#41

28 4 0
                                    

Rudy pov

Oxford Apart, Inggris.

8:00 pm

Malam yang dingin di oxford, membuat orang-orang yang ada disepanjang jalan memakai mantel tebal bahkan berlapis.

Desember sudah menyapa, pernak-pernik natal mulai ada. Keindahan Oxford yang ditatap dari atas gedung apartemen, mampu membius siapapun.

Entalah baru seminggu aku disini, tapi keadaan masa lalu kembali mengejar. Aku tidak tau sampai kapan semua nya bisa ku simpan, karna rain cepat atau lambat pasti akan tau.

"Rud, kenapa aku gak boleh temuin papa?" tanya rain.

Saat ini aku ada dibalkon kamarnya, setelah kejadian dia bertemu lelaki disupermarket waktu itu, rain merasa terus diikuti.

Memang, lelaki itu papa kita, tapi tetap saja aku takut jika dia mendekati rain ataupun keluarga ku lagi.

"Aku hanya tidak ingin dia menyakitimu, lupakan saja anggap tidak pernah terjadi." kataku, dengan menyentuh pundaknya.

Rasa takut itu kembali hadir, aku takut kali ini adikku yang akan dijadikan korban.

Harusnya kita tidak disini atau bahkan lebih baik kembali kerumah mama.

"Tapi rud, aku juga mau ketemu papa dan minta penjelasan tentang sikap dia selama ini, sekalipun juga masih ada rasa takut dan marah akan semuanya. Aku kan perlu tau."

Aku mengambil tangannya dan menggenggam erat, ingin menyalurkan apa yang kurasakan saat ini, ketakutan yang tidak bisa dijelas pada siapapun.

"Jangan pernah temui dia, apapun alasannya. Sampai aku tau kamu ketemu sama dia, kamu gak akan pernah lagi lihat aku." kataku dengan nada mengancam, dia semakin mengerutkan keningnya.

Dia pasti berfikir aku jahat tapi justru ini yang terbaik, lebih baik tidak pernah bertemu dan juga biarkan tetap menjadi rahasia.

"Tapi kenapa? Bagaimana pun dia kan tetap papa kita."

Aku melepaskan tangan nya, mengusap kasar wajahku.

"Kali ini aja jangan bantah, gak usah lagi tanya-tanya, kamu sekarang gak usah kerja fokus sama kuliah. Selama disini kamu sama nisa jadi tanggung jawabku."

"Tapi kan aku perlu tau alasannya apa?" dia bertanya lagi, dan membuatku semakin geram.

"Kalau aku bilang enggak berarti enggak, dan awas kalau kamu sampai cari tau atau bahkan menemuinya. Ingat tadi, kau tidak akan pernah lagi bertemu dengan ku!"

Aku kembali duduk disampingnya, menutup wajahku dengan telapak tangan, rain ini sangat keras kepala tidak paham bahaya mengintainya.

Rain pov

Rudy saat ini sangat marah bahkan dia membentakku, tapi aku juga ingin tau alasan dari semua ini.

Tapi saat dia mengatakan tidak akan melihatnya lagi, itu jauh lebih buruk dari apapun.

"Rud." aku menyentuh pundaknya, tapi tidak sedikit pun dia merespon malahan tetap pada posisi awal.

"Oke aku gak akan cari tau apapun yang berhubungan tentang papa, tapi jangan pergi ya?"

Cukup sekali aku kehilangan seorang kakak, jadi biarkan saja aku tidak tau asalkan rudy tidak pergi.

"Rain aku cuma takut, dan aku gak akan pergi kalau kamu turuti permintaanku. Cukup aku kehilangan ridwan jangan tambahi lagi beban dalam otakku rain, oke?"

Iya, tidak seharusnya aku membuat rudy semakin tertekan jika aku membangkang.

"Kamu jangan pernah temui dia, janji?" dia bertanya dengan tatapan memohon.

Untuk Dimas (End) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang