31

132 6 0
                                    

Typo bertebaran!

¤¤¤

"Bun, boleh, ya?" bujuk Ray. Ia sudah berpuluh-puluh kali membujuk Tika agar mengizinkannya berangkat sekolah. Tika menatap wajah Ray yang terus memelas padanya. Ia ingin mengizinkannya, tapi Ray baru saja pulih. Tika tersenyum menenangkan dan mengelus rambut Ray sayang.

"Nanti Bunda tanya sama ayah," Ray bersorak senang. Tika hanya bisa menggelengkan kepalanya heran melihat tingkah Ray yang ternyata sangat aktif akhir-akhir ini lebih tepatnya saat ia memberi kabar buruk itu.

Pintu ruangan berdecit, menandakan ada seseorang yang masuk kamar inap Ray. Ray dan Tika langsung mengalihkan pandangannya dan melihat Dito sedang menenteng satu kantong kresek putih.

"Ayah tau kalau ayah ganteng," ucap Dito dengan PD nya. Ray terkekeh mendengar ucapan ayahnya, ia tidak menyangka kalau ayahnya bisa se-PD ini.

"Mau!" pekik Ray girang saat melihat Dito mengambil satu cup es krim dari dalan kantong kresek tadi.

"Orang ini buat ayah sama bunda," ucap Dito ketus. Ia senang membuat putrinya merajuk kesal dan merengek lucu, ia akan seperti ini setidaknya selama Ray masih bisa di sisinua. Jujur Dito sudah putus asa melihat putrinya yang harus terbaring lemas tak berdaya apalagi perkataan Dokter Ze tadi menbuatnya semakin merasa bersalah, ia ingin menggantikan posisi putrinya, namun ternyata Tuhan lebih sayang kepada Ray.

Ray mencebikkan bibir pucatnya kesal. "Ya udah!" ketus Ray. Ia membuang wajahnya dan pura-pura tidur.

Ray merasa sesuatu yang dingin menyentuh pipinya. Mata Ray langsung berbinar dan langsung merebut es krim tersebut dari tangan ayahnya. Dito terkekeh lalu mengacak pelan rambut Ray yang mulai menipis.

Ray menikmati es krim tersebut dengan senang, hati Tika terasa ngilu melihat putrinya yang sangat kurus. Tubuh Ray semakin ringkih, wajahnya pucat, tubuhnya kurus kering, dan rambut yang mulai menipis karena rontok.

"Ayah, Ray mau sekolah," Dito tersentak dan menatap Ray.

"Kamu takin?" tanya Dito ragu, ia ingin putrinya bahagia, tapi ia tidak mau putrinya kembali drop.

"Ray mohon, tiga hari aja!" bujuk Ray. Ia memasang wajah memelas kepada sang ayah. Duto terlihat bingung.

"Oke, tapi saat itu juga kamu harus akhiri hubungan kamu sama Noel," putus Dito. Ray bingung harus merasakan sedih atau bahagia, ia bahagia karena bisa kembali sekolah, tapi ia merasa sedih karena sebentar lagi hubungannya dengan Noel akan berakhir. Ray mengangguk setuju, lagi pula ia memang menginginkan Noel bebas darinya.

¤¤¤

Ray berjalan melewati koridor sekolah dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajah pucatnya. banyak siswa siswi menatap Ray bingung, bayangkan saja seorang ratu es bisa tersenyum? Bahkan menyapa beberapa diantara mereka. Ray merasa sangat bahagia bisa kembali duduk di bangku kesayangannya, emm maksudku tempat duduk yang biasa ia tempati di kelas.

"Ray, lo kenapa gak masuk kemaren?" tanya Dila.

"Gue ada urusan keluarga," ucap Ray disertai senyuman. Dila membelalakan matanya kaget, ia tidak pernah melihat Ray tersenyum dan ia tidak pernah mendengar ray berkata hangat tanpa nada datat nan dinginnya.

Rayna(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang