#31

63 6 0
                                    

Rain pov

Waktu berjalan sangat lama, 3 bulan tampa dimas membuat segalanya sia-sia, bisa bayangkan posisiku sekarang? Ditinggalkan seseorang yang kita cintai dihari bahagia itu sangat menyakitkan. Tapi aku selalu berharap yang terkubur disana bukan dimas, sebut aku gila atau apapun itu hati kecil ku masih berkata dimas hidup.

"Rain, ayo kita kerumah oma, dia sakit." Kata rudy padaku.

"Aku masih belum bisa bertemu mama rud."

"Tapi ini bukan untuk mama. Aku berjanji selalu disisimu dan tidak akan kubiarkan mama menyakitimu, kau percaya padaku kan?"

"Tidak setelah kau berbohong tentang kepergian dimas, tapi kau tetap kakakku dan sampai kapanpun aku tidak bisa membencimu."

"Maafkan aku telah membuatmu terpisah dari dimas, tapi berhenti mengatakan kau tidak percaya padaku rain, itu sangat menyakitkan." Ucapnya lalu beranjak dari kamar ku.

"Kau bahkan tidak berbicara denganku, atau keluar kamar untuk melihatku, kau bahkan tidak memikirkan kuliahmu tahun ini, aku gagal rain sebagai kakakmu aku gagal, tinggallah disini aku kerumah oma sendiri, aku pulang terlambat hari ini."

Sedetik selanjutnya rudy keluar dan aku kembali menangis, semua yang terjadi masih begitu cepat bahkan aku belum menemui siapapun setelah kecelakaan itu. Aku ingin mengatakan tidak bisa sendiri tapi mengingat kamu membantu dimas pergi, aku sangat kecewa, kau dan Rey menghancurkan kepercayaanku.

Aku bahkan tidak pernah membuka ponselku, yang bisa kulakukan hanya termenung disini.

Rudy POV

Aku menatap dari depan pintu kamanya, tetap sama, diam.

"Rain, ayo kita kerumah oma, dia sakit." Kataku perlahan, takut menyakiti perasaannya jika membicarakan tentang rumah.

"Aku masih belum bisa bertemu mama rud." Benar, dia masih enggan bertemu mama.

"Tapi ini bukan untuk mama. Aku berjanji selalu disisimu dan tidak akan kubiarkan mama menyakitimu, kau percaya padaku kan?"

"Tidak setelah kau berbohong tentang kepergian dimas, tapi kau tetap kakakku dan sampai kapanpun aku tidak bisa membencimu." Lagi dan lagi, aku tau dia marah, tapi ini menyakitiku.

"Maafkan aku telah membuatmu terpisah dari dimas, tapi berhenti mengatakan kau tidak percaya padaku rain, itu sangat menyakitkan."

"Kau bahkan tidak berbicara denganku, atau keluar kamar untuk melihatku, kau bahkan tidak memikirkan kuliahmu tahun ini, aku gagal rain, sebagai kakakmu aku gagal, tinggallah disini aku kerumah oma sendiri, aku pulang terlambat hari ini." Ucapku dan menutup pintu kamar rain, tidak bisa kupungkiri hati merasa hancur, melihat seseorang yang Ku perjuangkan mengalah karna dimas pergi, betapa berpengaruhnya sampai adikku tidak melihat kesedihanku sama sekali.

Aku keluar dan menjalankan motorku menjauhi kawasan rumahku, hingga sekarang aku berhenti didepan rumah yang pernah menjadi tempatku dan kedua adik Ku berteduh, kini terasa sunyi dan sepi. Aku melangkah dan masuk kekamar oma, dia berbaring dengan mama dan anak laki-laki kecil itu pasti anaknya dengan... Ahh aku benci pemandangan ini.

"Masuklah rud, kenapa kau didepan pintu kamar?"Kata mamaku yang hanya kuangguki.

"Oma, Ada Rudy." Mata oma terbuka dan menatap arahku.

"Rudy, dimana rainda dia tidak ikut?" Tanya oma saat aku duduk disampingnya.

"Oma pasti tau kabar kematian dimas, rain masih terguncang jadi dia tidak bisa ikut."

"Kenapa kalian lama sekali pergi mamamu kesepian rudy dia juga butuh anak-anaknya terlebih setelah ridwan meninggal, lupakan semuanya dan kembalilah bersama rain disini, oma mohon." Kata omaku dengan menangis.

"Oma fokusku sekarang adalah rain, dia alasan aku bertahan selama ini, dan Jangan menyuruhku untuk memilih."

"Aku hanya ingin kalian kembali menjadi keluarga yang utuh rudy, bukan terpecah seperti sekarang."

"Rudy mama minta maaf karna telah menghancurkan kalian, apa tidak ada kesempatan untuk mama? Mama ingin memperbaiki semuanya."

"Bagian mana yang ingin mama perbaiki? Kehancuran hatiku atau pergaulan bebasku? Oh atau pendidikan kakakku bahkan membuat papa kembali? Tidakkan lalu apa yang akan kau perbaiki?"

Aku tidak tau sejak kapan rain datang.

"Rain."

"Berhenti percaya dengannya, karna kau mengirimku pada Paman dan Bibi aku tidak punya hak atas hidupku, mereka menghancurkan hidupku kau tau itu, bahkan buaya sekalipun tidak akan tega memakan anaknya, lalu kenapa kau tega menghancurkan anak-anakmu, kau tau betapa sakitnya melihat teman-temanku mendapatkan pelukan dan kecupan manis dihari wisuda, aku bahkan berharap tidak terlahir darimu, tapi sampai kukeluarkan semua darahku, aku tetap anakmu, sudahlah ma hatiku masih sangat hancur untuk kembali kerumah ini, rudy aku mau pulang." Rain pergi dari kamar.

"Oma aku pulang, cepat sembuh dan ma ini terlalu berat untukku dan rainda, apalagi melihat kasih sayang mama kepada anak laki-laki itu, yang bahkan tidak kau berikan pada rain saat kecil, usiaku 5 tahun saat rain kecil menangis tapi mama bahkan tak melihatnya atau menyusuinya. Fikir kan betapa sakitnya dia, aku pulang."

"Ini rumahmu rud, disana itu bukan."

"Tapi aku nyaman disana bersama rain adikku. Dan kami bahagia." Ucapku tampa menatap mama dan segera keluar dari rumah besar itu.

"Ayo rain." Tampa kata rain naik dan menempelkan kepalanya pada pundakku.

"Maafkan aku rudy, aku mencintaimu dan aku percaya padamu, jangan mengatakan kau gagal, karna dirimu selalu berhasil menjadi kakakku." Ucapnya yang membuatku tersenyum.

"Maafkan aku juga soal kejadian itu, a....ak...aku..

"Jangan bahas itu aku sadar saatnya melanjutkan hidupku."

"Kau adikku yang kuat."

"Rud aku ingin bertemu rey."

"Baiklah."

Rain POV

Mataku menatap bangunan rumah sakit, yang pernah menjadi tempat dimas berjuang untuk hidup, dim aku tau kau mendengarku, kembali jika kau masih ada.

Mataku menatap seorang dokter muda dengan jas putih masuk kekamar pasien, aku dan rudy menunggunya dikursi tunggu pasien.

Saat pintu terbuka dan menampilkan rey, aku tersenyum dan menyapanya.

"Rey." Dia mungkin terkejut melihatku setelah 3 bulan tampa kabar.

"Hai, apa yang membawamu kemari?"

" Surat terakhir dari jiwa yang kau kirim, dihari ketujuh kematiannya."

Ya Surat yang seharusnya menjadi kado ulang tahunku itu, diberikan rey lebih cepat.

"Dimas benar aku harus melanjutkan hidupku, aku kesini karna sudah kuputuskan aku akan pergi, sama seperti dimas yang pergi dari kota ini untuk melupakanku maka aku pergi untuk mencari yang terlupa dariku, memotong sayap yang membawa dimas pergi dari hidupku, aku akan kemanapun sampai aku lelah dan pulang, itulah hari dimana aku menyerah atas kematian dimas."

"Sampai kapan rain?"

"Entahlah rey, disini hanya membuatku Jalan ditempat, aku harus pergi untuk membuat langkahku semakin berani dan akan pulang saat semuanya telah jelas. Dimas itu hidupku saat dia pergi yang berdiri sekarang hanya tubuh seorang rainda tapi jiwanya telah terkubur bersama dimas. Aku tau kau mencintaiku rey, tapi cintaku telah habis untuk mencintai dimas maafkan aku, ayo rud."

"Rain, ijinkan aku memelukmu hari ini." Aku hanya menganggukkan kepalaku, rey memelukku dengan erat, apa cinta rey sebesar dimas, aku dapat merasakan dia menangis, aku sedikit goyah, apa yang kulakukan benar? Dimas Bantu aku. Rey melepas pelukannya, dan menatapku.

"Kenapa kau tidak bisa mencintai lagi rain?"

"Dimas sangat berarti untukku, jadi aku tidak bisa mencintai orang lain, kau baik rey dan akan mendapatkan yang lebih baik dariku, terima kasih sudah menjadi sahabat ."

"Pergilah, tapi aku akan ikut bersamamu, ijin kan aku rain menjaga seperti kata dimas."

Aku hanya tersenyum dan menggangguk.

DMS:)

Untuk Dimas (End) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang