#7

97 8 1
                                    

Rey pov

Ini diluar perkiraanku, aku membawa dimas keluar karna memang keadaannya membaik.

Tapi yang terjadi, dimas kembali drop dia bahkan hampir kehilangan nyawanya, kalau saja tidak cepat mendapat penanganan khusus.

"Bagaimana keadaannya dok?" Suara wanita paruh baya, itu bu yanti ibu dari dimas.

"Keadaannya sudah stabil, ibu bisa tenang"

"Bagaimana bisa dia keluar bukankah anda bilang dimas tidak boleh kemana-mana bukan, lalu apa yang terjadi?"

Aku tau ibunya khawatir, aku juga merasa bersalah sekarang bagaimana bisa aku lupa bahwa kondisi dimas tidak memungkinkan.

"Maaf bu, tadi saya mengajaknya keluar ruangan agar dia bisa menghirup udara bebas, maafkan saya lalai"

"Sabar bu, mungkin dokter rey hanya ingin membantu agar dimas juga bisa melihat dunia luar"ayah dimas memberi pengertian, beruntung ayahnya sosok yang sabar dan bisa mengetahui keadaan.

" bagaimana bisa sabar,dimas anak kita sakit dan bahkan keadaannya memburuk"

"Kita tau bu, aku bahkan terpukul saat tau adikku yang bahkan selalu tertawa sedang berjuang untuk sembuh sekarang" kakak dimas, radit berusaha menenangkan ibunya.

"Tapi kenapa harus dimas dit? Kenapa tidak ibu? Bahkan dimas belum mencapai tujuannya" kita menangis iya ibunya benar, kenapa dimas bahkan dia belum mendapatkan tujuan dari hidup dan perjuangnnya?

"Dimas orang yang kuat bu, dia tidak pernah lelah berusaha untuk sembuh, Tuhan tau apa yang terbaik untuk semua ini" aku berusaha memberitahu.

Jujur aku sedih, keluarganya saja sangat terpukul akan keadaan dimas sekarang lalu bagaimana jika rain yang tau.

Menatap kearah matanya saja saat menceritakan dimas penuh cinta, kerinduan dan penyesalan didalamnya.

Dimas pov

"Dimas bangun nak"

"Ibu" suaraku lemah, aku tersadar diruangan ini lagi, kenapa aku lemah seperti ini Tuhan?

Aku menatap kearah ibuku, lalu disofa ada ayah dan kakakku mereka semua seperti habis menangis itu semakin membuatku merasa bersalah dengan keadaanku yang sekarang.

"Kenapa kau seperti ini dimas? Kenapa dirimu, kenapa tidak ibu? Aku tak sanggup melihat mu selemah ini" ibuku menangis diceruk leherku, bahkan aku bisa merasakan air matanya membasahi kerah bajuku.

"Jangan menangis bu, jika ibu yang sakit aku akan lebih hancur dari ini Tuhan tau aku kuat maka dari itu Dia ijinkan penyakit ini masuk dalam tubuhku" sungguh aku tak bisa melihat orang yang kucintai menangis.

Aku merasa gagal, orang-orang yang kucintai menangis karna kondisiku yang lemah.

"Bu, aku ingin bicara dengan dimas"suara rey membuat ibu melepas pelukan hangatnya.

"Kita keluar sebentar, jaga dirimu" ibu mencium keningku rasa hangat menjalar didalam tubuhku.

Mereka keluar, disini tinggal aku dan rey sejenak keheningan melanda kita.

"Dimas" suara rey memecahkan keheningan, aku menolehkan kepala kearahnya.

"Maafkan aku, seharusnya aku tidak membawamu keluar dim, maaf" rey berkata dengan penuh penyesalan.

Aku tersenyum "aku bahagia hari ini rey, aku bersyukur bisa melihatnya walau dari jauh dan jika memang hari ini adalah hari terakhirku, aku akan bahagia setidaknya aku diberi waktu untuk melihat dia tersenyum terakhir kalinya"

"Apa yang kau pikirkan dimas, kita disini berharap kau sembuh, kenapa dalam pikiran hanya kematian?" Rey membentakku,dia marah padaku tapi itu memang kenyataannya.

"Sekarang katakan rey, apakah aku punya banyak waktu? Apa kau tau apa yang kurasakan sekarang? Tidak rey, bukan aku tidak ingin sembuh, aku mau tapi segala pengobatan yang aku lakukan bukan membunuh penyakitku tapi hanya untuk memperlambatnya rey, katakan padaku dimana bagian aku tidak ingin sembuh?"

Rey diam, aku memang ingin sembuh tapi kenyataannya, tidak ada obat semua yang dilakukan padaku hanya untuk melambat penyakitku, menambah umurku yang mungkin tidak akan panjang.

"Maafkan aku dimas, aku hanya tidak ingin kau putus asa, aku ingin kau kembali seperti dulu, menjadi dimas yang suka membawa kebahagian"

"Aku juga berharap seperti itu rey, sekarang yang aku harapkan hanyalah keajaiban dari Tuhan"

Kami terdiam untuk beberapa saat

"Rey, bisa kau menolongku?"

"Apa yang bisa ku bantu?"

"Aku ingin mendengar suaranya, bisa kaukah telfonkan dia untukku?" rey tersenyum

"Sebentar" rey mengotak-atik ponselnya memcari kontak rain

"Dia mengangkatnya?" tanyaku saat rey hanya diam

"Ini" rey menyerahkan ponselnya

"Halo rey, kenapa"

Suaranya sunggu aku sangat merindukannya

"Rey!!"

"Rey kau disana?"

Aku menyerahkan kembali ponsel rey, sungguh suaranya mampu membuatku bahagia.

"Maaf rain aku salah menekan nomer,maaf mengganggumu malam-malam begini"

"Oh...tidak masalah selamat malam"

"Sekali lagi maaf dan selamat malam"

"Rey terima kasih" kataku saat dia menutup ponselnya

"Aku akan membantumu sebisaku,apa kau sangat merindukankan nya?"

"Tentu rey, aku sangat merindukannya, tapi aku berterima kasih walau hanya suaranya itu sudah membuatku bahagia dan setidaknya membuat rinduku sedikit terobati"

"Apakah sedalam itu perasaanmu?"

"Lebih dari yang kau kira rey, aku mencintainya tak peduli bagaimana sikapnya terhadapku, aku bahagia disisinya walau dia hanya datang pada saat hatinya terluka, aku menjaga dan melepasnya jika dia menemukan orang yang mencintainya sedalam cintaku"

Aku menatap kearah langit yang menggelap, sangat gelap bahkan rembulan pun tak menampakkan sinarnya.

Rey sudah pergi mungkin sekarang keluarga sedang istirahat,aku sendiri dikamar ini merasakan kembali kehadiranmu dalam keheninganku

Ris..

Maaf aku telah membohongimu, meninggalkan kau sendiri

Bahkan aku tak lagi ada saat kau terluka

Maaf aku tak bisa lagi menjaga air matamu

Tapi aku mohon padamu ris, jangan menangis bahagialah dengan duniamu

Disini aku berjuang bukan hanya untuk keluargaku

Tapi untukmu, untuk masa depan kita

Dan impian yang selama ini menjadi alasan aku berjuang

Aku mencintaimu tidak peduli seberapa banyak kau melukaiku cintaku tidak pernah berkurang bahkan semakin hari aku semakin mencintaimu

Dimas

Untuk Dimas (End) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang