#2 (revisi)

238 13 2
                                    

16.30

Sore ini rain mengikuti les ditempat baru, karna memang tempat lamanya terlalu jauh.

"Cukup dulu untuk hari ini, jangan lupa juga tugas bahasa Indonesia tadi." kata guru les itu yang hanya dibalas anggukan oleh anak-anak tersebut.

"Rain! tunggu, kita pulang bareng ya?" Kata anak lelaki dibelakang rain.

"Rudy kamu langsung pulangkan?" Tanpa menjawab pertanyaan dari dimas, rain bertanya pada kakaknya.

"Hmm, enggak kamu bilang sama oma ya kalau aku mau kerumah temen main ps" jawab rudy dengan senyumannya

"Trus aku sama siapa?"

"Sama aku aja rain, rumah kita kan sebelahan." kata dimas dengan tulus.

Rain hanya mengangguk, mereka berdua pulang tapi tidak ada pembicaraan.

"Rain" pecah dimas yang dipanggil hanya menoleh sebentar dan fokus kembali dengan jalannya.

"Kamu kenapa gak mau jadi temen aku?"

"Aku gak kenal kamu." kata rain dengan acuh

"Yakan kita bisa kenalan, hm kita mulai."

"Namaku dimas prayoga, aku kelas 4 dan jangan lupa aku anak yang manis." kata dimas penuh percaya diri.

Rain tersenyum, itu membuat dimas sedikit senang.

"Kamu terlalu percaya diri."

"Lebih baik jika aku percaya diri jika tidak, siapa yang akan memujiku selain ayah dan ibuku, tapi emang itu kenyataan." kata dimas lagi dengan wajah sok manis miliknya itu.

"Bodoh." jawab rain acuh dan lanjut berjalan.

"Hei nama kamu?" tanya dimas setengah berteriak.

"Rain, udah taukan dari rudy?" dimas menjawab dengan anggukan kepala.

"Yaudah."

"Nama panjang kamu rain, jangan bilang nama kamu cuma rain aja, trus nama panjangnya rainnnnnnnnn gitu."

"Kamu lucu dim." kata rain setengah gemas, mungkin ingin memukulnya atau mencubit pipi dimas.

"Dari dulu banyak yang bilang malahan kalau selain manis aku juga lucu."

"Iya lucu kayak badut." aku tersenyum tapi dimas cemberut.

"Yaudah nama panjang kamu siapa rain?"

"Rainda kristyani."

"Kristyani, hm daripada rain aku lebih suka risty" aku menatapnya, risty tidak buruk.

"Kenapa gak boleh aku panggil kamu risty?" kata dimas hati-hati karna rain hanya diam tak menanggapi ucapan dimas

"Enggak ada masalah, risty juga bagus."

"Jadi kita berteman?" dimas mengulurkan tangannya tapi rain hanya berlalu, karna memang rumahnya sudah dekat.

"Entahlah, mungkin iya." kata rain tapi masih bisa dengar oleh dimas.

Dimas pov

Aku tidak tau tapi dia itu unik, suka marah-marah ya walahpun itu hal kecil, aku jadi suka apalagi saat tadi dia tersenyum, gadis yang lucu.

"Dimas!!" itu suara ibuku membuatku tersadar dari dunia fantasiku tentang rain, bukan tapi ristynya dimas. Aku tertawa dengan bayangan itu.

"Ya bu." sahut dari kamar

"Ini anter ketempat bapak, dia belum makan malam tadi, habis itu kamu langsung tidur besok sekolah."

Aku hanya mengangguk dan menaiki sepedaku, berlalu untuk menemui bapak yang sedang berjualan.

Untuk Dimas (End) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang