"Senyummu yang pernah menjadi candu, kini hilang dan hanya bisa merindu." RainRain pov
Seusai dari cafe aku meninggalkan nisa karna aku merasa kesal padanya, aku kan cuma mau bantuin dan sekalian kasih pelajaran dikit sama aletha. Aku langsung menuju rumah rey, jujur saja ada sedikit rasa rindu dihatiku, apalagi saat rey memelukku dirumah sakit waktu itu dan itu sedikit membuat moodku membaik.
Aku tersenyum saat tiba dirumah rey, rumah besar yang pernah menjadi tempatku bekerja waktu itu.
Aku membuka pintu pagar dan langsung masuk kerumah tersebut, terlihat rey diteras rumah menyambut kami dengan tersenyum.
"Hai rey." sapaku dan senyumnya kembali mengembang, manis sekali.
"Hai, kamu sendirian?"
"Enggak rudy sama nisa dibelakang." jawabku
"Kamu ninggalin kita dicafe."
"Hm rud, nisa kalian masuk dulu ada yang mau aku bicarakan dengan rain."
"Oke mungkin kalian butuh waktu buat berdua, ayo sa." kata rudy dengan menatap arahku.
"Rud, kalau dimas disini pasti dia marah."kataku.
"Dimas udah gak ada, kamu harus bisa terima itu dan mulai terima yang lain, dengan rey mungkin karna aku rasa dia yang terbaik dan dimas pun meng...
"Cukup rud, gak akan ada yang bisa gantiin dimas siapapun orangnya, bahkan reyhan sekalipun."
"Terserah."
Sekilas aku menatap rey yang memalingkan wajahnya, rudy dan nisa langsung masuk kedalam.
"Rey maaf aku gak bermaksud nyakitin kamu." kataku dengan memegang pundaknya. Dia berbalik dan menatapku.
"Aku sadar rain dimas itu segalanya buat kamu, dan kamu bener aku gak bisa gantiin dimas, karna aku dan dimas orang yang berbeda dan cara kita mencintaipun berbeda, tapi satu hal yang sama dari kita cuma mau kamu bahagia itu aja."
bolehkah aku memeluk rey lagi, dia berjalan mendahuluiku, dan aku mengikutinya dari belakang. Dia berhenti ditaman belakang rumahnya dan duduk dibangku taman tersebut.
Keheningan menyelimuti kami, aku menatap kearah rey yang hanya diam.
"Kamu tadi mau ngomong apa?" tanyaku memecahkan keheningan.
"Apa bener rain gak ada kesempatan buat aku masuk dalam hati kamu?" pertanyaannya membuatku diam, bagaimana bisa aku membuka hati disaat semua kenangan dimas masih membelengguku disini.
"Aku gak tau rey, dimas itu bagian terindah yang Tuhan berikan buat aku, dan sampai detik ini kabar kematiannya masih belum bisa aku percaya, dan goresan cinta yang dimas kasih terlalu dalam, aku sendiri juga gak tau bisa atau tidak aku keluar dari sana." hening air mataku kembali keluar jika menyangkut dimas.
"Kamu baik rey, dan kenapa jatuh cinta sama aku bukan orang lain? Aku yang gak bisa bangkit dari bayangan dimas, dan masa lalu kita, bahkan keluargaku masih hancur, kenapa rey?"
"Rain, setiap saat dimas menceritakan kamu dirumah sakit aku adalah pendengar setianya, ya aku akui dimas dan diriku berbeda, dia laki-laki setia sedangkan hanya bisa memainkan wanita, sampai akhirnya aku ingin tau siapa rainda gadis yang bisa membuat dimas jatuh cinta begitu dalamnya. Dan aku bertemu dirimu diclub waktu itu, dan semakin aku tau masa lalumu jujur aku semakin ingin melindungimu." aku mencerna setiap ucapan rey.
"Saat dimas mengatakan cintai rain seperti aku mencintai dia, aku bimbang apa nanti kau menerimaku? Atau setidaknya memberikan kesempatan kepadaku? Dan ternyata aku tidak punya kesempatan itu. Aku mencintaimu bahkan sebelum dimas menyuruhnya."
Aku diam dan kembali meneteskan air mataku, rey pun membiarkan ku."Rey, maafkan aku karna selalu menyakitimu, tapi sekarang bisakah kau membantuku menutup semua tentang dimas? bukan melupakan tapi membantu memulai kenangan baru, karna aku sadar hidupku tidak berhenti disini. Dan membantu memperbaiki keluargaku"
Rey menyentuh pundakku, dan menghapus air mataku yang jatuh tampa tau malu.
"Dia benci air mata kamu, dan aku juga begitu. apapun aku pasti bantu kamu, termasuk mengembalikan keluarga kamu walaupun tidak mungkin mama papa kamu bersatu lagi tapi setidaknya rudy, mama, oma, adik tirimu, bahkan paman dan bibimu bisa kembali atau memaafkan mereka, aku berjanji." aku masih diam.
"Jangan berjanji rey, dimas juga berjanji akan bersama ku selalu dan membawaku kemanapun dia pergi, tapi akhirnya dia pergi seorang diri."
"Rain aku pun juga akan pergi seperti dimas, semuanya termasuk dirimu tapi setidaknya dimas tidak mengingkari janjinya untuk selalu memcintaimu." aku tersenyum dan membalasnya dengan anggukan kepalaku.
"Boleh aku memelukmu lagi?" tanyaku dan dia langsung membawaku dalam pelukan hangatnya.
"Maafkan aku dim, aku menghianatimu." kataku dalam hati.
"Rain kau pasti bisa melewati semua ini, dan jika dimas melihatmu bahagia dia pasti tersenyum disana." aku semakin memeluknya dengan erat, menumpahkan air mataku dalam perlukannya.
Rudy pov
Aku tau kata-kataku tadi pada rain pasti menyakitkan tapi dia harus sadar bahwa dimas sudah tiada, dan saatnya dia melanjutkan hidupnya.
Dan jujur saja alasanku kerumah rey bukan untuk membantunya bersih-bersih karna semua sudah dikerjakan oleh rey sendiri. Aku hanya ingin melihat rey dan rain bicara lebih dalam.
Dan bonusnya nisa ikut rain hari ini, jadi aku tidak jenuh dirumah rey.
"Nisa" sapaku saat dia sedang duduk diruang tamu dengan segelas jus ditangan nya.
"Kita kapan bersih-bersihnya?" tanya nisa saat aku mengambil duduk disampingnya.
"Sebenarnya aku cuma mau rain dengerin kata hati rey, jadi aku buat alasan aja."
Dia hanya tersenyum dan kembali diam.
"Kamu emang beneran mau ikut? Kita pergi jauh nisa apa kamu tega ninggalin mama kamu?"
"Iya, sebenernya sih aku kasian sama mamak tapi, mamak bilang aku gakpapa pergi jauh asalkan sama adik kamu, atau sama orang yang kita kenal lagian aku juga mau melupakan seseorang jadi aku rasa ini lebih baik." Andai aja kamu tau nisa aku siap jadi alasan kamu buat ngelupain orang itu.
"Ya, intinya saling jaga ya, apalagi adikku yang badel itu." Aku beranjak dari sana dan melihat arah taman dari Jendela kaca rumah rey. Mataku langsung menatap kearah rey yang sedang memeluk adikku.
"Kamu mau rain ngelupain dimas?" tanya nisa yang tiba-tiba berdiri dibelakangku.
"Tentu, dia harus melanjutkan hidupnya bukan terus menangis dan mengurung diri dikamar." nisa tiba-tiba menyentuh pundak ku dan membuatku terkejut.
"Iya aku juga berfikir seperti itu, hidup bukan hanya tentang dimas, dan saat dimas pergi sekalipun itu tidak membuat dunia berhenti, dan hidup sahabatku itu juga masih panjang."
"Hidup kamu juga. Apa kamu juga akan benar-benar menutup kenangan tentang seseorang itu?" tanyaku dan dia melepas tangannya dari pundakku.
"Kamu bisa buat aku lupa sama pra?" aku diam dan kembali menatap arah taman.
"Bisa, pergilah seperti dimas maka kamu akan melupakan semuanya, nisa siapapun dia baik, kalian bertemu dimana dia itu tetap kenangan kamu, atau bahkan orang yang lewat didepan mata kamu itu juga kenangan. Dan saat kita berbicara seperti ini juga termasuk dalam kenangan. Jadi bukan melupakan nisa, tapi kembali mengisi kekosongan, dan bukan juga disingkirkan simpan itu dalam hati kamu, soal kenangan baru biarkan dia berjalan semestinya." dia diam dan hendak pergi tapi aku mencegahnya.
"Jika kamu ijinkan aku akan mengisi kekosongan itu." oh Tuhan mulutku tidak bisa diam, tapi itu sudah terjadi.
Cinta itu rumit :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Dimas (End) REVISI
Romancemenunggu dan selalu begitu , terus mencari dan berusaha memperbaiki sebuah hubungan yang telah hancur . hati yang terus mencintai dan selalu rindu pada seseorang yang entah kapan akan terbalaskan, menanti dan terus mencari lelaki yang sangat dicint...