Chapter 12 - Untitle

1.1K 142 20
                                    

Minyoon
Gs Area
This Story is mine
Happy reading..
.
.
.
.

Menghela nafas panjang kemudian merapikan mantel yang dikenakannya adalah hal terus dilakukan Yoongi sejak satu jam yang lalu terkurung ditempat ini bersama sang sahabat tercinta.

Udara dingin cukup ekstrim meski tidak sampai membekukan tulang. Ini sudah satu minggu sejak terakhir kali mengunjungi pusara Seulgi, menapaki kenangan lama yang tersimpan begitu apik dalam setiap sel ingatannya. Tapi Jungkook tetap saja memaksanya diam dan memperlakukannya seperti orang sakit.

Ucapan Jimin yang meminta mereka untuk menjadi teman, terus terpantul dibenakanya, menorehlan luka baru di hatinya setiap kali teringat.

Yoongi benci menjadi lemah, tapi seberapa kuatpun ia mengenyahkan ingatan itu, kenangan itu seakan tak mau hilang, mengganggunya dikala sepi mendera.

Ia tahu keputusan yang diambil Jimin bukan lah hal yang mudah, bukan sesuatu yang remeh yang dapat diputuskan Jimin dengan waktu singkat. Pemuda itu pastilah sudah berpikir semalaman untuk mengatakan hal ini.

Dan ini juga tidak mudah bagi Yoongi, melepaskan Jimin sejujurnya sudah ia lakukan bertahun-tahun lalu, dia yakin keinginannya adalah berpisah dari Jimin.

Tapi ketika mendengar hal yang sama langsung dari Jimin, entah kenapa Yoongi di landa ketidak relaan, tidak seperti ekspetasinya yang akan merasa lega hatinya justru luar biasa sakit.

" Ini bukan hal baik"

Yoongi berseru lirih sambil menyeka sudut matanya yang mulai terasa basah. Mencoba membenarkan pemikirannya yang sempat berantakan hanya karna memikirkan ucapan pemuda itu. 

Yoongi menoleh sekilas, matanya memperhatikan setiap gerakan Jungkook yang tengah menyiapkan alat penyeduh tehnya dengan lekat, tak ayal sebuah senyum kecil terkulum disana. 

Jeon Jungkook, atau kini Yoongi harus menyebutnya sebagai Kim Jungkook, sahabat kecilnya yang telah menjelma menjadi perempuan dewasa yang memiliki kehidupan yang begitu sempurna.

Yoongi tidak kesal melihat hidup Jungkook yang sekarang, hidupnya terbilang sempurna dengan memiliki semua yang dicintainya dan hidup bahagia karnanya.Hanya saja ia terkadang merasa begitu iri, berangan kapan hidupnya akan terasa sesempurna itu.

"Sejujurnya, Jeon. Terkadang Aku iri padamu" Celetuk Yoongi memecah keheningan diatara keduanya.

Perempuan itu lantas kembali mengalihkan tatapanya pada pemandangan semula, memandang jauh pada jendela besar di rumah kaca milik Jungkook yang menampilkan taman mawar cantik milik sahabatnya itu.

"Iri kepadaku? "

Jungkook menyirit, tapi tetap sibuk menyeduh teh hangat dalam pochi

"Apa yang harus kau iri dariku Yoon.. Kau memiliki apa yang kumiliki... Suami yang hebat dan anak lelaki tampan"

Jungkook terkekeh saat mengucapkan dua kata terakhir. Cukup membuat Yoongi ikut menyunggingkan senyum separuhnya.

" Ya kau benar.. Aku memang memiliki hal itu"  lirihnya pahit..

" Tapi.. Kau memiliki cinta yang begitu besar, sedangkan aku tidak"

House of CardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang