26

143 8 0
                                    

Typo bertebaran!

¤¤¤

"Ray, nanti malem mau diambil gak?" ucap Toni.

Pulang sekolah Ray menyempatkan diri untuk mengontrol markas geng motornya. Bisa dikatakan geng motor Ray cukup terkenal di Jakarta dan disegani banyak orang.

"Boleh, mumpung masih bisa," ucap Ray sambil tersenyum.

Toni mengerutkan dahinya bingung, "Apa sih maksud lo?"
Ray hanya tersenyum dan meminum minuman kaleng yang ada di depannya.

"Ray, lo gak ada niatan buka cabang resto atau cafe lagi?" tanya Toni lagi.

Ray tampak mempertimbangkan usulan Toni. Ia menenggak habis minumannya sebelum menjawab pertanyaan Toni.

"Boleh juga, tapi lo yang urus," Ucap Ray santai.

"Gue? Kok gue? Ngurus apanya dulu nih?" cerca Toni.

"Semuanya, nanti kalo udah jadi lo sama anak-anak yang pegang,"

"WHAT! Lo gila, Ray?" tanya Toni syok. Ray mengendikan bahunya dan melenggang menuju dapur untuk mengambil beberapa kaleng minuman.

"Ray! Ada yang aneh sama diri lo," tuding Toni saat Ray sudah kembali ke ruang tengah.

"Gak ada, cuma pengin usaha gue berguna dan gue harap meskipun gak ada gue jangan pernah berbuat kriminal yang bikin gue malu," ucap Ray tegas.

"Lo emang mau kemana?"

"Pergi jauh,"

Toni masih menyimpan banyak pertanyaan yang ingin ia ajukan kepada Ray, namun ia rasa ini bukan waktu yang tepat.

"Jam berapa mulainya?" tanya Ray mengalihkan topik pembicaraan.
"Kita berangkat jam delapan, mulainya jam sepuluh, sekalian ngecek mesin dulu," jelas Toni. Ray menganggukan kepalanya paham.

"Gue ke kamar dulu, ntar bangunin kalo mau berangkat," ucap Ray sambil menaiki tangga menuju kamar keduanya.

¤¤¤

"Oke! Udah siap! bisa langsung ke lapangan, Queen," ucap Toni.

Ray hanya berdehem dan mulai menaiki motor kesayangannya menuju area balap.

"Ayo Queen! Semangat!" teriak Toni di barisan penonton. Terlihat juga anggota geng lainnya yang bersorak ria menyemangati Ray.

Seorang gadis dengan pakaian yang cukup wah menuju ke tengah area balap, membawa sebuah bendera dengan motif kotak-kotak seperti papan catur.

"1....2....3!"  Ray memacu motornya secepat mungkin. Ray tampak seperti pembalap andal. Ray tampak sangat santai dan lihai. Garis finish tinggal beberapa ratus meter lagi, Ray semakin mempercepat laju motornya dan meninggalkan para pesaingnya malam ini.

"Yey! Wooooooo!" teriak Toni dan teman-temannya saat motor Ray yang pertama kali memasuki garis finish.

"Lo emang selalu yang terbaik, Queen," ucap Toni sambil mengacungkan kedua jempol tangannya.

Rayna(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang