Rain povTidak semua yang terlihat itu adalah kenyataan, seperti aku sekarang dihadapkan dengan kebenaran yang tidak pernah kuketahui, Dan ternyata benar tidak ada seorang ibu yang tega menyakiti anaknya dengan sengaja.
Saat ini aku dengan mama dan rudy berada didalam kamar, menceritakan privasi yang belum pernah terucap sebelumnya, kenapa orang tuaku tega berbohong seperti ini?
"Mama tidak pernah sedikitpun membenci kehadiranmu, tapi benar kau lahir disaat keluarga kita dalam keadaan yang buruk, kau putriku satu-satunya bagaimana bisa aku membencimu?" katanya, tapi aku tetap diam tanpa ingin menjawab satupun perkataannya.
"Mama terpaksa harus melakukan kejahatan itu agar bukan mama yang dijual, atau bahkan kalian. Mungkin kau malu saat semua orang mengatakan bahwa kau lahir dari seorang penjahat sepertiku, yang tega menghancurkan impian orang lain demi kebahagian keluarganya." katanya lagi.
"Rain aku tau, aku salah dengan berbohong tentang masalah ini, tapi aku terlanjur janji untuk tidak mengatakan apapun, kecuali mama sudah menemukan waktu yang tepat." rudy yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara, tapi tetap aku tidak menanggapi mereka.
"Kau selalu bertanya tentang sikap papamu kan?" tanya mama padaku, walaupun diam tapi dalam hati aku menjawabnya.
"Dia yang menyuruh mama untuk melakukan semua kasus penculikan dan perdangan manusia, serta transaksi narkoba, dia juga yang mengancam akan menukar dengan mama bahkan kalian, jika tidak ada korban setiap harinya atau bahkan sampai semua narkoba tidak terjual." katanya.
"Bahkan jika sampai mama tertangkap, satu katapun tidak ada tuduhan atas namanya, atau nyawa kalian taruhannya." suaranya hampir menghilang diakhir kalimat, tapi tetap bisa kutangkap.
Hatiku berteriak sekarang, apa ini benar? Jika iya, kenapa papa tega?
"Bagaimana bisa aku percaya tanpa ada bukti sedikitpun? Dan atas dasar apa aku harus mempercayai semua ini?" tanyaku, aku tidak bisa menerima semuanya dengan mudah, terlalu sakit untuk mempercayai semua yang terjadi.
"Mama tidak berbohong rain, opa kalian meninggal setelah mengetahui masalah ini, jika kau masih tidak percaya tanyakan pada rudy dan oma." jawabnya.
"Lalu kenapa mama tega membiarkanku dibesarkan oleh orang yang salah?" tanyaku lagi.
"Karna waktu itu mama merasa jika kalian tetap ditinggal bersama mama, maka semakin gencar papamu mengancam dengan mengatas namakan keselamatan kalian. Mama juga percaya mereka akan merawatmu lebih baik dari mama, mama memberikan semua yang dia minta karna katanya keinginanmu sangat banyak, dan perlu banyak uang." jawabnya.
Jadi selama ini ayah dan mama yang kukira menyanyangiku seperti anaknya, hanya menganggapku tambang uang untuk mereka.
"Tapi mereka berbohong, aku punya mimpi ma dan pernah gak mama tanya apa yang aku mau? Setiap saat aku berharap mama seperti bibi, walaupun setelahnya mereka juga jahat padaku."
"Apa aku tidak punya hak dalam memutuskan hidupku, dengan kepolosan yang aku punya dan perhatian kecil dari paman dan bibi, dengan mudah mereka mengambil hati dan kepercayaanku sepenuhnya." aku berhenti sejenak.
"Tapi aku tidak bisa menyangkal, hatiku tetap iri karna teman-temanku tumbuh dengan orang tua kandungnya meskipun dengan segala kekurangan, dan saat opa pergi mereka menyakitiku, ditambah mama bercerai." kataku dan mama tidak menjawabnya, hanya diam dan tertunduk.
"Aku ingin menjadi seorang penulis agar suatu saat mama membaca ceritaku, tapi mereka tidak suka, mereka ingin aku membangun kerajaan bisnis dan menghasilkan banyak uang, untuk memenuhi kebutuhan mereka." kataku.
"Aku juga mau sekali aja mama datang terus tanya, kamu hari ini belajar apa? Atau tadi kamu main apa aja? 6 tahun ma, usiaku baru 6 tahun saat mama menyerahkan ku pada orang lain, untuk diasuh dan dibesarkan." kataku.
Aku berdiri dan menatap mereka secara bergantian, menangis? Air matanya sudah tidak ingin keluar, meskipun mama melakukan ini untukku dan kedua kakakku, tetap saja aku disakiti dan ini salah.
"Walaupun mereka jahat padaku, setidaknya pernah baik meskipun aku tau itu semua karna uang, harusnya kalau emang papa jahat kenapa mama gak cerai dari dulu aja? Dan aku tidak akan pernah lahir dikeluarga berantakan seperti ini!" bentakku.
Mama menatapku dengan menangis, jika bercerita seperti ini aku ingat semua ucapan menyakitkan mereka bahkan rasa sakit pukulan dan tamparan masih terasa hingga sekarang.
"Mungkin 6 tahun itu awal mula penderitaanku, mama mau tau lagi? Apa saja yang sudah dilakukan paman dan bibi padaku? " tanyaku dan dia hanya diam.
"Mereka bukan hanya melarangku menjadi penulis tapi juga menari, aku suka dengan tarian bahkan sejak sekolah dasar, awalnya mereka mendukung tapi setelahnya, mereka menghancurkannya, apa yang paling sakit? Saat paman yang ku sebut ayah ingin mematahkan kedua kakiku, sakit, Itu sangat menyakitkan, berapa banyak benda rusak hanya untuk menghajarku, sekali aku membantah mereka menamparku, memukul bahkan mengatakan aku anak tidak tau diuntung, pembawa sial, anak tidak diharapkan bahkan dibenci ibu kandungnya, setiap saat aku berharap mama datang dan membelaku, tapi itu hanya mimpi, mama semakin jauh dan acuh padaku." kataku, dan semakin membuat mama merasa bersalah.
"Maafkan mama cara yang mama ambil salah, seharusnya mama bisa melawan papa kalian tapi, ancamannya anak-anak atau orang tua mama. Setiap hari mama dihantui rasa bersalah, dan kerinduan, setiap saat harus berpura-pura jahat pada kalian agar kalian jauh, dan aman." mama mengatakan dengan sesekali menghapus air matanya.
"Jika hasilnya sama saja, lebih baik aku mati ditangan papa sejak dulu, daripada mati secara perlahan oleh perlakuan orang-orang disekitarku." kataku dan kemudian terjatuh disamping mama.
Untuk pertama kalinya aku merasakan pelukan ibuku sendiri, aku sudah tak ingin menangisi semuanya dan tidak ada yang perlu diperbaiki, selesai sampai disini.
"Keluar kalian!" bentakku setelah melepas pelukannya dengan kasar.
Rudy yang sedari tadi berdiri didepan jendela, akhirnya menghampiri dan menggenggam tangan kami berdua.
"Rain, lihat aku." rudy membuka suara, tapi aku tidak menuruti ucapannya.
"Aku selalu mendukung apapun keputusanmu, mungkin semua yang mama ambil salah, tapi bayangkan jika mama itu dirimu, dan kau harus memilih antara anak, dirimu sendiri, orang tuamu, atau menuruti semua ucapan suamimu." rudy mengatakan semua itu padaku, aku mendengarnya tidak menjawab, ataupun melawan.
"Apa mama tau tentang masa depan? Apa kita tau jika semuanya akan terjadi? Tidakkan, sekarang jawab sendiri, jika kau diposisi mama apa yang akan kau lakukan? Aku tau rain mama salah, bukan cuma mama tapi semuanya kau, aku, bahkan ridwan."
"Salah karna kita semua tidak bisa menerima masa lalu dan berdamai dengannya, aku tidak akan memaksamu memaafkan semua kesalahan mama, aku juga tidak aka pergi jika kau ingin tetap disini, tapi jangan sekalipun kau menyesali kehadiranmu, karna itu sangat menyakitiku." diakhir kata rudy memelukku, jika sudah seperti ini bagaimana bisa menolak air mata yang akan jatuh.
"Keluar, aku ingin sendiri." kataku setelah melepas pelukannya.
"Ayo ma, jangan mengganggunya dulu dia butuh waktu." kata rudy pada mama, dan akhirnya mereka pergi.
Saat ini keheningan hanya milikku, sejujurnya aku juga ingin bisa seperti rudy dengan mudah menerima semuanya dan memaafkan mama, tapi kenapa aku tidak? Aku selalu merasakan mereka menghancurkan segalanya, dan membuat egoku terluka hingga harus berdebat antara ego dan hati. Setiap ingin mengatakan maaf rasanya ada yang melarang, mendukung, terluka, bahkan bahagia, aku harus bagaimana dengan semua ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk Dimas (End) REVISI
Romancemenunggu dan selalu begitu , terus mencari dan berusaha memperbaiki sebuah hubungan yang telah hancur . hati yang terus mencintai dan selalu rindu pada seseorang yang entah kapan akan terbalaskan, menanti dan terus mencari lelaki yang sangat dicint...