Rain pov
Entahlah sudah berapa banyak bulir air mata yang telah jatuh, tapi tetap saja tak mengurangi sedikit pun rasa sakit dihatiku.
Sungguh ini hari terberat yang aku rasakan, saat waktu telah mempertemukan tapi dia memilih berlari, menjauh dariku.
"Rain" aku masih diam saat mendengar suara kakaknya
"Aku tau kau gadis yang kuat, jadi aku mohon berhenti menangis" aku menyandarkan kepala dibahunya mencari kenyamanan, dan dia mengusap rambutku dan membuatku merasa tenang.
"Dengar baru sekali bukan kamu dikecewakan dengan sikap dimas, sedangkan dia sudah berkali-kali menjadi tempat pelampiasan dan kekecewaan, dan itu dari kamu sendiri"
Aku menatap kakakku dan dia hanya terseyum.
"Jadi aku harus bagaimana? Apa aku harus membiarkan waktu yang menjawab?"
"Teruslah bertahan, mungkin apa yang dirasakan dimas dulu sangat sakit, dan mungkin juga dia terlalu lelah dengan berusaha memahami sikamu, bersabar tapi apa yang terjadi hanya rasa sakit yang dia terima"
Rudy berhenti sejenak, sedangkan aku berusaha masuk kedalam kata-katanya.
"Jujur aku kecewa sama kamu, kebodohan yang kamu ambil dengan lebih memilih kebebasan dan melepas dimas, sungguh aku kecewa tapi bagaimana lagi, aku tidak bisa marah hanya karna keputusanmu"
Sekarang aku sadar pilihanku dulu membuat semua orang yang menyayangiku kecewa.
"Dan juga waktu tidak akan pernah bisa menjawab semuanya, harus kamu sendiri yang mencari tau dan juga seandainya waktu itu kamu beri waktu dimas juga untuk menjelaskan semuanya, tapi tidak satu detikpun tidak kamu berikan"
"Udah-udah kalau yang salah dimas ya dimas, kamu juga udah tau adik kamu sedih itu karna dimas tapi malah kamu belain dimas" nisa datang tiba-tiba dan marah pada kakakku, aku tau dia juga terluka dengan sikap dimas padaku, ya rudy yang menelponnya dan mengatakan semuanya.
"Nis, kamu gak tau yang terjadi"aku berusaha menenangkannya.
" gak tau bagian mananya, sekarang aku tau dimas yang kamu maksud itu cuma pengecut karna cuma bisa bikin kamu sedih"
"Nisa cukup!!" sungguh kata-katanya sangat menusukku, membuat emosiku naik dengan cepat.
"Kamu bilang dimasku pengecut, lalu bagaimana dengan sosok pra yang selama ini kamu ceritakan, dia tiba-tiba dekat denganmu dan membuatmu nyaman lalu sesuka hatinya dia meninggalkan, ohh aku lupa karna memang tidak pernah ada kepastian dari sosok pra dan sekarang siapa yang pengecut?"
"Rain!" Aku terkejut bukan nisa yang membentakku,tapi rudy.
"Nisa hanya khawatir padamu tapi kenapa kau membentaknya?"
"Dia tidak tau alasan kenapa dimas seperti ini, tapi tiba-tiba mengatakan dimas pengecut, kau pikir aku tidak terluka dengan ucapannya"
"Aku memang harus mengakui jika dimas memang pengecut dengan lari dari masalahnya"
"Tapi sekarang dengarkan aku, kenapa kamu tidak menceritakan pada nisa semuanya"
"Aku gak sanggup rud, mencerikan tentang dimas itu artinya membuka ribuan luka yang aku lakukan dulu"
"Terus, kamu mau sahabat kamu terus salah paham tentang sikap dimas? Dia orang pertama selain aku, dimas dan ridwan yang terluka melihat kamu tersiksa seperti ini, dan apa salahnya untuk terbuka dengan sahabat sendiri"
Aku berjalan kearah nisa yang duduk menjauh dariku, rudy memang benar tapi mungkin tidak.
"Maaf nis, seharusnya memang aku cerita tapi aku sendiri gak sanggup"
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Dimas (End) REVISI
Romancemenunggu dan selalu begitu , terus mencari dan berusaha memperbaiki sebuah hubungan yang telah hancur . hati yang terus mencintai dan selalu rindu pada seseorang yang entah kapan akan terbalaskan, menanti dan terus mencari lelaki yang sangat dicint...