Chapter 17 - I'm Sorry

1.2K 141 57
                                    

Minyoon
Gs Area
This Story is mine
Happy Reading
.
.
.
.

“ aku mau laporannya sampai di mejaku besok pagi, tidak ada penundaan lagi Mr. Jung”

“ Ba—baik Mr. Park”

Jimin menggedikan kepalanya pelan, isyarat untuk sang bawahan segera berlalu dari hadapannya. Setelahnya, ia melangkah pelan memasuki areal kontruksi tempat rumah sakit proyeknya dibangunan, tersenyum tipis ketika semua berjalan tanpa kendala.

Tiga bulan, kontrak itu akan berlangsung sepanjang musim dingin ini dan Jimin berencana untuk kembali ke London begitu ini semua selesai.

Nyatanya ia memang seorang pengecut jika itu berkaitan dengan Yoongi, ia tak mampu menatap kebahagiaan Yoongi dengan pemuda lain.

Rasa ingin merebut kebahagiaan itu selalu menghantuinya, Jimin tidak ingin menjadi orang brengsek dalam cerita Yoongi untuk kedua kalinya meski hatinya yang harus selalu terluka karna jarak kembali terbuka. Jimin mendecih pelan, apakah cinta diantara mereka memang tercipta untuk berujung sakit?

“ Nak Jimin?”

Jimin segera tersadar dari lamunannya saat mendengar suara lembut keibuan itu menggugahnya. Pemuda seusia Taehyung itu menoleh kemudian tersenyum kecil saat mendapati ibu panti yang telah lama tak dikunjunginya itu berada beberapa langkah dibelakangnya, menyapanya dengan senyum yang masih sama hangat.

“ Yoon ahjuma? Astaga apa kabar mama?”

Jimin lantas beranjak mendekat, memeluk sosok yang pernah begitu dekat dengannya itu dengan hangat, sosok yang pernah menjadi saksi cintanya terlarangnya dengan Yoongi.

“ Baik-baik saja Nak, kapan kau pulang? Kau baik-baik saja kan?”

Tanya Yoon ahjuma setelah pelukan mereka terlepas, iris tuanya menatap Jimin lekat, merekam lamat-lamat wajah pemuda itu. Jimin semakin dewasa, terlihat lebih tegas dari terakhir mereka bertemu.

“ Tentu mama.. aku baik. Ah bagaimana kabar yang lain? apa mereka masih disini?”

“ Hanya tinggal Jaenam, Nari, Rinjae dan Daemin. Yang lain sudah ada yang mengadopsi. Tapi mereka berempat tidak mau diadopsi..”

Ah.. Jimin menganggukan kepalanya mengerti, sekilas benaknya bertanya-tanya bagaimana rupa anak-anak itu mungkinkah mereka sudah menjadi remaja? Terlebih Jaenam dan Nari yang saat itu menjadi yang tertua.

“ Kau mau bertemu mereka? di jam seperti ini Jaenam sedang sibuk membuka Caffe sedangkan Nari dan yang lain pasti sedang membereskan panti”

“ a—aku boleh bertemu mereka mama?”

“ Tentu saja Jimin, kau juga ayah mereka meski kau pergi selama itu”

Jimin tak bisa menyembunyikan kebahagiaanya. Awalnya ia merasa ragu untuk menampakan dirinya dipanti itu, jarak proyek dengan panti memang tidak terlalu jauh hanya terhalang satu sekolah yang juga milik panti itu.

Jimin mendadak senang, meski ia tidak bisa menemui mereka semua dan hanya tersisa empat orang anak yang pasti mengenalnya Jimin tidak merasa keberatan.

“ Mama.. Yoongi bawa—“

Tapi kemudian senyuman itu mendadak luntur mana kala sebuah seruan tertahan itu mampu merenggut seluruh atensinya. Jimin tidak bisa berkata-kata kala irisnya bersibobrok dengan iris kelam yang menjadi objek pemikirannya selama ini.

Yoongi disana, memandanginya dengan iris terbelalak kaget dan tubuh yang langsung membatu sambil mendekap bungkusan yang entah berisi apa.  Ah.. sepertinya bukan hanya dirinya yang terkejut dengan kejadian ini.

House of CardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang