Epilog

297 8 3
                                    

Typo bertebaran!


¤¤¤

"Maaf Ray, aku belum bisa dapetin pengganti seperti yang kamu mau. Tapi tenang aku bahagia kok, kamu jangan sedih di sana," ucap Noel sendu. Ia menatap nisan di hadapannya dengan rasa rindu yang menggebu-gebu. Sudah 3 tahun berlalu, tapi rasa cintanya belum juga tergantikan.

"Aku pulang dulu," ucap Noel sambil meletakkan sebuket bunga matahari di atas nisan Ray. Ia mengenakan kembali kacamata hitamnya dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir di pinggir jalan.

Tujuannya saat ini adalah sebuah cafe yang belum pernah ia kunjungi, ini semua ide sahabat-sahabatnya. Ya, mereka semua masih menjadi sahabat baik bahkan Sely dan juga Dirga juga masuk dalam geng mereka. Kini mereka sudah menjadi mahasiswa dan hanya Noel yang memilih melanjutkan kuliah di luar negeri, dengan alasan mencoba mengikhlaskan kepergian Ray.

Setelah sampai di cafe tersebut ternyata para sahabatnya belum juga sampai, ia mendengkus kesal lalu berjalan menuju meja bernomor 15 yang kebetulan berada di pojok cafe.

"Saya pesan cokelat panas 1," ucap Noel tanpa menatap pelayan tersebut. Ia tidak tahu kalau si pelayan tadi tengah menahan gugup, jangan tanya seberapa besar pesona Noel.

Hampir sepulih menit berlalu tapi sahabat-sahabatnya itu belum juga datang, bahkan cokelat panas pesananya sudah sisa setengahnya. Ia terus memainkan ponselnya bosan, ia hanya menggeser-geser isi galerinya. Galerinya penuh oleh foto-foto Ray. Ia memencet sebuah foto Ray yang sedang tersenyum bahagia. Itu adalah foto terakhir dari Ray.

"Aku kangen," gumam Noel.

'Rayna Putri Anantasya, terima kasih sudah menerima segala kekurangan dan kebusukan yang selama ini aku tutupi, aku bukanlah orang yang baik dan ceria seperti yang mereka bicarakan tentang aku. Cuma kamu yang pernah melihat dan juga membuat sisi lain dari diriku muncul. Terima kasih sudah menjadi titik lemahku, aku sangat menyayangimu'

'Kamu itu matahari dan aku bunga matahari, aku akan terus mengikuti kemanapun kamu pergi, tapi saat malam tiba, aku tidak bisa mengikuti bulan karena aku hanya berotasi untuk matahari'

"Eh maap, El. Tadi macet," ucap Sita. Noel berjingkat kaget  karena ia sedang fokus dengan lamumannya.

"Capek gue!" keluh Noel.

"Hai! Reza yang paling ganteng sejagat raya udah dateng!" teriak Reza dengan penuh percaya diri.

"Auuu! Kenapa sih? Lo kok keliatannya sirik amat liat gue banyak yang naksir," sungut Reza. Ia mengelus-ngelus kepalanya yang menjadi korban keganasan Surya.

"Sirik tanda tak mampu!" sarkas Surya.

"Bacot lo! Bilang aja sirik pake jual mahal!" kesal Reza.

"Permisi, mau pesan apa?" tanya seorang pelayan cafe. Reza langsung bertingkah dengan gayanya yang tengil.

"Eh, Mbak Cantik. Namanya siapa? Kenalin Aa namanya Reza, nama panjangnya Reza sayang, boleh dipanggil sayang," ucapnya sambil mengedipkan matanya genit.
Sedangkan pelayan cafe yang Reza goda tidak merespon sama sekali godaan Reza. Justru menatap Reza datar.

"Mbak saya ganteng gak?" tanya Reza.

"Gak!" ketus si mbak pelayan.

"Mampus!" ledek Surya sambil tertawa puas.

"Seneng amat sih ngehujat gue," cibir Reza.

Noel sesekali tertawa dengan kehebohan yang dibuat sahabat-sahabatnya. 'Andai aja kamu masih di sini Ray. Kamu kangen gak ngeliat kehebohan mereka? Jujur aku lebih kangen kamu, tapi aku seneng setidaknya kamu udah gak ngerasain sakit lagi. I love you, Rayna Putri Anantasya.' batin Noel.



¤¤¤

Akhirnya epilognya jadi juga, maaf kalo gak sesuai harapan kalian, karena jujur aku juga bingung mau gimana bikin epilognya.

Jangan lupa tinggalin jejak yaa...

Makasih yang udah mau baca samapai sejauh ini:)

Rayna(Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang