20

165 7 0
                                    

Typo bertebaran
Thanks semua :)

☆☆

"

Masih diperjuangin yang kek begini?" tanya seseorang dengan nada mengejek. Noel mengeratkan rahangnya saat melihat foto Ray dan Dirga, tapi kenapa Ray harus tersenyum?

Brak

Noel menggebrak meja kantin dengan kuat. "Pergi!" usir Noel. "Lo bakal nyesel, El," ucap seseorang itu dengan wajahnya yang terlihat puas melihat kecemburuan Noel. Dia Selly, musuh bebuyutan Ray.

"Arghhh!" erang Noel. Sahabat-sahabatnya berusaha menenangkan Noel, mereka baru pertama kali melihat Noel yang sangat marah seperti saat ini.

"Sabar, El," ucap Caesar menenangkan. Noel bangkit dari duduknya dan pergi entah kemana.

"Biarin, dia butuh sendiri," ucap Caesar menghalangi temannya yang ingin menyusul Noel.

"Kalo dia bunuh diri gimana?" tanya Reza dengan wajah watadosnya. Surya langsung menoyor kepala Reza dengan kuat membuat sang empu meringis kesakitan.

"Lambe lo itu lemes amat," ucap Surya kesal.

Ray sedang duduk di kelas dikejutkan dengan kehadiran Noel yang langsung menyeretnya keluar.
"Lepas, El," pinta Ray. Noel menggenggam pergelangan tangan Ray dengan sangat kuat meninggalkan bekas kemerahan. Noel membawa Ray ke taman belakang tanpa mendengarkan rintihan dari Ray.

"Ada hubungan apa lo sama Dirga?" tanya Noel dingin.
"Apa maksud lo?" tanya Ray bingung.
Ray tahu kali ini Noel tidak sedang bercanda, apalagi sorot matanya yang terlihat tajam dan menusuk. Selain itu rahangnya juga mengeras dan di bawah sana tangan Noel mengepal dengan sangat kuat membuat otot-otot di tangannya terlihat jelas.

"Jawab!" ucap Noel tegas.

Ray ketakutan melihat Noel seperti ini, dia hanya bisa menunduk dan melihat pergelangan tangan kanannya yang pasti membekas akibat genggaman Noel yang terlalu kuat. Sesekali ia meringis kesakitan ketika Noel mengeratkan pegangannya.

"Gak punya mulut lo?" ucap Noel dengan nada menusuk.
"Gue gak ada hubungan apa-apa," jawab Ray lirih.

"Liat! Liat mata gue jangan nunduk," ucap Noel sambil meraih dagu Ray.

"Kenapa? Kenapa lo bisa deket sama orang lain, sedangkan kalo sama gue lo, lo cuek banget," ucap Noel lirih. Matanya terus beradu dengan manik mata Ray yang sudah berkaca-kaca.

"Gue cuma senyum," cicit Ray.
"Tapi itu bikin gue cemburu," ucap Noel. Noel langsung menghapus air mata Ray yang meluncur dengan sendirinya.

"Maaf, maaf, maaf,"  Hanya kata itu yang bisa keluar dari bibir merah jambu Noel.

"Lepas, El. Sakit," ucap Ray sambil mencoba melepaskan genggaman Noel. Noel yang menyadari itu langsung melepaskannya dan menatap pergelangan tangan Ray yang terlihat memerah.

"Maaf, gue selalu bikin lo terluka, gue emang cowok brengsek," ucap Noel sambil mengacak rambutnya frustasi.

"Udah, El. El, jangan gitu, cukup jangan gitu, El," ucap Ray sambil meraih tangan Noel. Ray meraih pipi kanan Noel dan mengelusnya dengan lembut.

"Cukup, El," ucap Ray sambil menghapus air mata Noel yang jatuh di pipinya.

"Gue brengsek, Ray," ucap Noel lirih.
"Gak, lo gak kek gitu. Lo cowok paling baik yang pernah gue kenal," ucap Ray. 'Setelah Nathan tentunya El ,' batin Ray.

"Gue selalu nyakitin lo, gue cemburuan sama lo padahal kita gak ada hubungan apa-apa," ucap Noel lirih.

"Cukup bilang gitu!" ucap Ray tegas.

"Gue sayang sama lo, tapi lo gak bakal bales perasaan gue," gumam Noel.

"Kasih gue waktu, El," ucapk Ray meyakinkan Noel.

"Sampai kapan?" tanya Noel.

Ray hanya menggeleng lemah dan langsung menunduk lesu. Noel langsung memeluk Ray, membuat Ray mematung di tempatnya. Tubuhnya panas dingin dan ada sesuatu yang menggelitik di perutnya.

'Tuhan, bantu aku' batin Ray. "Bentar  gue nyaman kek gini, Ray," ucap Noel. Ray hanya bisa menurut dan membalas pelukan Noel.


Sampai pulang sekolah tiba, Noel dan Ray masih merasa canggung dan Noel masih bersikap dingin padanya. "Lo kenapa, El?" tanya Ray hati-hati.
"Gak," katanya.

Ray hanya bisa mendengkus sebal, jadi begini rasanya orang dicuekin? Gak enak. Pantas saja banyak orang yang sebal dengan tingkah Ray yang kelewat dingin, bahkan Kutub Selatan saja kalah dinginnya.

"Gak enak ya dicuekin," ucap Ray mencairkan suasana. Namun, lagi-lagi hanya dibalas deheman dari Noel. Sudah beberapa kali Ray mencoba membuka obrolan, tapi hanya dibalas dengan deheman, gelengan, anggukan ,dan satu kata. Ingin rasanya Ray mencakar waja Noel kali ini. Ray merasa kehilangan sosok yang biasanya selalu hangat kepadanya. 

Saat sampai di rumah Ray, Noel juga buru-buru pulang. Biasanya Noel selalu mampir ke rumahnya bahkan Ray sudah mengusirnya tapi dia tetap masuk ke dalam rumahnya.

"Assalamualaikum," ucap Ray lesu. Dia langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya dan membanting tubuh lelahnya ke atas kasur kesanyangannya. Ray terus kepikiran Noel, bahkan saat Ray menatap langit-langit kamarnya hanya ada bayangan Noel di sana. Kenangan saat pertama bertemu dengannya, saat Noel khawatir dengan kondisi Ray, saat Noel tertawa, uhh sudah cukup.

"Kenapa? Kenapa selalu ada bayangan lo?" monolognya.
Ray mengambil handphone yang tergeletak di atas nakas dan memencet beberapa angka untuk membuka handphone itu. Lalu ia membuka galeri dan ada satu foto yang menarik perhatiannya, yaitu foto Noel yang sedang tertawa memperlihatkan lesung pipinya, menambah kadar kemanisan dari Noel. Ray tersenyum sendiri saat melihat foto itu, dia merasa rindu dengan senyum itu dan lesung itu. Namun, kini dia berubah.

"Gue kangen," gumam Ray. Ia hanya bisa memandang senyum Noel dari foto saja, kini senyum itu entah hilang kemana. "Gu-gue kangen, El," ucapnya sambil sesenggukan.

Ray kini menyadari bahwa perasaan kepada Noel sudah mulai tumbuh. Namun, apa Noel masih sama seperti dulu? Dia takut kalau Noel sudah berganti ke lain hati, Selly misalnya.

Ray melihat sebuah kertas terselip di antara buku-bukunya. Ternyata itu amplop, amplop berwarna biru itu pasti dari Noel. Lalu ia buka amplop itu dan benar, itu tulisan Noel.

Gue harap lo baca ini, sebentar aja.
Gue cuma mau ngungkapin perasaan gue.
Gue cemburu liat lo sama Dirga bisa ketawa-ketawa, tapi kalo sama gue lo bawaanya sensi mulu. Wkwkwkw.

Tapi itu bikin gue kangen Ray. Gue minta maaf, maaf banget. Gue cuma cowok brengsek yang suka sama lo. Gue harap lo udah obatin luka di tangan lo. Gue emang bego, dari dulu malah hahaha.

Maaf Ray

IRA
Love you

Ray yang membaca itu hanya bisa tertawa dan menangis. Menangis sambil tertawa itu bukanlah hal yang mudah. Lalu Ray melihat pergelangan tangannya yang membiru dan langsung mengompresnya. "Kuat juga," gumam Ray sambil terkekeh.

Tes

'Kenapa harus datang lagi?' batin Ray.








¤¤¤

Uu... Up 2× yey...

Bakal sering Up, soalnya liburan, wokwok. Ada yang kangen gak sih:(

Thanks for reading dan jangan lupa voment:)

Love u all

Rayna(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang