#52 (END-DIMAS POV)

74 4 0
                                    

Pagi itu selalu indah, berwarna dan akan membawa bahagia. Tapi mungkin itu untuk semua orang, bahagia dalam hidupku sudah tiada.

Gelap, dan aku mencintainya. Didalam sana aku menemukan fantasi tentang dirimu. Tentang cinta yang aneh, setiap saat aku ingin mati tapi tiba-tiba cinta kembali dan membuatku ingin hidup. Dan dalam sekejap dia hilang dan membuatku hidup dengan segala rasa siksa kematian.

Untuk dimas, aku berharap kisah ini akan ditutup dengan bahagia. Aku dan rain bersama menikmati hari tua. Tapi nyatanya dia meninggalkanku ditengah gurun yang seakan menyiksa dengan rasa haus, lelah,  bahkan membiarkanku  mati tertutup pasir yang panas.

Rain, jika saja dimasmu ini tidak terlambat pasti saat ini kita akan tetap bersama. Kenapa kamu meninggalkan ku sendiri? Sedangkan waktu aku berjalan mendekati kematian, kamu ingin ikut denganku.

Kenapa kamu membiarkanku terbang dalam lautan rindu seperti ini? Tangkap aku, karna sekarang nafasku hampir hilang.

Aku menemukan diarymu dan membacanya hingga tuntas, tangisku pecah, hati hancur, dan rasa bersalah mencuat hingga kepermukaan. Saat itu pula rasa ingin hidupku muncul walau terkadang aku tetap ingin mati. Hingga kamu benar-benar datang, dan membawaku pada kehidupan.

Tapi seharusnya aku tidak menemuimu, ataupun kembali bersamamu lagi. Karna sekarang aku sadar kedatanganku hanya menyiksamu, membawa luka, dan berujung tragedi darah.

Tangan ini membawa tubuhmu yang sudah penuh dengan luka dan terus berdarah, harusnya aku tidak cemburu dan memilih menyelamatkanmu. Harusnya aku mendengar jeritanmu, dan tidak menutup telinga karna ketidakpercayaanku terhadap dirimu. Harusnya aku masuk saat kamera itu dipecahkan bukan diam dan meragukan kesetiaanmu, tapi benar ucapanmu ribuan maaf tidak akan membuat semuanya kembali seperti semula.

Dimana sekarang dirimu rain? Segera jemput aku ditengah gelapnya ruang rindu, dan derasnya air penyesalan yang mengguyurku dengan deras setiap saat.

Tuhan kenapa tidak menghukumku dengan kematian saja, apa harus aku merasakan akan mati setiap hari?

Rainda, aku mencintaimu tanpa batas. Maaf buku kita harus ditutup dengan segala air mata, kamu yang memulai kisah ini dengan harapan aku membacanya, dan sekarang aku menutup cerita ini sendiri dengan harapan kamu hidup kembali dalam kisahku.

"UNTUK DIMAS, SEBUAH KISAH TENTANG KERINDUAN."

Dari aku yang kamu jadikan inspirasi.

Surat tanpa tuan, dms.

~END~

Untuk Dimas (End) REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang