus, dan ada kantung hitam di bawah matanya. Noel menggenggam tangan Ray dan mengecupnya berkali-kali.
"Gue sayang banget sama lo, lo harus sehat, jangan banyak kerja biar gak kecapean," ujar Noel lirih. Ia tidak mau membuat Ray terbangun karena suaranya.
Cup
Noel mengecup kening Ray cukup lama. Dia sangat menyayangi gadis itu. Setelah itu Noel keluar dari kamar Ray dan menuju ruang tamu.
"Kalau gito Noel pulang dulu Om, Tan,"
"Loh gak nungguin Ray sadar?" tanya Tika.
Noel menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Biar ray istirahat duku tan," ucapnya sopan.
¤¤¤
"Yah, Ray mau batalin perjodohan ini," lirih Ray. Dito yang sedang membaca koran langsung tersentak mendengar perkataan Ray.
"Kenapa, Ray?" tanya Dito bingung.
"Ray gak bakal lama lagi hidup di dunia ini, Ray gak mau nanti kalau Ray mati, Noel masih terikat sama perjanjian itu," Ray mengucapkan hal tersebut tanpa ada rasa ragu sedikitpun. Ia sudah memikirkan matang-matang keputusannya.
"Kamu gak boleh ngomong gitu, Kamu pasti sembuh," Dito menarik Ray kedalam dekapannya.
"Yah, Ray mohon!" pinta Ray. Dito terdiam.
"Nanti ayah bicarakan sama bunda kamu dulu,ya?"
Ray mengangguk. Ray merasakan ada sesuatu yang mengalir dari hidungnya. Darah, ia melihat darah di kemeja yang dikenakan ayahnya. Kepalanya terasa sangat pusing dan Ray pingsan dalam dekapan sang ayah.
"Ray?" panggil Dito. Namun, Ray tidak kunjung menjawab, membuatnya merasa khawatir. Ia merasa ada susuatu yang membasahi kemejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rayna(Completed)
Fiksi Remaja[REVISI BERJALAN] Setiap cerita pasti akan berakhir bahagia, bahagia dengan caranya sendiri. Ada yang harus bersama ada juga yang harus berpisah. Tapi perpisahan bukan berarti akhir yang menyedihkan. Sama seperti kisah kita, Noel. ~Ray Setiap pertem...