Chapter 47 - Let Go

1.1K 121 17
                                        

Minyoon
Gs area
This story is mine
Happy reading
.
.


Yugyeom memukul steer kemudinya kencang, seribu umpatan terlantun dengan begitu fasih dari bibir tebalnya. Matanya memandang nyalang kemacetan yang mengurungnya sejak satu jam yang lalu.

Sesekali ia mengusak rambutnya kasar lalu menatap ponsel pintarnya yang tengah menampilkan titik kordinat dari GPS ponsel seseorang.

Wajah cemasnya nampak begitu nyata, ia tidak akan memaafkan dirinya sampai hal buruk terjadi pada orang itu.

“Sebenarnya apa yang kau lakukan dirumah sakit sih, noona?”

Raung Yugyeom frustasi, setengah menyesal karna membiarkan perempuan itu sendirian di apartemennya dan pergi begitu saja tanpa pamitan, padahal Yugyeom sudah mewanti-wanti pada dirinya bahwa sorang yang sedang patah hati tidak boleh sendirian.

Yugyeom fikir tidak akan apa-apa, toh ia hanya keluar sebentar untuk mengambil beberapa sample undangan yang sudah jadi, namun ia begitu terkejut begitu tiba dirumah, dirinya justru tidak menemukan perempuan itu dimanapun.

Beruntung GPS perempuan itu masih bisa terlacak, meski ia harus dilanda banyak tanda tanya sekaligus rasa cemas kala mndapati titik GPS itu berada di sebuah rumah sakit yang cukup jauh dari Seoul dan tentunya jelas bukan rumah sakit tempat perempuan itu praktik.

Ia mencoba mengusir pemikiran negatif yang perlahan bersarang dibenaknya.

Tidak... tidak.. Minhyun pasti hanya sendang mencari tempat praktik baru... pasti tidak akan terjadi sesuatu yang buruk pada perempuan itu.

“Aku harap kau baik-baik saja Noona, tunggu aku”

Yugyeom segera menancap gas begitu kemacetan berhasil terurai, menatap ponsel sekilas ia bersyukur titik ponsel itu masih di areal yang sama.

Begitu tiba di tempat yang dituju, ia lantas keluar dari mobil begitu berhasil mematikan mesin, menguncinya dan berlari menyusuri koridor. Mata tajamnya, melirik kesana kemari, mencari sosok yang dikenalinya.

Kondisi mental Minhyun yang sedang menurun membuat Yugyeom cemas perempuan itu melakukan kecerobohan hingga mengharuskannya terbaring di ranjang rumah sakit, Minhyun memang seorang dokter yang memiliki rasionalitas, namun rasa depresi terkadang mampu melenyapkan akal.

“Duh! Kenapa aku tak tanya suster dulu sih?!”

Yugyeom berdecak begitu menyadari kebodohannya, ia hendak melangkah menuju resepsionis kala matanya tak sengaja melihat Minhyun di taman rumah sakit. Tidak sendiri, ah tapi tidak terlalu penting!

Pemuda itu lantas berlari mendekat, rasa cemasnya perlahan surut mana kala mendapati Minhyun masih baik-baik saja, meski wajahnya terlihat sedikit murung.

“Noona! Kau kemana saja, aku hampir gi—“

“Yugyeom?”

Yugyeom membeku, pelafalannya musnah kala matanya berhasil mengenali siapa perempuan yang tengah duduk disamping Minhyun.

Gemuruh didadanya, bagaikan langit yang meraung pilu. Rupa itu masih lama sama, meski tujuh tahun berlalu tanpa suara. Tidak ada yang berubah, tetap sama seperti dulu kala mereka masih dapat berbagi rasa yang sama.

Matanya masih berbinar cerah dan suaranya masih selembut dulu. Yugyeom benci bagaimana hatinya masih dapat bergetar oleh sosok itu.

“J-Jungkook” Sapanya lirih, terasa begitu lemas kala perempuan itu membubuhkan senyumnya yang begitu hangat, seperti masa lalu.

Yugyeom akui dirinya begitu lemah, karna hanya menatap wajah itu semua kenangan lama yang sudah dikuburnya jauh-jauh hari kembali menyeruak, mencoba kembali memporak-porandakan hatinya yang sudah membangun benteng untuk orang lain.

House of CardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang